Semua Bab Bukan Suami Biasa: Bab 31 - Bab 40
106 Bab
Tiba Di Rumah Emily
Mereka berboncengan. Abian mengantarkan Emily pulang pagi itu. Sebab bagaimana pun Emily adalah tanggungjawabnya. Jadi tidak mungkin dia membiarkan Emily untuk pulang sendiri ke rumah orangtuanya. Abian harus bertemu dengan kedua orangtua Emily dan menjelaskan semuanya. Dia tidak mau terjadi kesalah pahaman karena dia telah menikahi Emily tanpa izin mereka. Abian harap mereka bisa mengerti karena waktu itu benar-benar tak ada pilihan. Dia memang harus menikahi Emily agar gadis itu tak lagi berbuat nekat ingin mengakhiri hidupnya."Saya nggak akan lama di rumah papa. Saya pasti rindu pada Mas Abi," kata Emily sambil mengeratkan pelukannya di pinggang Abian."Jangan terburu-buru, Mily. Saya ingin kamu meyakinkan hatimu sebelum kamu kembali pada saya. Selama ini kamu melihat saya sebagai orang yang telah menolong kamu. Jadi mungkin aja yang kamu rasakan itu cuma kekaguman yang sementara. Ngerti kamu?""Ya, suamiku," canda Emily menyahuti.Abian tak menanggap
Baca selengkapnya
Berpisah
Kedua orangtua Emily menatap Abian tanpa kedip. Yang disampaikan oleh putri mereka ini sungguh berita yang sangat mengejutkan. Bagaimana mungkin laki-laki yang sedang duduk di hadapan mereka itu adalah menantu mereka? Bagaimana mungkin Emily menikah dalam pelariannya? Mereka mengenal Emily. Dia bukanlah gadis yang suka mengambil keputusan sembarangan. Rasanya tidak mungkin jika dia menikah seperti itu. Tanpa restu mereka dan tanpa persiapan apa-apa. Hanya dalam waktu singkat pelariannya tiba-tiba saja dia pulang membawa seorang suami?Yang mereka tahu, Emily pergi dari rumah karena kecewa atas pengkhianatan Tomy. Emily terluka melihat pernikahan Tomy dan Sandra. Lantas, kenapa tiba-tiba saja sekarang dia pulang bersama seorang suami? Apakah ini sekadar untuk balas dendam? Atau untuk menutupi rasa kecewanya saja? Tapi apa pun alasannya itu, semua ini benar-benar satu tindakan yang gila. Sungguh keterlaluan dia berani menikah tanpa restu. Dan sungguh lancang laki-laki itu berani
Baca selengkapnya
Tomy Yang Menyebalkan
"Jadi kamu kembali pulang?" tanya Tomy tersenyum.Emily menatap mantan kekasihnya itu dengan wajah yang cemberut. Saat itu dia sedang duduk santai di ruang makan sambil menikmati segelas susu hangat dan biskuit coklat kesukaannya. Baru beberapa saat dia kembali dan sekarang ini sedang menikmati suasana rumah yang sepi. Ayah dan ibunya sedang bersantai di ruang tv setelah tadi gencar menanyainya tentang kebenaran cerita tentang Abian yang barusan mereka dengar.Apa benar dia menolongmu? Apa benar dia tidak menyentuhmu? Apa benar dia punya toko roti sebagai mata pencahariannya? Apa dia berasal dari keluarga baik-baik? Apa pendidikan terakhirnya? Dan banyak pertanyaan yang lainnya lagi yang membuat Emily jadi sedikit pusing.Emily tahu jika Abian adalah satu sosok yang asing bagi kedua orangtuanya. Dan pasti mereka terkejut karena ternyata sosok asing itu telah menjadi menantu mereka. Tapi sungguh pertanyaan-pertanyaan yang penuh kecurigaan itu membuat Emily jadi m
Baca selengkapnya
Masih Ingin Memiliki
"Benarkah?" tanya Tomy tak percaya. Kedua matanya membulat karena rasa terkejut yang tidak bisa dia sembunyikan. Sementara itu kedua mertuanya duduk dengan wajah bingung di hadapannya. Terlihat jelas apa yang sedang mereka bicarakan ini adalah sesuatu yang serius. Dan sepertinya mereka tak tahu jalan keluar yang terbaik untuk masalah itu.Sore itu kedua orangtua Emily, Sandra dan Tomy sedang berkumpul di ruang tengah membicarakan tentang Emily dan Abian. Sementara saat itu Emily sedang berada di kamarnya dan tak tahu menahu tentang pembicaraan mereka ini."Jadi laki-laki yang mengaku telah menikahi Mily itu yang tadi mengantar Mily pulang?" Sandra ikut bertanya dengan wajah tak percaya.Kedua orangtuanya mengangguk. "Papa dan mama sudah bertemu dengan laki-laki itu dan sudah mendengar semua penjelasan darinya.""Seperti apa orangnya? Apa dia orang baik-baik?" tanya Tomy menyela."Entahlah. Tapi kalau semua ceritanya itu benar, berarti dia orang baik-bai
Baca selengkapnya
Bulan Madu Itu Batal
Tomy duduk melamun di kursi yang ada di depan jendela kamarnya. Sejak tadi dia tampak asyik dengan pikirannya sendiri. Tak dihiraukannya Sandra yang baru saja masuk sambil membawa semangkuk salad buah. Pikiran Tomy terus terpusat pada apa yang sedang berkecamuk dalam kepalanya. Sementara matanya lurus menatap langit lepas dengan pandangan yang kosong.Sandra sesaat memperhatikan. Dia merasa aneh dengan sikap Tomy ini. Sebab tak biasanya suaminya duduk melamun seperti itu. Bahkan Tomy tampak sedikit gelisah, seolah ada yang sedang mengganggu pikirannya. "Tom," panggil Sandra mengganggu lamunan suaminya.Tomy tak menyahut. Dia terus asyik melambungkan lamunannya. Sandra tak tahu jika suaminya sedang mengisi kepala dan hatinya dengan bayang-bayang Emily. Tomy sedang membangun hasratnya. Membuatnya semakin bernafsu ingin memiliki kembali mantan kekasihnya itu. Aku tak bisa membiarkan Emily dimiliki oleh laki-laki miskin itu. Aku harus bisa membuat Emi
Baca selengkapnya
Rindu Itu Berat
Telah beberapa hari ini Abian tampak lebih pendiam dari biasanya. Dia tak bicara jika tak ditanya. Sepertinya tak ada bahan pembicaraan yang menarik baginya. Padahal Inung seringkali memancingnya untuk bicara. Tapi Inung tak berhasil. Abian hanya bicara beberapa patah kata sebagai jawaban, kemudian kembali diam. Dia tenggelam dalam pekerjaannya dan membiarkan waktunya berjalan dalam sepi. Inung mengerti. Kali ini dia bisa menebak dengan pasti, semua ini tentulah karena Emily. Karena sejak Emily kembali ke rumah orangtuanya, Abian jadi lebih pendiam. Mungkin dia rindu. Atau mungkin takut kehilangan. Tapi yang namanya Abian, mana mau dia bercerita tentang kesedihannya? Dia lebih suka diam dan membiarkan Inung yang menebak isi hatinya."Kalau kangen kenapa nggak lo jemput aja sih, Bi?" tanya Inung akhirnya.Abian yang sedang meletakkan roti-roti ke dalam kaca etalase itu pun menoleh. "Huh?" "Emily kenapa nggak lo jemput aja? Lo kangen dia, kan?"
Baca selengkapnya
Setitik Harapan Untuk Sinta
Bagi seseorang yang sedang dirundung keputus-asaan, setitik harapan adalah sebuah kekuatan yang bisa membuatnya kembali tegar. Begitu pun yang dialami oleh Sinta. Dia yang kemarin sempat terpuruk, kini bisa kembali tegar berdiri karena setitik harapan yang dia miliki. Harapan itu datang lewat angin yang berhembus yang membisikan satu cerita tentang kepergian Emily dari hidup Abian.Benarkah? Benarkah laki-laki yang sekian tahun mengisi mimpinya itu kini sendiri lagi? Kemarin ada gadis yang datang dan mengoyak mimpinya. Meski dia terus berjuang untuk bertahan dengan mimpinya itu, tapi tetap saja kehadiran gadis itu menghancurkan segalanya. Abian pun terasa semakin jauh dan sulit untuk diraih.Sinta pun mengalah. Dia rela jadi yang kedua. Tapi tetap saja semua itu sia-sia. Sekian tahun perjuangannya mendekati Abian pun harus berakhir dengan kecewa. Gadis yang datang tiba-tiba itu berhasil membuatnya merasa kalah dan hampir menyerah. Haruskah ku hentikan lang
Baca selengkapnya
Jadikan Saya Yang Kedua
Sinta melangkah cepat di bawah terik sinar matahari siang itu. Seperti biasa, dia membawa rantang makanan untuk Abian. Larangan dari ibunya tak digubrisnya sama sekali. Masa bodo dengan omongan orang. Masa bodo dengan harga diri. Sinta hanya tak ingin melewatkan kesempatan yang ada di depan mata. Bukankah kesempatan emas itu tak datang dua kali?Jangan salahkan aku yang berusaha mendekati Abian. Tapi salahkan saja Emily yang pergi meninggalkan suaminya itu sendirian. Punya suami setampan itu kok ditinggal? Kalau aku yang jadi dia, tak akan kutinggalkan Abian biar sedetik pun. Pasti akan ku dekap dan ku jaga baik-baik hingga tak kan ada seorang perempuan pun yang bisa mendekatinya."Tapi dia terlalu dingin," kata seorang sahabat kemarin."Tapi pasti hangat di atas ranjang, kan?" Sinta menyahuti dengan tersenyum."Di atas ranjang? Ih, khayalanmu nakal," sahut sahabatnya ikut tersenyum.Sesaat mereka berdua pun tenggelam dalam khayalan nakal mereka masing-
Baca selengkapnya
Dia Yang Terbaik, Ma!
Emily meletakkan mangkuk sayur yang dibawanya ke atas meja makan. Sore ini dia mengisi waktunya dengan memasak sayur di dapur. Sayur asem, sayur kesukaan Abian. Ketika mencicipi tadi, Bik Jum bilang rasanya enak. Sedap. Ehm, mungkin karena memasaknya dengan segenap perasaan rindu yang Emily rasakan menggumpal di dadanya. Kerinduan Emily pada Abian memang telah memenuhi ruang hatinya. Karena itulah sore ini dia meluapkan rasa rindunya itu dengan cara memasak sayur kesukaan suaminya itu. Sekalian untuk membuktikan pada kedua orangtuanya kalau dia benar telah berubah kini. Dia bukan lagi Emily manja yang tidak bisa apa-apa. Tapi sekarang dia adalah seorang istri yang pandai memasak untuk suaminya."Benarkah Mily yang memasak sayur ini?" tanya ibunya menghampiri."Benar, bu. Non Emily yang memasak sayur itu. Tanpa bantuan bibik sama sekali, loh," Bik Jum menyahuti dengan tatapan bangga dari dapur.Emily tersenyum. "Mas Abi yang membuat saya bisa memasak dan mengerja
Baca selengkapnya
Kecemburuan Sandra
Emily memutuskan untuk tetap berdiri di tempatnya dan menajamkan pendengarannya. Bukan bermaksud kurangajar karena mencuri dengar pertengkaran rumah tangga orang lain, tapi dia penasaran dengan apa yang terjadi dengan rumah tangga kakaknya bersama Tomy. Kenapa sampai terjadi pertengkaran sedangkan mereka masih menjadi sepasang pengantin baru? Seharusnya mereka sedang menikmati masa-masa indah awal pernikahan. Menikmati kebersamaan sebagai sepasang suami istri. Bukannya malah bertengkar seperti itu, seperti pasangan yang sudah dihantam oleh banyak cobaan.Masalah apakah yang memicu pertengkaran itu? Emily mencoba menajamkan lagi pendengarannya. Sayup-sayup dia bisa mendengar apa yang mereka katakan. Tentang bulan madu. Itukah yang mereka ributkan?Ah, Emily teringat kata-kata Tomy kemarin. Tomy bilang dia sengaja membatalkan rencana bulan madu bersama Sandra demi supaya bisa dekat dengan dirinya! Oh, sungguh ini salah! Tak semestinya Tomy melakukan itu! Apakah kehadiranny
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
DMCA.com Protection Status