"Salam kepada Sang Bulan kerajaan, Yang Mulia Grand Duke!" ujar Penguasa Luvena, yakni RUXEN ODELO LUVENA —ayah kandung Cette dan Gitte, kepada seseorang yang baru datang.
Bukan hanya Ruxen saja yang menundukkan kepalanya, tapi semua orang yang ada di ruangan ini melakukan hal yang sama."Ada keperluan apa Anda datang ke kediaman kami tanpa pemberitahuan?" tanya Ruxen pada orang yang ia sebut Yang Mulia tersebut.Ada sedikit penekanan dari kata-kata yang diucapkan oleh Ruxen kepada orang yang ia maksudkan.Ruxen sepertinya tidak begitu menerima kedatangan Lord Morgan di kediamannya. Belum lagi karena Morgan datang tanpa pemberitahuan —merupakan hal yang tidak sopan bagi seorang bangsawan yang datang bertamu ke kediaman bangsawan lain tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Alasan lain, karena faksi yang mereka anut jelas berbeda.Orang yang ditanyai bukannya menjawab pertanyaan Ruxen, ia malah berjalan semakin mendekat ke arah Jia yang masih terbaring di atas tempat tidur.Kini orang yang disebut sebagai Lord Morgan itu sudah berada dihadapan Jia."Puja kerang ajaib!" batin Jia terkesiap.Jia terperangah melihat ketampanan tiada tara dari makhluk yang sedang ia tatap saat ini.Wajah tampan nan rupawan, rambut silver dengan mata berwarna merah yang tajam. Tidak ketinggalan bentuk tubuh indah bak pahatan dari sang profesional.Laki-laki yang benar-benar merefleksikan suami idaman yang sangat mustahil untuk Jia wujudkan selama ini. Karena menurutnya tidak mungkin ada yang sesempurna seperti sosok yang sedang ia tatap ini.Tapi karena Jia melihatnya dengan jelas berdiri dihadapannya, ia semakin yakin kalau ia tengah bermimpi."Boleh bawa pulang gak bang?" batin Jia malah cengengesan sendiri.Laki-laki itu berdiri sambil menatap pada Jia yang terbaring lemah di atas tempat tidur."Duh, kalau dia menatapku sampai sebegitunya, kan aku jadi malu!" batin Jia lagi malah dengan tatapan malu-malu mengalihkan pandangannya ke sembarang arah. Tapi ...."Pfft!!""Eh? Tertawa mengejek darimana yang baru saja aku dengar ini?" batin Jia mulai mencari asal suara tersebut.Jia kembali melemparkan pandangannya kepada laki-laki bertubuh indah dan berparas memesona itu. Wajah tampannya masih menunjukkan senyuman menyeringai yang tidak enak untuk dilihat."Apa dia yang baru saja menertawakan aku? Benarkah?" batin Jia sembari mengernyitkan dahi. "Aku sudah memujimu karena kamu sangat tampan, tapi kamu baru saja menertawakanku? Tidak terpuji sekali kamu!" batin Jia lagi yang malah sebal sendiri."Lagi pula apa yang sedang dia tertawakan? Apa baginya melihatku yang seperti ini merupakan sebuah lelucon?" lanjut Jia masih berbicara di dalam hati dengan raut wajah sebal.Laki-laki yang dipanggil Lord itu tiba-tiba mengubah raut wajahnya menjadi serius. "Ternyata kamu masih hidup ya!" decihnya dengan ekspresi seriusnya itu.Jia membelalakkan mata. "Apa dia sudah gila?! Berani sekali dia mengatakan hal mengerikan itu dengan ekspresi seperti itu."Jia mengedarkan pandangannya ke sekitar. Tapi tidak seorangpun yang berusaha untuk menimpali ucapan manusia dengan lidah iblis itu."Apa mereka tidak mendengar ucapannya yang sangat menusuk jantungku itu?" tanya Jia dalam hati merasa kebingungan."Ayah, Cettemu ini sedang dihina oleh orang tampan yang sedikit gila ini. Tolong bela aku!" batin Jia lagi dengan tatapan sayu rayu yang mendadak mengakui dirinya sebagai Cette kepada Ruxen yang tadi sangat mengkhawatirkannya itu.Ruxen yang seolah mengerti Jia sedang meminta pembelaan darinya, akhirnya mengangkat kepalanya dan menatap Lord Morgan."Tolong usir dia, ayahnya Cette! Walaupun dia tampan dan sangat idaman. Tetap saja dia sangat menyebalkan!" batin Jia merasa akan mendapatkan dukungan dari Ruxen."Yang Mulia, maafkan atas kelancangan saya! Tapi, ada keperluan apa Anda tiba-tiba datang ke kediaman kami?" tanya Ruxen lagi dengan pertanyaan sebelumnya kepada Morgan."Tidak ada. Aku datang karena mendengar Putri Anda sudah siuman," jawab Morgan dengan santainya."Lihatlah jawabannya yang sangat menyebalkan itu!" batin Jia masih terus merasa sebal, walaupun tidak ada yang bisa mendengarkan suaranya."Tapi ...melihat keadaannya yang sangat memprihatinkan, aku jadi semakin merasa kasihan!" lanjut Morgan lagi belum mengalihkan pandangannya dari Jia. Ia bahkan tersenyum kecil seperti mengejek."Ka ...,kaaauuu ...!" bentak Jia akhirnya dengan sangat kesusahan dari sisa kekuatan yang sudah ia kumpulkan dengan sekuat tenaganya."Suara sialan ini malah tidak bisa ke luar di saat yang penting seperti ini!" batin Jia merasa sangat geram. "Aku sangat ingin memukulnya!"Kemudian Jia mengepalkan tangan kanannya. Walaupun dengan sangat kesulitan, ia mencoba untuk mengangkatnya."Apa kamu ingin memukulku?" tanya Morgan dengan entengnya. "Menarik!""Menarik lambemu! Aku benar-benar akan memukulmu sekuat tenagaku," sarkas Jia dalam hati dengan penuh kekesalan."Cette, sopanlah pada Yang Mulia!" perintah Ruxen kepada Jia. "Beliau yang sudah menyelamatkan kamu!""Eh...?" Jia berdeham dan langsung mengubah raut wajahnya menjadi lebih lembut. "Dia yang sudah menyelamatkanku? Tapi kenapa dia berbicara seolah-olah tidak senang karena aku masih hidup?" batin Jia semakin dilema harus berterimakasih atau mengutuknya saat ini."Sejak tadi dia juga dipanggil Yang Mulia. Apa mungkin dia Raja? Atau Pangeran? Dia cakep, sih! Tapi sayang perangainya tidak sesuai dengan wajah tampan dan juga gelarnya," batin Jia sambil menggeleng dan memasang ekspresi tidak suka."Mungkin kamu lupa. Tapi beliau merupakan Yang Mulia Grand Duke. Nama beliau adalah MORRIGAN CAVELIO GLENN," jelas Ruxen pada Cette yang seperti kebingungan."Morrigan? Glenn? Kenapa aku seperti tidak asing dengan nama itu?" batin Jia sedang menerawang jauh dalam memori ingatannya tentang kapan dan di mana ia pernah mendengar nama yang sama."Lupa? Apa mungkin Putri Anda ....""Tabib mengatakan bahwa ada kemungkinan Cette mengalami amnesia. Cette bahkan tidak mengingat saya dan juga adiknya," jelas Ruxen kepada Morgan."Amnesia?" desis Morgan sembari memiringkan kepalanya dan menatap Jia. "Benarkah?""Iya benar. Terus lu mau apa?" batin Jia masih sebal.Namun, Morgan malah kembali tersenyum menyeringai."Ada yang bisa ngambilin tongkat baseball gak, sih?" batin Jia sudah tidak bisa menahan diri. "Aku akan memberikan pelajaran kepada Yang Mulia ini!"Tiba-tiba Jia merasakan seperti ada yang memukul kepalanya dengan sangat kuat. Ia seperti mendengar bunyi 'TING!!!' dengan sangat keras dari kepalanya.Jia terdiam beberapa saat. Ia tidak bisa merasakan apa-apa. Bunyi yang hanya sekali tapi sangat keras itu berhasil membuatnya tak berdaya."Perasaan aneh apa ini? Ke-kenapa aku tidak bisa menggerakkan tubuhku sendiri!" batin Jia kebingungan sendiri. Ia bahkan tidak bisa mengedipkan matanya sendiri. "A-apa yang harus aku lakukan?""Nona? Apa Anda baik-baik saja?" tanya Zien saat melihat gelagat Jia yang sedikit aneh.Tanpa memedulikan ada Morgan di sana, Zien langsung berhambur ke dekat Jia untuk memeriksa keadaannya."Kakak!" Gitte juga ikut berteriak dan kembali menangis.Di tengah kericuhan yang tercipta itu, Jia baru menyadari bahwa sekitarnya mendadak menjadi gelap. Ia tidak bisa melihat apa-apa.Tapi saat Jia melihat sebuah cahaya berwarna Biru melesat cepat ke arahnya dan menembus jantungnya, ia merasakan dadanya seperti terbakar."Aarrgghhhhhh!" erang Jia sekuat tenaga walaupun ia belum benar-benar bisa mengeluarkan suara. Tapi Jia sudah bisa menggerakkan tubuhnya kembali."Dadaku sakit sekali!" batin Jia mulai mengeluarkan air mata. Ia tidak berdaya dengan perasaan mencekam seperti di antara hidup dan mati yang sedang menimpanya saat ini."Rasa sakit ini lebih menyiksa daripada ketika aku dicekik oleh Aziel," batin Jia lagi masih belum bisa mengendalikan dirinya."Nona Luvena, tenanglah!" Jia mendengar ada suara orang yang berbicara. Walaupun suara itu terasa sangat jauh sekali.Jia terus mengerang kesakitan dan menyadari tengah menggenggam erat tangan seseorang. Walaupun ia tidak tahu tangan siapa yang ia genggam."Apakah ini tangan Zien? Atau Gitte?" batin Jia masih sempat menerkanya. Beberapa saat kemudian Jia tidak sadarkan diri.Jia berjalan di antara gurun pasir yang luas. Tidak ada siapa pun di sana.Jia memandang ke sekeliling. Ia tidak bisa melihat apa pun selain gurun pasir yang terbentang luas dan gersang."Apa aku sudah melompat ke mimpi yang lain?" batin Jia bertanya-tanya atas apa yang sedang ia alami saat ini.Anehnya, kejadian yang Jia alami ini terasa sangat nyata bila harus di kategorikan sebagai mimpi."Setelah menjadi Putri Bangsawan, jangan bilang sekarang aku menjadi pengembala. Hahaha ...." Jia masih bisa tertawa dalam keanehan yang sedang menimpanya. Ia masih sempat mencari-cari keberadaan unta yang seharusnya menemani perjalanannya.Jia masih berpikir bahwa ia tengah berkelana dalam kilas balik dari kehidupan-kehidupannya yang sebelumnya. Hanya itu satu-satunya alasan paling masuk akal yang bisa ia pikirkan saat ini.Jia terus berjalan, hingga matanya menangkap sesuatu yang tampak asing. Ia melihat sebuah kastil megah dengan eksterior yang semuanya berwarna emas."Apa lagi ini?" batin Jia
"Kita berada di County Luvena di bawah yurisdiksi Kerajaan Feodora," ungkap Lillian kepada Jia."Feodora? Aku tidak salah dengar, kan? Lillian tadi benar-benar menyebut kalau di sini adalah Kerajaan Feodora," gumam Jia masih tidak ingin memercayai bahwa tempatnya saat ini berada merupakan tempat yang ia anggap mengerikan."Ini aku enggak benar-benar menjadi gila? Masa dari sekian banyaknya manusia yang ada di bumi, aku mengalami kejadian seperti masuk ke dalam novel yang pernah aku baca, sih? Memang apa istimewanya aku?" Jia tidak bisa berkata-kata.Jia semakin tidak tahu bagaimana harus mendeskripsikan posisinya saat ini. Ia hanya tertawa aneh karena saking pusingnya.Jia memang tidak bertanya lebih banyak kepada Lillian perihal rasa penasarannya. Karena Lillian memintanya untuk segera beristirahat dan berjanji akan menceritakan semuanya esok hari."Baiklah, mari untuk tidak berprasangka buruk dulu malam ini. Ayo tidur dan bereskan rasa penasaran ini besok pagi," gumam Jia dan mulai m
Kerajaan Feodora adalah kerajaan barat terbesar yang pernah mendapatkan julukan ‘A Dark Blue’ karena dilindungi oleh Raja Iblis Biru, BUBBLE.Tidak seperti namanya, Bubble sendiri dikenal mampu melenyapkan satu negara hanya dengan sekali embusan napas apinya.Raja sebelumnya, CHAPERON GLAZA FEODORA, Raja ke-23 yang bertakhta, tersurat sebagai Raja yang masa pemerintahannya paling bengis karena merebut takhta dengan cara melakukan pemberontakan.Dia membunuh ayah kandungnya yang ketika itu sedang bertakhta, memberantas semua saudara-saudarinya yang berbeda ibu dengannya, dan naik ke atas takhta menggantikan ayahnya.Chaperon menjadi Raja dan mendapatkan julukan sebagai Tiran di usianya yang masih cukup muda.Tentu saja pemberontakan itu dibantu oleh sang Raja Iblis Biru. Karena sebenarnya Bubble baru ada di masa-masa pemerintahan Chaperon dan menjadi pelindung kerajaan Feodora selama hampir dua puluh tahun lamanya di bawah naungan Chaperon.Chaperon dikenal sebagai Raja yang tidak meng
Novel yang pernah aku baca, I'm sorry But I Don't Love You. Kisah itu dimulai dari bab pertama yang menjelaskam asal-usul dari pemeran utama Pria, yaitu Pangeran Pertama bernama Cladios Cashel Feodora, dan alasan kenapa ia mendapatkan kebencian sedalam itu.Ayah yang hampir tidak pernah memerhatikannya. Ratu yang sangat membencinya. Masyarakat yang menganggapnya seperti sampah. Negara yang mengabaikannya.Alur berikutnya, Cashel dijodohkan oleh Ratu dengan Putri Bangsawan Baron yang berasal dari Pedesaan.Ratu sengaja menjodohkannya dengan bangsawan yang tidak memiliki pengaruh. Mereka bahkan sudah bertunangan sejak Cashel berusia sepuluh tahun. Nama gadis itu CLARIET RUBIHAH LACE.Raja menentang pertunangan itu, tapi karena tidak satupun dari putri bangsawan besar yang ingin menikahkan putrinya dengan Cashel yang menyedihkan itu. Akhirnya, Raja menerima keputusan itu.Lalu alurnya semakin cepat, sepuluh tahun kemudian. Setelah berjuang di medan perang, Cashel yang tidak dianggap itu
"Nona, Tuan Penguasa dan Nona Muda Gitte datang!" seru Lillian kepada Cette yang sejak tadi sibuk melatih kakinya, agar bisa berjalan kembali."Persilakan masuk!" titah Cette kepada Lillian."Kak Cette!" teriak Gitte bahagia begitu pintu dibuka. Cette langsung tersenyum."Bagaimana kabarmu hari ini, Nak?" tanya Ruxen kepada Cette.Gitte sigap memapah Cette ke sofa yang ada di kamar itu."Aku ingin bisa cepat berjalan kembali. Jadi aku melatih kakiku tiap ada kesempatan," jawab Cette atas pertanyaan Ruxen."Maaf ayah menanyakan ini. Tapi ...,apa kamu masih mengalami kesulitan untuk mengingat?" tanya Ruxen pelan dengan sedikit kesulitan kepada Cette.Cette diam sejenak. Lalu dengan yakin mengangguk. "Maaf, ayah!" jawab Cette dengan suara parau dan kepala menunduk.Di sebelah Cette, ada Lillian yang langsung terkesiap mendengar jawaban itu. Karena Lillian jelas sudah mengetahui bahwa Nonanya tidak amnesia, tapi sekarang ia malah berbohong kepada ayah dan adiknya."Begitu ya," balas Ruxen
Di Wilayah Perbatasan, Perang dengan para pemberontak masih terus berlanjut. Pangeran Pertama, CLADIOS CASHEL FEODORA, yang akrab disapa Cashel —sebagai komandan pasukan yang memimpin peperangan itu, tampak sibuk memberikan perintah kepada para bawahannya."Bagaimana keadaan di sisi selatan perbatasan?" tanya Cashel kepada para prajuritnya.Kini Cashel tampak sibuk dengan peta berukuran cukup besar yang tergelar di atas mejanya. Di atas peta itu ada beberapa bendera mini dengan dua warna yang berbeda, merah dan hijau, yang menjadi penanda di lokasi-lokasi tertentu."Kita sudah menemukan satu markas tempat mereka menyimpan senjata. Tinggal menunggu kesempatan sampai orang-orang kita berhasil menaklukkan pemimpin di markas itu!" jelas salah satu prajurit."Lalu bagaimana dengan persiapan untuk menyerang markas utama? Apa Adler sudah berhasil menembus tabir sihir yang menghalangi tempat itu?" tanya Cashel lagi."Saat ini Tuan Adler sedang mengusahakannya dan ..." Namun, tiba-tiba saja f
ISTANA ROSE —Istana milik Ratu Engrasia Marva, Ratu Kerajaan Feodora.Ratu Engrasia tampak sedang duduk santai di depan meja riasnya. Sementara para dayang sibuk menata rambutnya yang panjang dan membersihkan kuku-kukunya.Seorang pelayan masuk dan menundukkan kepala. "Yang Mulia, ada tamu yang ingin bertemu dengan Anda!" seru pelayan itu kepada Engrasia."Siapa?" jawab Ratu Engrasia tidak bergerak sedikitpun dari tempat duduknya."Yang Mulia Grand Duke Glenn, Lord Morgan!" jawab si pelayan kepada Engrasia.Ratu Engrasia mengerutkan keningnya saat mendengar Morgan ada di Istananya."Ada urusan apa anak itu datang? Tumben sekali dia tidak mengirimkan utusan terlebih dahulu," batin Engrasia merasa perilaku Morgan sedikit berbeda."Melihatnya yang datang tanpa pemberitahuan terlebih dahulu, sepertinya ada hal yang sangat penting yang ingin dia sampaikan," batin Engrasia sedang menebak maksud kedatangan Morgan yang sangat tiba-tiba itu."Persilakan dia masuk!" titah Engrasia kepada pelaya
Malam harinya di kamar Cette.Cette baru saja mengganti pakaiannya dengan piyama tidur dibantu oleh Lillian."Nona, maaf atas kelancangan saya ini. Tapi kenapa Anda berbohong kepada Tuan Penguasa dan Nona Muda tentang ingatan Anda? Bukankah ingatan Anda sudah kembali?" tanya Lillian kepada Cette —mengingat pagi tadi Cette berkata belum mengingat apa-apa kepada ayah dan juga adiknya.Seharian ini Cette menghabiskan waktu bersama dengan Gitte, jadi baru sekarang Lillian memiliki waktu untuk menanyakan tentang hal itu."Aku tidak ingin mereka terlibat terlalu jauh!" jawab Cette singkat."Saya mengerti bila Anda mengkhawatirkan Tuan dan Nona Muda. Tapi bagaimana dengan Anda sendiri? Bagaimana jika Tuan Muda Marley kembali menyakiti Anda dan membahayakan nyawa Anda seperti sebelumnya?!" Lillian tampak sangat khawatir."Lillian, aku memberitahukan tentang kebenaran ini kepadamu, karena mungkin untuk ke depannya akan semakin banyak bahaya yang akan menghampiri. Kamu adalah orang yang paling