Share

Chapter II : Bertemu Pria Idaman

"Salam kepada Sang Bulan kerajaan, Yang Mulia Grand Duke!" ujar Penguasa Luvena, yakni RUXEN ODELO LUVENA —ayah kandung Cette dan Gitte, kepada seseorang yang baru datang.

Bukan hanya Ruxen saja yang menundukkan kepalanya, tapi semua orang yang ada di ruangan ini melakukan hal yang sama.

"Ada keperluan apa Anda datang ke kediaman kami tanpa pemberitahuan?" tanya Ruxen pada orang yang ia sebut Yang Mulia tersebut.

Ada sedikit penekanan dari kata-kata yang diucapkan oleh Ruxen kepada orang yang ia maksudkan.

Ruxen sepertinya tidak begitu menerima kedatangan Lord Morgan di kediamannya. Belum lagi karena Morgan datang tanpa pemberitahuan —merupakan hal yang tidak sopan bagi seorang bangsawan yang datang bertamu ke kediaman bangsawan lain tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Alasan lain, karena faksi yang mereka anut jelas berbeda.

Orang yang ditanyai bukannya menjawab pertanyaan Ruxen, ia malah berjalan semakin mendekat ke arah Jia yang masih terbaring di atas tempat tidur.

Kini orang yang disebut sebagai Lord Morgan itu sudah berada dihadapan Jia.

"Puja kerang ajaib!" batin Jia terkesiap.

Jia terperangah melihat ketampanan tiada tara dari makhluk yang sedang ia tatap saat ini.

Wajah tampan nan rupawan, rambut silver dengan mata berwarna merah yang tajam. Tidak ketinggalan bentuk tubuh indah bak pahatan dari sang profesional.

Laki-laki yang benar-benar merefleksikan suami idaman yang sangat mustahil untuk Jia wujudkan selama ini. Karena menurutnya tidak mungkin ada yang sesempurna seperti sosok yang sedang ia tatap ini.

Tapi karena Jia melihatnya dengan jelas berdiri dihadapannya, ia semakin yakin kalau ia tengah bermimpi.

"Boleh bawa pulang gak bang?" batin Jia malah cengengesan sendiri.

Laki-laki itu berdiri sambil menatap pada Jia yang terbaring lemah di atas tempat tidur.

"Duh, kalau dia menatapku sampai sebegitunya, kan aku jadi malu!" batin Jia lagi malah dengan tatapan malu-malu mengalihkan pandangannya ke sembarang arah. Tapi ....

"Pfft!!"

"Eh? Tertawa mengejek darimana yang baru saja aku dengar ini?" batin Jia mulai mencari asal suara tersebut.

Jia kembali melemparkan pandangannya kepada laki-laki bertubuh indah dan berparas memesona itu. Wajah tampannya masih menunjukkan senyuman menyeringai yang tidak enak untuk dilihat.

"Apa dia yang baru saja menertawakan aku? Benarkah?" batin Jia sembari mengernyitkan dahi. "Aku sudah memujimu karena kamu sangat tampan, tapi kamu baru saja menertawakanku? Tidak terpuji sekali kamu!" batin Jia lagi yang malah sebal sendiri.

"Lagi pula apa yang sedang dia tertawakan? Apa baginya melihatku yang seperti ini merupakan sebuah lelucon?" lanjut Jia masih berbicara di dalam hati dengan raut wajah sebal.

Laki-laki yang dipanggil Lord itu tiba-tiba mengubah raut wajahnya menjadi serius. "Ternyata kamu masih hidup ya!" decihnya dengan ekspresi seriusnya itu.

Jia membelalakkan mata. "Apa dia sudah gila?! Berani sekali dia mengatakan hal mengerikan itu dengan ekspresi seperti itu."

Jia mengedarkan pandangannya ke sekitar. Tapi tidak seorangpun yang berusaha untuk menimpali ucapan manusia dengan lidah iblis itu.

"Apa mereka tidak mendengar ucapannya yang sangat menusuk jantungku itu?" tanya Jia dalam hati merasa kebingungan.

"Ayah, Cettemu ini sedang dihina oleh orang tampan yang sedikit gila ini. Tolong bela aku!" batin Jia lagi dengan tatapan sayu rayu yang mendadak mengakui dirinya sebagai Cette kepada Ruxen yang tadi sangat mengkhawatirkannya itu.

Ruxen yang seolah mengerti Jia sedang meminta pembelaan darinya, akhirnya mengangkat kepalanya dan menatap Lord Morgan.

"Tolong usir dia, ayahnya Cette! Walaupun dia tampan dan sangat idaman. Tetap saja dia sangat menyebalkan!" batin Jia merasa akan mendapatkan dukungan dari Ruxen.

"Yang Mulia, maafkan atas kelancangan saya! Tapi, ada keperluan apa Anda tiba-tiba datang ke kediaman kami?" tanya Ruxen lagi dengan pertanyaan sebelumnya kepada Morgan.

"Tidak ada. Aku datang karena mendengar Putri Anda sudah siuman," jawab Morgan dengan santainya.

"Lihatlah jawabannya yang sangat menyebalkan itu!" batin Jia masih terus merasa sebal, walaupun tidak ada yang bisa mendengarkan suaranya.

"Tapi ...melihat keadaannya yang sangat memprihatinkan, aku jadi semakin merasa kasihan!" lanjut Morgan lagi belum mengalihkan pandangannya dari Jia. Ia bahkan tersenyum kecil seperti mengejek.

"Ka ...,kaaauuu ...!" bentak Jia akhirnya dengan sangat kesusahan dari sisa kekuatan yang sudah ia kumpulkan dengan sekuat tenaganya.

"Suara sialan ini malah tidak bisa ke luar di saat yang penting seperti ini!" batin Jia merasa sangat geram. "Aku sangat ingin memukulnya!"

Kemudian Jia mengepalkan tangan kanannya. Walaupun dengan sangat kesulitan, ia mencoba untuk mengangkatnya.

"Apa kamu ingin memukulku?" tanya Morgan dengan entengnya. "Menarik!"

"Menarik lambemu! Aku benar-benar akan memukulmu sekuat tenagaku," sarkas Jia dalam hati dengan penuh kekesalan.

"Cette, sopanlah pada Yang Mulia!" perintah Ruxen kepada Jia. "Beliau yang sudah menyelamatkan kamu!"

"Eh...?" Jia berdeham dan langsung mengubah raut wajahnya menjadi lebih lembut. "Dia yang sudah menyelamatkanku? Tapi kenapa dia berbicara seolah-olah tidak senang karena aku masih hidup?" batin Jia semakin dilema harus berterimakasih atau mengutuknya saat ini.

"Sejak tadi dia juga dipanggil Yang Mulia. Apa mungkin dia Raja? Atau Pangeran? Dia cakep, sih! Tapi sayang perangainya tidak sesuai dengan wajah tampan dan juga gelarnya," batin Jia sambil menggeleng dan memasang ekspresi tidak suka.

"Mungkin kamu lupa. Tapi beliau merupakan Yang Mulia Grand Duke. Nama beliau adalah MORRIGAN CAVELIO GLENN," jelas Ruxen pada Cette yang seperti kebingungan.

"Morrigan? Glenn? Kenapa aku seperti tidak asing dengan nama itu?" batin Jia sedang menerawang jauh dalam memori ingatannya tentang kapan dan di mana ia pernah mendengar nama yang sama.

"Lupa? Apa mungkin Putri Anda ...."

"Tabib mengatakan bahwa ada kemungkinan Cette mengalami amnesia. Cette bahkan tidak mengingat saya dan juga adiknya," jelas Ruxen kepada Morgan.

"Amnesia?" desis Morgan sembari memiringkan kepalanya dan menatap Jia. "Benarkah?"

"Iya benar. Terus lu mau apa?" batin Jia masih sebal.

Namun, Morgan malah kembali tersenyum menyeringai.

"Ada yang bisa ngambilin tongkat baseball gak, sih?" batin Jia sudah tidak bisa menahan diri. "Aku akan memberikan pelajaran kepada Yang Mulia ini!"

Tiba-tiba Jia merasakan seperti ada yang memukul kepalanya dengan sangat kuat. Ia seperti mendengar bunyi 'TING!!!' dengan sangat keras dari kepalanya.

Jia terdiam beberapa saat. Ia tidak bisa merasakan apa-apa. Bunyi yang hanya sekali tapi sangat keras itu berhasil membuatnya tak berdaya.

"Perasaan aneh apa ini? Ke-kenapa aku tidak bisa menggerakkan tubuhku sendiri!" batin Jia kebingungan sendiri. Ia bahkan tidak bisa mengedipkan matanya sendiri. "A-apa yang harus aku lakukan?"

"Nona? Apa Anda baik-baik saja?" tanya Zien saat melihat gelagat Jia yang sedikit aneh.

Tanpa memedulikan ada Morgan di sana, Zien langsung berhambur ke dekat Jia untuk memeriksa keadaannya.

"Kakak!" Gitte juga ikut berteriak dan kembali menangis.

Di tengah kericuhan yang tercipta itu, Jia baru menyadari bahwa sekitarnya mendadak menjadi gelap. Ia tidak bisa melihat apa-apa.

Tapi saat Jia melihat sebuah cahaya berwarna Biru melesat cepat ke arahnya dan menembus jantungnya, ia merasakan dadanya seperti terbakar.

"Aarrgghhhhhh!" erang Jia sekuat tenaga walaupun ia belum benar-benar bisa mengeluarkan suara. Tapi Jia sudah bisa menggerakkan tubuhnya kembali.

"Dadaku sakit sekali!" batin Jia mulai mengeluarkan air mata. Ia tidak berdaya dengan perasaan mencekam seperti di antara hidup dan mati yang sedang menimpanya saat ini.

"Rasa sakit ini lebih menyiksa daripada ketika aku dicekik oleh Aziel," batin Jia lagi masih belum bisa mengendalikan dirinya.

"Nona Luvena, tenanglah!" Jia mendengar ada suara orang yang berbicara. Walaupun suara itu terasa sangat jauh sekali.

Jia terus mengerang kesakitan dan menyadari tengah menggenggam erat tangan seseorang. Walaupun ia tidak tahu tangan siapa yang ia genggam.

"Apakah ini tangan Zien? Atau Gitte?" batin Jia masih sempat menerkanya. Beberapa saat kemudian Jia tidak sadarkan diri.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status