All Chapters of Bukan Suami Biasa: Chapter 61 - Chapter 70
106 Chapters
Laki-laki Pilihan Ibu
Sinta berjalan pulang dengan langkah yang ringan. Dia merasa puas karena telah berhasil membuat Emily diam tak berkutik. Sinta tahu, Emily pasti sedang gundah saat ini. Sebab bagaimana pun berita tentang kedatangan Tomy pasti mengganggu pikirannya. Apa lagi tadi Sinta mengucap nama Tomy, pertanda kalau dia telah berkenalan dengan laki-laki tampan itu yang pasti telah membuat Emily merasa takut jika rahasianya diketahui.Sinta tersenyum senang sesaat. Tapi kemudian terasa kecut ketika dia teringat pada Guntur. Kedatangan laki-laki itu telah mengganjal langkahnya. Apa lagi ibunya terus berkeras untuk menikahkan dia dengan laki-laki yang tidak dikenalnya itu. Bagaimana mungkin dia bisa terus mendekati Abian jika ada seorang calon suami untuknya? Huh, rasanya Sinta sudah kehabisan akal untuk menolak perjodohan itu. Tapi ibunya malah semakin berkeras pada keinginannya untuk segera menikahkan Sinta dengan laki-laki pilihannya itu.Sore ini Guntur datang. Sinta pun berjalan s
Read more
Singa Kecil Yang Bertaring Tajam
Pagi itu Emily membuka matanya dengan malas. Rasa kantuk masih menguasainya teramat sangat. Pantas saja, semalam ia tidak bisa tidur. Lelapnya tak nyenyak. Sesekali ia terjaga dan sulit untuk kembali tidur. Hatinya gelisah. Pikirannya terus berkelana memikirkan tentang kenekatan Tomy yang terus mendatanginya, juga pada Sinta yang mulai usil mencari tahu tentang Tomy dan menuduhnya atas dasar pemikirannya sendiri. Kedua orang itu seperti duri dalam kehidupan rumah tangganya bersama Abian. Harus segera dibuang jauh agar duri itu tak terus melukai.Tidak bisa tidak, ia harus menemui Tomy secepatnya. Laki-laki brengsek itu harus dibuat mengerti kalau dia tak ingin lagi untuk dekat dengannya. Kalau dipikir, Tomy jadi terasa bebal seperti Sinta. Tak mengerti jika orang telah menolak dan ingin jauh darinya. Dia datang dan datang lagi seakan tak peduli pada perasaan orang yang terganggu olehnya.Mungkin hari ini aku akan menemui Tomy. Tapi tak perlu Mas Abi tahu tentang rencan
Read more
Ketika Turun Hujan
Hari-hari berlalu dalam ketenangan. Tak ada yang merusuh, tak ada yang membuat jengkel. Tomy tak pernah datang lagi sejak Emily mendatangi dan mengancamnya waktu itu. Sinta pun entah kemana, tak pernah lagi menampakkan batang hidungnya di depan Emily. Emily pun senang dan bersyukur. Setidaknya hampir dua minggu ini dia bisa merasakan hidup tenang tanpa gangguan dari mereka sedikit pun."Kemana Sinta, ya? Sudah lama nggak kelihatan. Tumben. Biasanya dia mondar-mandir di depan setiap hari," kata Emily pada Inung yang pagi itu datang mengajak Abian untuk pergi ke toko."Kabarnya sih diajak ibunya pulang kampung. Apa mungkin untuk mengurus pernikahannya dengan laki-laki yang waktu itu mencari alamat rumahnya?" jawab Inung.Emily menggeleng pelan. "Rasanya aneh kalau tiba-tiba saja dia mau menikah dengan laki-laki itu. Sebab terakhir ketemu dulu, dia masih mengejar Mas Abi," katanya menyahuti."Iya juga sih. Rasanya aneh memang," kata Inung menimpali."
Read more
Malaikat Penolong
Jeritan itu mengejutkan, sekaligus memberikan harapan. Setidaknya suara jeritan itulah yang menghentikan aksi Tomy yang ingin menodainya. Dan sungguh Emily bersyukur pada si pemilik jeritan itu. Emily pun mengangkat wajahnya melihat ke arah pintu kamarnya. Sinta. Ya, ada Sinta di sana yang sedang berdiri dengan mulut yang menganga. Perempuan itu tampak sangat terkejut melihat semuanya. Dia pun menatap Emily dan Tomy bergantian dengan mata yang terbelalak lebar.Untuk jelasnya, mari kita mundur beberapa menit ke belakang.Ketika itu, Sinta berjalan di tengah derasnya hujan. Dia hendak ke apotek membeli obat untuk ibunya yang sakit. Sejak kembali dari kampung kemarin, penyakit asam urat ibunya kambuh. Mungkin karena selama berada di kampung ibunya tak menjaga makanannya. Sayuran yang menjadi pantangannya dimakan juga. Jadilah begitu kembali pulang asam uratnya kambuh seperti itu.Akhirnya siang ini Sinta pun terpaksa menerobos derasnya hujan demi untuk membeli oba
Read more
Hinaan Sandra
Beberapa saat lamanya Abian menatap Emily dengan kening berkerut. "Tomy? Tapi bagaimana mungkin dia bisa datang kemari? Darimana dia bisa tahu alamat rumah ini?"Emily menggeleng. "Saya nggak tahu darimana dia tahu alamat rumah ini. Tapi tiba-tiba saja dia datang menemui saya dan dia mengulangi niat buruknya yang dulu."Rahang Abian mengeras menahan rasa amarah. Sungguh terlalu jika Tomy mengejar Emily sampai ke rumah ini dan kembali ingin menodainya! Abian tak terima perlakuan kurangajarnya itu terhadap Emily. Laki-laki perlente itu harus diberi pelajaran lebih keras lagi dari kemarin, geram Abian dengan emosi yang hampir memuncak."Tapi bagaimana kau bisa lepas dari Tomy, Mily?" tanya Abian setelah sesaat terdiam menenangkan hatinya yang terbakar emosi."Sinta menyelamatkan saya, mas.""Sinta?""Ya. Tadi Sinta tiba-tiba masuk dan mengejutkan Tomy. Nasib baik masih melindungi saya. Tuhan mengirim Sinta untuk menolong saya."Abian men
Read more
Perkelahian Sengit
Sandra terus berusaha menyerang Emily. Agaknya dia benar-benar marah karena Emily telah menghina suaminya seperti itu. Sementara Abian pun terus berusaha melindungi Emily dengan tubuhnya. Dibiarkannya Sandra melampiaskan kemarahannya padanya. Tak apa, asalkan bukan Emily yang disakiti. Abian rela menerima pukulan dan cakaran dari Sandra yang masih terus mengamuk mengikuti emosinya.Sebetulnya Abian ingin menjauhkan Sandra dari Emily. Tapi kondisi Sandra yang sedang hamil membuat Abian tak berani berbuat sesuatu. Dia takut jika sampai mengenai perut Sandra dan melukai bayinya. Sebab Sandra sedang bergerak tak beraturan melampiaskan emosinya yang meledak. Dia memukul, mencakar dan menarik Abian, berusaha menjauhkannya dari Emily.Abian melihat ada Tomy yang sedang berdiri tercengang menatap ke arah mereka. Tapi laki-laki itu tak berbuat apa-apa. Wajahnya tampak terkejut. Entah terkejut karena melihat ada Abian dan Emily di sana. Atau karena melihat istrinya yang sedang m
Read more
Meminta Seorang Saksi
Kedua orangtua Emily tiba. Mereka disambut oleh satu pemandangan yang mengejutkan. Tak ada yang bisa mereka katakan. Mereka hanya bisa menghela napas kecewa melihat anak-anak dan menantu mereka bertengkar dan saling menyakiti seperti itu. Tapi mungkin ada penjelasan di balik semua ini. Sebab rasanya tak kan mungkin sampai terjadi pertengkaran seperti itu tanpa adanya satu alasan yang kuat.Ketika mereka semua dikumpulkan dan duduk berhadapan, kedua putri mereka pun langsung saling berebut untuk memberikan alasan mereka masing-masing. Keduanya merasa benar. Mereka saling menyalahkan hingga hampir saja terjadi keributan lagi seperti tadi."Bisa kalian bicara baik-baik?" tanya ayahnya dengan suara yang tegas.Semua pun terdiam. Emily dan Sandra tak lagi berebut bicara dan saling berteriak marah."Sulit bicara baik-baik kalau Emily dan Abian senang menyelesaikan masalah dengan cara kekerasan, pa!" kata Sandra mencoba menempatkan dirinya dan Tomy sebagai korba
Read more
Sebuah Permintaan Gila
"Kenapa kamu pendiam sekali pagi ini, Sinta?" tanya Guntur yang pagi itu datang berkunjung."Tidak apa-apa, mas. Cuma sedang memikirkan sesuatu saja," sahut Sinta tanpa menoleh pada Guntur yang duduk di sebelahnya."Apa kamu memikirkan tentang lamaran saya? Saya kan tidak mendesakmu untuk segera menjawabnya, Sinta. Beberapa hari lagi saya balik ke kampung. Kamu bisa dengan tenang memikirkan jawaban apa yang terbaik untukmu. Mungkin bulan depan saya baru akan datang lagi untuk meminta jawaban darimu."Sinta menghela napas. "Bukan itu yang mengganggu pikiran saya," katanya."Lantas apa? Dari tadi saya perhatikan kamu banyak diam."Sinta tampak ragu untuk bicara. Dia tak tahu apakah penting menceritakan tentang hal yang mengganggu pikirannya ini pada Guntur. Tapi Sinta ingin menceritakan semuanya secara jujur. Dan Sinta tak bisa bicara jujur pada temannya atau ibu-ibu yang biasa diajaknya ngobrol. Sebab jika dengan mereka lebih asyik kalau ceritanya p
Read more
Fitnah Yang Keji
Sinta keluar dari rumah Emily dengan perasaan kesal. Bagaimana mungkin perempuan itu bisa berbuat seenaknya? Dia yang memanggilku, meminta bantuanku, lalu setelah aku menolaknya, dia seenaknya mengusirku. Kurangajar betul dia. Aku tidak terima!Hati kecil Sinta terus mencaci Emily, menuangkan rasa kesalnya sendirian. Tak ada sedikit pun kesadaran dalam hatinya kalau semua itu terjadi karena kesalahannya. Istri mana yang tak kan marah jika diajak untuk berbagi suami? Tapi Sinta tak berpikir ke arah sana. Tak menimbang rasa atas sakit hati Emily karena permintaannya itu. Yang Sinta pahami, dia telah diusir tadi. Dan dia merasa kesal karena mendapatkan perlakuan yang tidak baik dari Emily.Sinta tidak bodoh. Tapi dia hanya sering tak sadar akan kesalahannya. Yang dia lihat hanya kesalahan orang lain saja. Dan dia pun merasa berhak untuk marah dan membalas rasa sakit hatinya.Sambil berjalan pelan menuju rumah temannya, Sinta berpikir tentang semua yang terjadi kema
Read more
Keraguan Abian
Abian duduk dengan gelisah. Nasi Padang yang ada di hadapannya tak disentuhnya sama sekali. Tak ada keinginan untuk makan saat ini. Cerita Sinta tentang kebohongan Emily membuat perasaannya tak karuan. Tak ingin percaya tapi cerita Sinta terdengar masuk akal dan sesuai dengan kenyataan. Karena ketika dia menyindir Emily tentang mobil mewah yang sering datang, ternyata Inung pun mendengarnya. Berarti mobil mewah itu memang sering datang tapi Emily merahasiakannya. Pertanyaan yang mengganggu Abian adalah, kenapa Emily merahasiakannya?Ada cemburu dan sakit hati yang merayap perlahan. Tak seharusnya Emily berbuat seperti itu. Bagaimana mungkin Tomy berkali-kali datang mengunjunginya tapi dia tak bercerita tentang itu? Dan darimana Tomy bisa tahu alamat rumah mereka? Emily-kah yang diam-diam memberitahukannya? Oh, Abian jadi merasa serba salah kini. Dia tak bisa begitu saja acuh pada cerita Sinta. Bagaimana pun cerita itu pasti akan menyita pikirannya. Dan sungguh semua itu sanga
Read more
PREV
1
...
56789
...
11
DMCA.com Protection Status