All Chapters of Bukan Suami Biasa: Chapter 41 - Chapter 50
106 Chapters
Permintaan Yang Mengejutkan
Ruangan pun sesaat hening. Mereka tak menduga Sandra akan melontarkan pertanyaan seperti itu pada Tomy. Sedang Tomy duduk menatap istrinya itu dengan wajah yang sedikit pucat. Dia menyadari, dia memang tak pandai menyimpan rahasia hatinya dari Sandra. Mungkin karena perasaan cintanya untuk Emily terasa sangat menggebu hingga dia tak bisa menahannya. Tapi kini Tomy merasa bodoh. Dia telah memancing rasa cemburu Sandra dan membangun rasa curiga di hati kedua mertuanya. Kini pasti mereka bisa meraba isi hatinya yang ternyata masih menginginkan Emily. Dan semua itu membuat dia berada di posisi yang sulit."Kenapa kau bertanya seperti itu, Sandra? Aku telah menikah denganmu. Kini Emily adalah adikku. Tidak mungkin aku mencintai dia," kata Tomy sambil memasang wajah yang lugu. Sikapnya begitu polos seperti orang yang tak berdosa.Emily menatap kesal pada Tomy, lalu melirik sekilas pada Sandra yang masih terus menatap suaminya dengan wajah yang cemberut. Kakaknya itu benar-bena
Read more
Menemui Abian
Hari itu hati Emily diliputi kebahagiaan. Dia akan pergi menemui Abian untuk mengajak suaminya itu menginap di rumah orangtuanya. Sesuai permintaan kedua orangtuanya kemarin, Emily harus mengajak Abian ke rumah mereka. Biar mereka bisa mengenal Abian lebih dekat lagi, juga supaya bisa menghapus rasa cemburu di hati Sandra terhadapnya. Syukurlah. Emily merasa restu itu sudah di depan mata. Sepertinya tak kan menunggu lama untuk bisa menjalani hidup bersama sebagai suami istri yang sesungguhnya.Ketika sinar matahari telah rata menyentuh alam sekitar, Emily bergegas berangkat. Dia sengaja tak memberitahukan pada Abian tentang semua ini. Tentang perintah dari orangtuanya, juga tentang kedatangannya pagi ini. Emily ingin memberi kejutan. Emily tahu, Abian pasti akan merasa senang, meski pun tak kan dia tunjukkan perasaannya itu. Biarlah. Yang penting apa yang dia rasakan di dalam hatinya, bukan apa yang dia tunjukkan di wajahnya.Emily berangkat dengan menggunakan jasa tak
Read more
Permintaan Sandra
"Ayo, Mas Abi, cepat," kata Emily tak sabar. Abian yang sedang mengemas pakaiannya pun jadi menoleh padanya. "Jangan bawel, Mily," ucapnya. Lalu berjalan santai menuju lemari pakaiannya dan mengambil beberapa buah pakaian dalamnya dan meletakkannya di atas kasur."Habisnya Mas Abi lama sekali berkemasnya," kata Emily lagi seperti merengek."Kalau kamu nggak sabar seperti itu lebih baik kamu menunggunya di ruang tamu aja.""Kok, menunggu di ruang tamu? Memangnya Mas Abi nggak mau saya bantu?""Kamu nggak bantu saya, Mily. Dari tadi kamu cuma duduk di atas tempat tidur sambil terus bawel."Emily tersenyum lucu. "Sini, saya bantu," ucapnya sambil mengambil pakaian dalam Abian yang tadi diletakkan suaminya itu di atas kasur.Ups! Emily memperhatikan pakaian dalam Abian yang sedang dipegangnya. Ini kali pertama Emily memegang pakaian dalam suaminya. Karena selama mereka tinggal bersama, Abian selalu mencuci pakaian dalamnya sendiri.
Read more
Sebuah Restu
Acara makan malam itu berjalan dalam suasana yang kaku. Tapi Emily berusaha untuk tidak mengacuhkannya. Hatinya sedang diisi perasaan bahagia karena dia yakin restu dari orangtuanya sudah di depan mata. Masa bodo dengan cemburu Sandra dan sikap sinis Tomy. Emily tetap menikmati makan malamnya dan terus bersikap manis pada Abian.Emily menyendokkan Abian nasi dan lauk pauknya. Lalu tersenyum manis pada suaminya itu sebelum memulai makan malamnya. Abian balas tersenyum hingga membuat Tomy semakin dibakar cemburu karenanya. Laki-laki tampan itu mendengus pelan dengan sikap sinis. "Sepertinya kamu telah berhasil merubah Emily, Bi?" kata Ibunda Emily memulai percakapan."Merubah?" Abian sedikit bingung."Ya, Emily yang sekarang sangat berbeda dengan Emily yang dulu. Sekarang dia mau merapikan kamarnya sendiri. Dia juga pandai memasak dan senang memakai daster," kata Ibunda Emily menjelaskan sambil tersenyum menatap putrinya itu."Ya, bu. Saya cuma
Read more
Malam Pertama
Abian duduk diam di tepi tempat tidur. Seperti biasa, wajahnya terlihat dingin. Sementara itu Emily sedang bersiap hendak mandi. Dia mengambil handuk dari lemari kecil yang bersandar di dinding dekat pintu kamar mandi. Tapi dia ragu untuk membuka pakaiannya di sana. Diliriknya Abian yang duduk diam memunggunginya. Hm, dada Emily berdebar. Kenapa rasanya malu untuk membuka pakaian? Padahal Abian suaminya. Padahal Abian sedang memunggunginya. Padahal Abian tak melihat. Padahal saat-saat bersama Abian inilah yang telah lama dia nantikan. Tapi, kok rasanya malu? Ah, buka pakaian di dalam kamar mandi saja, akhirnya Emily memutuskan."Apa Mas Abi mau mandi lagi?" tanya Emily berbasa-basi menawarkan."Nggak. Kan, kamu yang belum mandi," sahut Abian tanpa menoleh."Ya udah, saya mandi dulu," kata Emily sambil melangkah menuju ke kamar mandi."Mandi sana, biar wangi," celetuk Abian tanpa bermaksud apa-apa.Emily yang mendengar kata-kata Abian itu pun cepat
Read more
Yang Bahagia Dan Yang Kecewa
Emily terjaga dari tidurnya ketika dirasakannya ada seseorang yang mengecup matanya. Dia pun cepat membuka matanya karena terkejut dan mendapati wajah Abian yang berada begitu dekat dengan wajahnya.Ah, rupanya Mas Abi yang barusan mengecup mataku, pikir Emily senang. Senyum manis pun segera terurai di bibir indahnya."Mas Abi-kah yang tadi mengecup mata saya?" tanyanya dengan suara yang manja.Abian tak menyahut. Tapi sekali lagi dia mengecup Emily, lalu bangkit berdiri dan membuka gorden jendela kamar yang tadi masih tertutup rapat. Rupanya hari sudah pagi. Emily melihat langit mulai terang terbias cahaya matahari. "Sudah pagi, ya?" tanyanya malas."Ya," sahut Abian pendek. Hm, kenapa cepat sekali pagi datang? Padahal aku masih ingin terbaring dalam dekapan Mas Abi. Masih ingin bermalas-malasan menikmati waktu bersama. Tidakkah waktu bisa berhenti barang sejenak? Biar hadirnya pagi tertunda beberapa saat, demi sekadar memberiku
Read more
Harapan Yang Semakin Tipis
Rasanya seperti ada gumpalan awan hitam yang tiba-tiba berarak datang mendekat. Begitu gelap. Begitu pekat. Datang menghampiri dan menutupi cahaya matahari. Sinta pun merasa dunianya gulita, seiring runtuhnya harapan cintanya pada Abian. Sepertinya Emily telah benar-benar menguasainya. Jika sudah seperti itu, apakah masih ada celah bagiku untuk masuk ke dalam hatinya? Meski hanya sedikit ruang pun tak apa. Tolonglah, Emily..., jangan rebut dia sepenuhnya. Aku juga ingin memiliki dia. Aku juga ingin jadi bagian dari hidupnya.Hati Sinta menangis merasakan Abian yang semakin menjauh. Jika dulu saja dia begitu sulit untuk ku miliki, apa lagi sekarang setelah Emily menguasai hatinya? Gosip yang mengatakan kalau pernikahan mereka cuma main-main saja ternyata salah. Pernikahan mereka bukan main-main. Buktinya sekarang mereka berani menghadap orangtua Emily sebagai bukti keseriusan mereka membangun rumah tangga. Dan aku, akankah aku semakin tersingkir?"Apa yang
Read more
Seperti Sebuah Ancaman
Sore itu Emily sedang sibuk di dapur. Dia ingin menggoreng ikan kesukaan Abian, suaminya. Semua dia yang mengerjakan. Tawaran bantuan dari Bik Jum tadi pun dia tolak. Lebih enak mengerjakan sendiri, lebih puas, pikir Emily. Toh, yang dia masak sore ini bukan sesuatu yang susah. Hanya membumbui ikan saja, lalu menggorengnya. Tapi tidak pakai hangus!Emily tersenyum mengingat bagaimana pengalaman pertamanya menggoreng ikan dulu. Selain rasanya asin, ikan itu pun hangus karena Emily tidak berani membaliknya lantaran ikan yang digorengnya itu meledak-ledak menimbulkan cipratan minyak yang menakutkan. Lantas ketika mereka makan malam bersama, Abian pun mengajarkan untuk menutup wajannya saja jika dia takut dengan cipratan minyaknya. Setelah itu kecilkan api kompor dan biarkan minyak dalam wajan tenang. Setelah itu barulah balik ikannya dan goreng lagi dengan api sedang seperti tadi.Malam itu, bertambah rasa kekaguman Emily pada Abian. Abian yang pandai memasak itu benar-be
Read more
Niat Buruk Tomy
Suasana rumah siang ini sedang sepi. Semua penghuni rumah sedang sibuk dengan urusannya masing-masing. Yang laki-laki sibuk bekerja, sedang yang perempuan sibuk menghabiskan waktu bersama dengan teman-teman mereka diluar rumah. Kecuali Emily. Karena sejak pagi dia cuma bermalas-malasan saja di kamarnya. Mau keluar rumah menemui teman-teman rasanya malas. Entahlah, sekarang Emily lebih senang menghabiskan waktunya di rumah dari pada keluyuran seperti dulu.Dulu, Emily senang sekali keluyuran sepulang dari kuliahnya. Bersama Monik dia pergi kemana saja yang dia inginkan. Keliling di mall berburu berbagai macam barang yang sesungguhnya tidak dia perlukan. Atau nongkrong di cafe bersama teman yang lainnya. Dan banyak lagi kegiatan tidak penting yang sering dia lakukan bersama sahabatnya itu. Dan Monik pasti akan selalu setia menemaninya.Mengingat semua itu, Emily pun jadi merasa rindu pada Monik. Hm, rasanya memang sudah cukup lama juga dia tidak bertemu dengan sahabatnya
Read more
Berita Untuk Abian
Emily menangis dalam pelukan Monik. Kedatangan sahabatnya itu benar-benar menyelamatkannya. Jika saja Monik terlambat datang, pasti Tomy berhasil melakukan niat jahatnya. Emily bersyukur tuhan masih melindunginya hingga Tomy tak berhasil mengoyak kehormatannya sebagai seorang perempuan."Mily, apa yang telah Tomy lakukan sama lo? Apa dia...?" Monik bertanya dengan hati-hati.Emily menggeleng. "Untung lo cepat datang, Nik. Kalau nggak, Tomy pasti berhasil menghancurkan hidup gue.""Syukurlah, Mily. Tuhan masih melindungi lo.""Tapi gue takut, Nik.""Nggak usah takut. Lo udah aman sekarang. Gue akan temenin lo sampai lo benar-benar aman." Monik berusaha menenangkan Emily yang masih merasa ketakutan."Papa mama pulang sore. Sedangkan Mas Abi biasanya malam baru pulang.""Ya udah, gue temenin lo sampai mereka pulang. Gue nggak akan tinggalin lo sendirian.""Lo emang sahabat gue yang terbaik, Nik."Monik menatap wajah Emily.
Read more
PREV
1
...
34567
...
11
DMCA.com Protection Status