Bab 38
"Terima kasih banyak, Dok. Saya tidak tahu apa jadinya jikalau Arsyad benar-benar menginginkan tes itu. Ini saya ada sedikit uang sebagai ungkapan rasa terima kasih sama Dokter. Mohon diterima ya, Dok."
Suara Bu Ema terdengar lirih dari dalam ruangan Dokter Rini.
Arsyad tercekat...
"Seandainya Arsyad benar-benar mengurungkan niatnya untuk tes DNA itu, saya bisa memberikan imbalan lebih dari ini." Kembali terdengar suara Bu Ema.
Gedubrak...!
Bu Ema maupun dokter Rini menoleh dengan mimik kaget luar biasa.
Di ambang pintu berdirilah laki-laki dengan muka memerah menahan amarah, ya dialah Arsyad.
"Arsyad
Bab 39 Sedangkan di ruangannya Naura dikejutkan oleh kedatangan Arsyad yang tiba-tiba. Ditambah dengan raut muka yang dipenuhi amarah. "Naura, aku ingin bicara serius," Naura diam tidak berani berkata apa-apa. Ada rasa takut jika membuat emosi Arsyad meledak. "Apa yang kau inginkan datang kemari?" Tanya Naura ragu. "Seorang dokter akan mengambil sampel pada bayi yang baru saja kau lahirkan?" "Apa sampel? Sampel untuk apa?" "Untuk tes DNA. Aku telah menanyakan segala sesuatunya kepada Dokter Spesialis Genetika, terkait masalah ini." "Haaa? Tidakkah kau bisa untuk mengurungkan niatmu Arsyad?" "Ya benar, aku tidak bisa membatalkan, aku yang akan membayar semua biaya terkait tes DNA tersebut," "Tidak bisakah
Bab 40 Namun seketika itu juga mata Arsyad dibuat terbelalak. Sangat-sangat tidak percaya dengan siapa yang dia lihat. "I... I... Ika ...?" Kedua bola mata Arsyad membesar. "Apakah dia yang marketing manager yang Erland maksudkan?" "Mengapa aku baru mengetahuinya?" Kemudian sosok Ika maju ke depan dengan sedikit membungkukkan badan diiringi dengan senyuman yang begitu renyah. Senyuman itu tidak terlalu lebar, namun terkesan elegan. Kontan perilaku perempuan itu membuat segenap yang hadir di ruangan tersebut merasa segan. Termasuk di dalamnya adalah Arsyad sendiri. Sesaat kemudian, dengan dipersilahkan oleh Erland Bastian, maka Ika memberikan sambutan yang tidak terlalu panjang, namun cukup mudah untuk dipahami. Arsyad sungguh dibuat terkaget-kaget d
Bab 41 "Arsyad...!" Terdengar sebuah seruan secara tiba-tiba dari arah belakang mereka. Seruan yang juga memotong pembicaraan Arsyad. Ketiganya menoleh, "I ... I ... Ika ...?" "Pak Erland ..?" Arsyad melongo... "Sejak kapan kalian berada di sini?" Tanyanya bingung. "Tidak usah bertanya kapan kami ada disini, sekarang coba kamu jelaskan, apa maksudmu berbicara seperti itu kepada mereka Arsyad?"tanya Ika dengan raut muka aneh "Ya, jelaskan apa maksud kamu yang sebenarnya?" Erland ikut bicara. Arsyad sungguh dibuat bingung, ia belum mampu mencari jawaban yang tepat dalam waktu yang begitu singkat. "Arsyad, mungkin kamu ragu berbicara di sini. Ayo ikut ke ruangan kantorku sekarang ...!" Ujar Erland. Na
Bab 42 Di kediaman Bu Ema. Muka Arsyad merah padam dengan lembaran kertas di tangannya. Sedangkan dua orang wanita di depannya nampak tidak bisa berkata apa-apa. "Dugaanku ternyata benar. Anak yang kau lahirkan bukan darah dagingku. Hasil tes DNA ini begitu akurat dan detail." "Aku akan menuntut kalian!" Lanjut Arsyad. Gedubrakk... Sebuah meja menjadi sasaran kemarahan Arsyad. "Ya, aku tidak menyangka Naura, kau menipu kami selama ini. Teganya kalian," Bu Melia menitikkan air mata. "Melia, sama sekali tidak berniat untuk menipu kamu. Tapi bukankah kamu menginginkan seorang cucu yang selama ini tidak kalian dapatka
Bab 43"Ada apa, Nak?" Tanya Bu Melia. "Pak Erland menyuruhku datang ke kantor. Paling-paling juga menyuruhku untuk bekerja kembali," Arsyad tersenyum sinis. "Makanya jangan sembarangan memecat orang," Gerutunya kemudian. "Ya datangin aja. Bilang sama si Erland Erland itu bahwa kau bisa mencari pekerjaan yang lebih baik daripada mengemis-ngemis bekerja padanya," ujar Bu Melia. "Bener, Bu. Habis kemarin dia bela-belain Ika di depan aku. Belum tahu dia Ika itu siapa? Paling-paling juga selama ini Ika bekerja dengan bantuan seseorang. Hingga bisa seolah-olah berprestasi di sana." Imbuh Arsyad. "Maksudmu apa Ika bekerja sebagai apa di sana?" Bu Melia merasa heran. Huufh... Arsyad menutup mulutnya,' kok bisa keceplosan sih,' pikirnya. "Eh enggak Bu. Ika tidak kerja sebagai apa-apa kok di
Bab 44 "Maaf kalau kenyataan ini membuatmu terkejut Arsyad. Lihatlah daftar-daftar dalam data-data ini." Erland menyodorkan kertas tersebut ke hadapan Arsyad. Seketika mulut Arsyad tidak mampu berkata lagi. Disana tertulis data-data rahasia besar yang selama ini ia lakukan. 'Sial, dari mana Pak Erland bisa mengetahui semua ini?' Dalam hati pertanyaan besar tersebut memenuhi benak Arsyad. "Kau sudah lihat bukan? selama ini kau telah menggelapkan uang perusahaan sebegini banyaknya, Arsyad," ujar Erland dengan raut wajah kecewa. "Apa maksud semua ini, Pak Erland? aku benar-benar tidak mengerti dengan semua data-data di kertas ini." Imbuh Arsyad.&
Bab 45"Selamat siang, Pak Erland! Apakah ini orangnya?" Suara berat laki-laki. Terkejut, Arsyad menoleh, Seorang laki-laki berpostur tinggi besar dengan seragam khas. Beberapa orang berseragam juga mengikuti lelaki kekar itu masuk. Salah seorang dari mereka memborgol paksa tangan Arsyad. "Pak, kenapa tangan saya di borgol? Apa salah saya?" Teriak Arsyad. "Kau sudah tahu dengan jelas salahmu apa," Timpal Erland. "Pak Erland, kau sengaja ingin menjebakku?" Teriak Arsyad memberontak. "Jelaskan apa yang sebenarnya kau inginkan dariku, Pak Erland?" Arsyad kembali berteriak. "Diam dulu Pak Arsyad! Nanti semuanya bisa di jelaskan di kantor polisi." Tegur salah seorang anggota aparat tersebut. "Tidak bisa begitu
Bab 46 "Mmm,kalau aku masih mencintainya, aku tidak akan meminta cerai." Jawab Ika. "Syukurlah kalau begitu," sahut Erland. "Kamu kok bersyukur?"Ika heran. "Tidak apa-apa. Artinya ada peluang." Sahut Erland. "Peluang? Peluang apa?" Tanya Ika bingung. "Ah tidak. Tidak ada maksud apa-apa," *** "Selamat siang, Pak Erland!" Seseorang menyapa. "Siang ada apa?" Erland bertanya. "Ada seseorang di luar sana yang ingin bertemu sama bapak," "Oh ya siapa?" "Saya tidak kenal, Pak," "Mmm, apakah dia mencurigakan?" "Tidak juga, dia seorang perempuan paruh baya. Tapi sepertinya kedatangannya tidak d