All Chapters of Bukan Suami Biasa: Chapter 51 - Chapter 60
106 Chapters
Pertengkaran Di Malam Itu
Abian mengetuk pintu kamar Tomy. Cara mengetuknya masih cukup sopan meski pun laki-laki itu sedang dipenuhi oleh amarah. Abian tak menggedornya, apa lagi berteriak memanggil Tomy. Dia cuma berdiri sambil mengetuk pintu kamar itu beberapakali. Lalu menunggu dengan sabar setelah terdengar suara jawaban dari dalam.Tomy pun membuka pintu kamar dan terkejut mendapati Abian sedang berdiri dengan raut wajah yang dingin di sana. Seketika ada perasaan tidak enak menjalari hatinya. Terlebih ketika dilihatnya ada Emily dan Monik yang berdiri tak jauh dari mereka. Kedua perempuan itu memperhatikan dengan wajah yang tampak sangat cemas. Ah, Tomy bisa langsung menebak untuk urusan apa Abian datang dan mengetuk pintu kamarnya. Jadi Emily mengadu? Tomy pun menelan ludah, berusaha menekan rasa gugup yang mulai menyerangnya."Ya?" Tomy bertanya dengan sikap yang dibuat setenang mungkin.Abian menatap Tomy. Pandangan matanya begitu tajam. Lalu dengan suara yang sangat jelas dia p
Read more
Kembali Ke Rumah Abian
Setelah mengetahui permasalahan yang terjadi, kedua orangtua Emily akhirnya mengizinkan Emily dan Abian kembali ke rumah mereka keesokan paginya. Bukan karena mereka telah berpihak pada Sandra dan Tomy, tapi karena mereka tidak ingin pertengkaran di antara putri-putri dan menantu mereka terus berlanjut. Jika mereka berjauhan, setidaknya bisa meredam emosi mereka, hingga mereka berhenti untuk saling menyerang dan menyakiti.Sebagai orangtua, sesungguhnya hati mereka hancur melihat apa yang terjadi pada putri-putri mereka. Emily dan Sandra yang dulunya begitu dekat dan saling menyayangi, kini jadi seperti musuh yang tak bisa lagi berdekatan. Sesungguhnya mereka tahu siapa yang bersalah di antara keduanya. Tapi tak mungkin berpihak pada salah satu dan menyalahkan yang satunya. Mereka harus berada di tengah-tengah. Mereka ingin mendamaikan. Mendamaikan? Rasanya semua itu tidak akan mudah untuk dilakukan. Sandra telah terlanjur dikuasai rasa cemburu pada Emily. Sedang
Read more
Jangan Cemburu Lagi
Emily menyelesaikan kegiatan memasaknya dengan cepat. Entah kenapa pikirannya tak bisa lepas dari Sinta. Terbayang di pelupuk matanya siang ini Sinta datang kembali ke toko membawakan makanan untuk Abian. Oh, hati Emily jadi tak tenang. Dia ingin segera menyusul ke toko dan menjumpai suaminya. Emily merasa harus menjaga Abian lebih ketat lagi. Jangan beri kesempatan sedikit pun bagi Sinta untuk masuk dan mendekati suaminya seperti kemarin. Emily harus selalu memantau. Memastikan kalau Abian tak diganggu Sinta. Sebab tak ada yang bisa menjamin kalau hati tak kan berubah. Jika hati terus disentuh, mungkin saja dia kan luluh.Oh, tidak! Emily pun bergidik ngeri membayangkannya. Gelisah jadi makin kuat menyerang hati. Memasak jadi dilakukan terburu-buru. Entah seperti apa rasanya. Emily tak lagi peduli pada rasa masakannya. Yang penting masakan itu matang dan dia bisa segera menyusul Abian ke toko. Jangan sampai Sinta yang tiba lebih dulu. Jangan beri dia kesempatan walau sedetik
Read more
Satu Ide Dari Sahabat
Tomy duduk termenung. Dia membiarkan pikirannya melayang tak tentu arah. Sesekali singgah pada kenangannya bersama Emily dulu. Lalu pada cerita pengkhianatannya bersama Sandra. Dan juga teringat pada pertengkarannya dengan Abian malam itu. Semua bercampur aduk dalam kepalanya. Seperti satu film pendek yang diputar secara bergantian hingga dia bisa kembali mengingat semuanya dengan jelas.Ah, Tomy mendesah gelisah. Semua bayang-bayang itu terasa menyiksanya. Terlebih lagi jika dia merasakan hasratnya pada Emily yang tak kunjung padam. Entahlah, Tomy pun tak mengerti dengan perasaannya ini. Mungkin karena sekarang Emily telah jadi milik orang, maka muncul rasa penasaran ingin memiliki di hatinya. Padahal dulu, ketika dia masih menjalin kasih dengan Emily, hasratnya tak menggebu dan menyiksa seperti ini. Tapi sekarang, disaat Emily telah jadi milik orang, entah kenapa dia jadi tak bisa membendung hasratnya pada mantan kekasihnya itu. Sampai-sampai saat dia sedang bersatu dengan
Read more
Alamat Emily
Sore itu Emily sedang duduk santai di ruang tamu ketika sebuah mobil mewah berhenti di depan pagar rumahnya. Mobil siapakah? Emily memperhatikan lewat jendela yang terbuka. Ah, senyum Emily segera mengembang begitu dia mengenali mobil siapakah itu. Itu mobil ibunya! Ya, ibunya datang berkunjung ke rumahnya sore itu. Ibunya datang sendiri. Hanya diantar oleh Pak Diman, supir keluarga mereka. Tak apa, Emily mengerti. Ayahnya pasti belum pulang bekerja saat ini. Sedangkan Sandra, kakaknya, pasti tak akan mau ikut menemani ibunya berkunjung ke rumahnya ini. Jadi tak jadi soal jika hanya ibunyalah saja yang datang mengunjunginya. Emily tetap merasa senang. Sambil tersenyum lebar dia pun memeluk ibunya erat-erat."Mama datang? Kirain mama nggak mau datang ke rumah Mily," kata Emily tersenyum senang."Hus, bicara apa kamu? Mana mungkin mama tidak mau datang ke rumahmu, sayang?" sahut ibunya sambil mencolek hidung Emily dengan gemas."Rumah Mas Abi kecil, ma," kata Emil
Read more
Tamu Di Siang Itu
Emily terbangun karena indera penciumannya tersentuh oleh bau harum masakan. Hm, siapa yang sudah memasak di pagi buta seperti ini? Baunya lezat sekali. Sungguh memancing rasa lapar padahal mata masih terasa berat untuk terbuka. Oh, dengan susah payah Emily mencoba membuka matanya dan melihat pada jam dinding. Wah, rupanya sudah bukan pagi buta lagi. Jarum jam sudah berada di angka enam tepat. Pagi sudah menjelang, memberikan sedikit warna terang pada langit yang semalam begitu pekat.Apakah itu Mas Abi yang memasak? Emily mencoba menerka karena dilihatnya Abian tak ada lagi di sampingnya. Kenapa Mas Abi tidak membangunkan aku?Emily pun segera bangun dan duduk di atas kasur sambil mengucek matanya yang masih mengantuk. Hoam, dia menguap lebar. Heran, kenapa pagi ini matanya mengantuk sekali? Padahal semalam tidurnya nyenyak dalam pelukan Abian. Tapi pagi ini matanya berat seperti orang yang habis begadang.Emily duduk beberapa saat sambil berusaha mengumpulkan
Read more
Perkelahian Dua Perempuan
Rasanya seperti menyimpan sesuatu yang buruk, Emily pun jadi merasa gelisah. Dia memang tak menceritakan pada Abian tentang kedatangan Tomy ke rumah mereka. Sebab Emily takut emosi Abian akan terpancing lagi seperti dulu. Dia takut kedua laki-laki itu berkelahi dan membuat keadaan menjadi semakin kacau. Tapi menutupi semuanya juga bukan sesuatu yang mudah. Emily jadi merasa bersalah karena tak bersikap jujur pada suaminya. Sungguh menciptakan rasa gelisah yang mengganggu yang membuat dia tak nyaman menjalani hari-harinya.Sedangkan Tomy, dengan perasaan tak berdosa dia datang dan datang lagi menemui Emily. Meski Emily selalu menolak kedatangannya, tapi Tomy tak merasa jera sedikit pun. Justru dia jadi semakin merasa tertantang untuk bisa menaklukkan hati Emily. Bagi Tomy, ini seperti harga diri yang dipertaruhkan. Dia seolah merasa sedang bersaing dengan Abian. Dan sebagai laki-laki yang memiliki segalanya, dia tak kan terima jika harus menyerah kalah pada laki-laki miskin se
Read more
Semua Ini Memalukan!
Plak! Satu tamparan keras mendarat di pipi Sinta, entah untuk yang kesekian kalinya. Sinta pun kembali menjerit dan coba membalas. Tapi Emily tak memberi kesempatan bagi Sinta untuk membalas serangannya itu. Beberapakali Sinta hanya bisa pasrah menerima pukulan, cakaran dan jambakkan dari Emily. Dia pun menangis, sementara Emily seperti semakin kalap mengikuti amarahnya.Tumpah sudah tumpukan kemarahan Emily yang selama ini dia simpan rapi. Ditambah tekanan masalah yang dibuat Tomy untuknya, membuat luapan emosinya itu semakin hebat tak terkendali. Emily memang sedang pusing menghadapi gangguan dari Tomy akhir-akhir ini. Dan Sinta datang, sengaja mencari masalah dengannya. Jika pada akhirnya Emily tak mampu menahan amarahnya, mungkin itu bukan salahnya. Sinta yang salah karena telah menyulut api di atas tumpukan kayu yang telah tersiram bensin. Jika ternyata kayu itu cepat terbakar dan melukainya, maka itu adalah hasil dari kesalahannya sendiri.Emily terus menyerang,
Read more
Kekesalan Sinta
Sinta pulang dengan wajah dan tangan yang penuh luka serta rambut yang acak-acakan. Matanya pun sembab karena dia habis menangis. Ibunya yang sedang duduk santai di ruang tamu pun terkejut melihat putrinya pulang dalam keadaan yang seperti itu. Perempuan paruhbaya itu tak bisa menerka apa yang telah terjadi dengan putrinya. Sebab tadi dia keluar rumah dalam keadaan yang cantik dan rapi seperti biasanya. Tapi kenapa sekarang pulang dalam keadaan berantakan seperti itu?"Ada apa, Sinta? Apa yang terjadi denganmu? Kenapa kamu berantakan dan penuh luka seperti ini?" tanya ibunya dengan wajah terkejut menatap Sinta.Sinta cemberut. Dengan wajah kesal dia duduk di samping ibunya."Emily memukuli saya, bu," ucapnya mengadu."Apa?! Tidak mungkin!" seru ibunya terkejut dan tidak percaya."Sungguh, bu! Emily memang memukuli saya! Ini, ibu lihat sendiri wajah dan tubuh saya penuh luka!"Ibunya menatap Sinta tak berkedip. "Tidak mungkin Emily melakukan
Read more
Berita Dari Sinta
"Mau kemana, bu?" tanya Sinta saat dilihatnya ibunya bersiap hendak keluar rumah."Mau beli kue buat hidangan nanti sore. Guntur kan mau datang. Apa kau lupa?" Ibunya balik bertanya."Saya ingat, bu. Kan, dari semalam ibu nggak berhenti mengingatkan saya," jawab Sinta."Kau memang harus selalu diingatkan.""Ah, ibunya saja yang bawel.""Kalau ibu tidak bawel, kau tidak akan menurut. Sekarang kau tunggu ibu di rumah, jangan kemana-mana. Ibu cuma keluar sebentar membeli kue.""Biar saya saja yang beli, bu. Nanti kaki ibu pegal-pegal lagi dipakai berjalan jauh," kata Sinta menawarkan jasa menolong ibunya membelikan kue."Ah!" Ibunya berdecak pelan. "Nanti kau malah keluyuran! Nanti kau pergi ke toko Abian dan berlama-lama ngobrol di sana. Akalmu terlalu banyak!" tolak ibunya."Nggak kok, bu. Saya nggak akan keluyuran. Dan saya juga nggak akan ke toko Mas Abi. Saya akan ke toko kue yang satunya walau pun jaraknya agak jauh dari sin
Read more
PREV
1
...
45678
...
11
DMCA.com Protection Status