Share

WAJAH ASLI ISTRI BARUKU
WAJAH ASLI ISTRI BARUKU
Penulis: Hanin Humayrohumayro

CERAI

ADNAN

Setelah sekian minggu menjalani sidang perceraian, palu perpisahan diketuk oleh hakim pengadilan agama. Resmi sudah aku dan Rida berpisah. Bahtera rumah tangga yang kukemudikan pun kandas sebelum menggapai pelabuhan harapan.

Terkhianati sudah janji yang pernah kuikrarkan di depan penghulu tujuh tahun silam. Aku telah mengurai ikatan suci yang dulu pernah mati-matian diperjuangkan. Bukan setitik curahan pengorbanan baik aku maupun Rida. Namun, terlalu sulit dikalkulasikan berapa jumlahnya.

Kini, kuurai apa yang pernah diperjuangkan dengan menghalau segala rintangan. Kini, kuhancurkan bangunan pernikahan yang telah berdiri kokoh bukan dalam hitungan bulan.

Vonis ini terjadi tepat di tahun ke tujuh pernikahan kami. Hari yang seharusnya menjadi momen bahagia bagi Rida, nyatanya justru kepiluan yang kuberikan padanya.

Di hatinya pasti tertoreh sayatan-sayatan luka. Pasti pedih dan menyakiti hingga ke dasarnya. Sungguh, aku sejahat-jahatnya lelaki. Tega mecampakkan wanita yang telah membersamai langkah ini mengarungi kehidupan dunia.

Lepas sidang, aku menghampiri Rida. Meski kami bukan lagi suami istri, aku masih punya tanggung jawab dua anak yang lahir dari rahimnya. Anak pertama Azka berusia enam tahun, yang kedua Azkia berusia dua tahun.

Selama sidang, aku masih bertemu dengan keduanya. Bermain dan mengajaknya jalan-jalan membeli mainan. Bahkan, rasanya saat itu tak seperti akan pergi dari sisi mereka.

Pernah terbersit untuk membatalkan sidang, tapi rupanya bisikan setan lebih kupatuhi daripada iman. Akhirnya kembali hati dikuatkan untuk tetap mengurai tali pernikahan yang telah kurajut tujuh tahun lamanya.

Rida nampak berusaha tegar di hadapanku meski sebenarnya tidak. Tatapan mata itu terlalu tak mungkin menyembunyikan kepedihan di sana.

Kabut-kabut kesedihan telah menaungi seluruh wajahnya. Binar redup tampak mengedar di kedua bola matanya. Sayu, teramat sayu tatapannya. Tangan itupun bergetar, meski samar. Gestur tubuhnya tampak layu, tanpa gairah kehidupan

Ia pernah bertanya apa salahnya saat tahu aku bermain di belakangnya. Diulang-ulang pertanyaan itu sebab aku tak mampu menjawab.

Di sela deraian air mata ia memohon jawaban. Kala tak menangis, tetap bertanya. Pagi, siang, sore bahkan malam Rida tetap bertanya perihal kesalahannya. Diulang terus diulang hingga aku terpojok.

Aku tak sanggup menjawab sebab memang tak ada jawabannya. Ia tak punya salah apa-apa. Rida telah menjalani peran terbaiknya sebagai istri dan ibu rumah tangga. Ia wanita yang mampu memberi ketenangan bagi lelaki di sampingnya.

Semua urusan rumah tangga ditangani sebaik mungkin. Ketaatannya tak perlu diragukan lagi. Pelayanan sebagai istri jangan ditanya. Aku bahkan dilayaninya dengan sepenuh jiwa.

Oleh karena itu, aku tak sanggup mengatakan apa kesalahannya. Mau dicari sekuat apapun, tak akan ditemukan.

“Aku berjanji anak-anak takkan kekurangan nafkah meski kita tak bersama lagi.”

Selain melaksanakan kewajiban sebagai ayah, pemberian nafkah pun untuk mengurangi rasa bersalah. Dengan tetap terjaminnya hidup Rida, Azka dan Azkia kesalahanku pada mereka takkan terlampau besar. Minimal ada sedikit jasaku pada mereka.

Rida tak menanggapi ucapanku saat kami berhadapan. Bahkan, matanya tak mau bertemu pandang dengan tatapanku. Ia malah mengambil sesuatu dari dompetnya, lalu mengulurkan benda mungil itu.

Setelah cincin pernikahan yang dahulu tak pernah ia lepaskan ada di tangan ini, wanita berhijab marun itu berlalu. Dalam derap langkahnya, aku merasakan amarah yang tertahan. Amarah pada lelaki jahat yang tega menghancurkan hidupnya, lelaki yang tak punya perasaan.

Akulah lelaki jahat yang tak punya perasaan itu. Dominasi napsu telah menyingkirkan nurani sekaligus kewarasan. Semua itu patah oleh kerling nakal Ela, wanita yang kini akan mengganti posisi Rida.

*.

Perpisahan ini tak sepenuhnya salahku, itu pembelaan satu sisi ruang hati. Dia akan mendukung di saat sisi lain memvonis perilaku ini.

Kehidupan bersama Rida memanglah damai, hanya terasa datar, monoton. Aku bosan menghadapi hari demi hari. Wanita itu cenderung pasif, menunggu bagaimana aku bertindak. Tak pernah ada inisiatif memberi kejutan spesial dalam rangka menghilangkan kejenuhan.

Kehadiran Ela mengubah segalanya. Wanita yang lebih muda lima tahun dari Rida telah membuat hariku berwarna. Gaya manja dan kerling nakalnya membuat debaran di dada ini menggila.

Sekertaris baru yang dandanannya cetar membahana telah memerangkap jiwa ini dalam napsu. Kewarasanku ia rampas hingga seiring waktu terjalinlah hubungan atas nama asmara. Begitu meledak-ledakkan rasa sampai-sampai aku rela melepas Rida demi Ela.

Setolol itu memang pria bernama Adnan Saputra!

Komen (5)
goodnovel comment avatar
datik widayanti
siiip bagus cerita nys
goodnovel comment avatar
Sarti Patimuan
Hallo author ijin baca ceritanya.Baru awal sudah nyesek bacanya
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
dan mantan istri mu yg juga tolol itu menerima semua pengkhianatan mu dan pergi tanpa bawa apa2. kemudian dia pontang panting cari nafkah sampai akhirnya ketemu laki2 kaya menyukainya. begitukah alur cerita jni
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status