“Nona Cette, selamat atas kesembuhan Anda!” seru seorang wanita cantik dengan rambut panjang berwarna merah dan memakai gaun mengembang dengan warna yang sama dengan rambutnya. Nama Lady itu adalah RUWEINA, ia berasal dari keluarga Baron Clare.“Terima kasih, Nona …?” balas Cette dengan senyuman. Walaupun di bagian nama si Nona, ia sengaja menghentikan kata-katanya. Saat ini peran Cette masih sama, yaitu menjadi Putri Bangsawan yang baru sadar dari koma dan mengalami amnesia.“Saya Ruweina dari keluarga Baron Clare,” tutur Ruweina menyebutkan namanya dengan lengkap.“Ah, sekali lagi saya mengucapkan terima kasih kepada Nona Ruweina Clare. Saya juga ingin meminta maaf atas keterbatasan ini, hingga melupakan nama Anda. Senang bertemu dengan Anda, Nona!” sambung Cette dengan senyuman tulus di wajahnya. Walaupun ada sedikit kebohongan dari kata-katanya.“Kemarin saya mengirimkan hadiah untuk Nona. Apakah Anda sudah menerimanya?” tanya Ruweina dengan raut wajah berbinar berharap dirinya di
"Tuan Marley ada di mana saat Anda hampir mati waktu itu? Kenapa malah saya yang menemukan Anda? Bukannya Anda bersama dengan tunangan Anda?" tanya Morgan bertubi-tubi sengaja dengan suara yang lantang, agar para tamu yang hadir bisa mendengarnya."Wah! Dia benar-benar orang yang tidak waras. Bagaimana mungkin dia dengan sangat percaya diri mengatakan itu?" batin Cette kehabisan kata-kata untuk menjawab pertanyaan Morgan yang bertubi-tubu itu."Tuan Grand Duke, kenapa Anda membuat spekulasi yang mungkin saja bisa menjadikannya sebagai gosip yang tidak benar?" tukas Gitte dengan tiba-tiba menghampiri Morgan dan Cette. Ia bermaksud untuk menghentikan Morgan untuk terus membuat onar dan menyelesaikan pembicaraan Morgan yang mulai tidak jelas arahnya."Begitukah?" balas Morgan sedikit tidak menduga bahwa Gitte akan menghentikannya. "Kalau Lady berkata seperti itu, artinya saya harus meminta maaf. Mungkin itu hanya anggapan keliru saya saja. Saya hanya penasaran. Tidak ada kesan lain yang i
Istana Rose sore itu. Davlin dan Ratu Engrasia sudah duduk di sofa empuk yang biasa Engrasia gunakan untuk menyambut para tamunya. Baik itu tamu penting, tamu yang tidak terlalu penting, maupun tamu yang bisa diperalatnya.“Jadi, bagaimana hubunganmu dengan tunanganmu?” tanya Engrasia kepada Davlin yang duduk di sebelahnya.“Hubungan kami baik-baik saja, Yang Mulia. Dua minggu yang lalu saya berkunjung ke kediaman Luvena untuk melihat keadaannya. Tidak ada hal yang mencurigakan dan semua baik-baik saja,” jelas Davlin dengan cukup percaya diri kepada Engrasia.“Apa setelah itu kalian tidak pernah bertemu lagi?” tanya Engrasia lagi.“Saya memang pernah bermaksud untuk berkunjung lagi ke kediaman Luvena untuk melihat perkembangan tentang amnesianya. Tapi saya mendengar dari ajudan saya bahwa Tuan Count menolak adanya kunjungan dengan alasan pemulihan Cette. Jadi, saya mengurungkan niat saya sementara waktu untuk berkunjung ke sana,” tutur Davlin panjang lebar menjelaskan situasinya kepad
“Apa kamu pernah melihat gelagat aneh yang ditunjukkan oleh Putri Sulung Luvena itu sebelum dia tidak sadarkan diri?” tanya Ratu Engrasia melanjutkan perbincangannya dengan Davlin di Istana Rose.“Maksud Anda gelagat yang bagaimana?” tanya Davlin sedikit bingung atas pertanyaan yang Engrasia ajukan.“Yang mencurigakan atau yang tidak biasa,” balas Engrasia menjawab kebingungan Davlin.“Yang mencurigakan ....” Davlin mulai memikirkan sejenak pertanyaan Engrasia. “Saya memang merasa sedikit janggal mengenai sesuatu hal. Waktu itu usia pertunangan kami baru menginjak satu bulan,” jelas Davlin mengenai hal yang membuatnya curiga.“Apa itu?” tanya Engrasia mulai penasaran tentang hal tersebut.“Tiap satu minggu atau dua minggu sekali, Cette akan bangun lebih siang dari biasanya!” ungkap Davlin dengan sangat yakin.“Memang apa yang aneh dengan itu?” tanya Engrasia malah melihat Davlin dengan tatapan skeptis. Ia tidak menemukan keanehan dari ucapan Davlin tersebut.“Saya pernah datang ke Ked
Davlin saat ini berada di kereta kuda yang akan membawanya ke kediamannya setelah berbincang dengan Ratu Engrasia.“Seenaknya saja Ratu sialan itu memintaku melakukan ini dan itu,” gumam Davlin sibuk ngedumel di dalam kereta kuda yang sedang membawanya. “Dulu dia yang memintaku untuk melamarnya, sekarang dia memintaku untuk membatalkannya. Dia juga yang menyuruhku untuk mencelakai Cette. Setelah rencana itu gagal, dia malah lepas tangan dan melemparkan semua tanggung jawabnya kepadaku,” lanjut Davlin terus menggerutu tiada henti.Davlin tiba-tiba teringat dengan Morgan. “Grand Duke Glenn, Morrigan Cavelio Glenn!” gumam Davlin menyebut nama lengkap Morgan. “Apa sebenarnya motif orang itu mulai mendekati Cette? Apa benar alasannya karena kemampuan Cette? Memangnya kemampuan apa yang Cette miliki sampai si Morrigan itu tertarik untuk menguasainya?” batin Davlin mulai penasaran dengan motif Morgan.“Hah! Apa pun motifnya, pasti ini semua merupakan rencana Ratu yang licik itu. Mau sehebat a
Di Kerajaan Feodora, setelah masa kejayaan Raja Chaperon berakhir, Raja yang dikenal bengis karena merebut takhta dengan cara melakukan pemberontakan dan membunuh ayahnya sendiri lalu naik ke atas takhta.Tujuh tahun bertakhta, Raja Chaperon yang dikenal tidak memiliki sedikitpun rasa belas kasih, bahkan membuat kontrak dengan Raja Iblis —oleh para bawahannya yang merencanakan kudeta, kembali melakukan pemberontakan untuk menggulingkannya.Pemberontakan itu dikepalai oleh adik Chaperon yang bernama Calliope.Calliope yang merupakan seorang Sword Master bersama dengan para bangsawan dan dibantu oleh para Penyihir, Elf, Mage, Naga, bahkan para Spirit —bersatu untuk melawan Chaperon yang dibantu oleh Raja Iblis Biru.Chaperon kalah. Calliope naik ke atas takhta menggantikan kakaknya.Pemerintahan Calliope yang terlihat damai itu ternyata memiliki kelemahan.Pemberontakan Calliope yang dibantu oleh para bangsawan saat menggulingkan kakaknya, terpecah menjadi dua faksi dengan dalih menenta
"Salam kepada Sang Bulan kerajaan, Yang Mulia Grand Duke!" ujar Penguasa Luvena, yakni RUXEN ODELO LUVENA —ayah kandung Cette dan Gitte, kepada seseorang yang baru datang.Bukan hanya Ruxen saja yang menundukkan kepalanya, tapi semua orang yang ada di ruangan ini melakukan hal yang sama."Ada keperluan apa Anda datang ke kediaman kami tanpa pemberitahuan?" tanya Ruxen pada orang yang ia sebut Yang Mulia tersebut.Ada sedikit penekanan dari kata-kata yang diucapkan oleh Ruxen kepada orang yang ia maksudkan.Ruxen sepertinya tidak begitu menerima kedatangan Lord Morgan di kediamannya. Belum lagi karena Morgan datang tanpa pemberitahuan —merupakan hal yang tidak sopan bagi seorang bangsawan yang datang bertamu ke kediaman bangsawan lain tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Alasan lain, karena faksi yang mereka anut jelas berbeda.Orang yang ditanyai bukannya menjawab pertanyaan Ruxen, ia malah berjalan semakin mendekat ke arah Jia yang masih terbaring di atas tempat tidur.Kini orang yan
Jia berjalan di antara gurun pasir yang luas. Tidak ada siapa pun di sana.Jia memandang ke sekeliling. Ia tidak bisa melihat apa pun selain gurun pasir yang terbentang luas dan gersang."Apa aku sudah melompat ke mimpi yang lain?" batin Jia bertanya-tanya atas apa yang sedang ia alami saat ini.Anehnya, kejadian yang Jia alami ini terasa sangat nyata bila harus di kategorikan sebagai mimpi."Setelah menjadi Putri Bangsawan, jangan bilang sekarang aku menjadi pengembala. Hahaha ...." Jia masih bisa tertawa dalam keanehan yang sedang menimpanya. Ia masih sempat mencari-cari keberadaan unta yang seharusnya menemani perjalanannya.Jia masih berpikir bahwa ia tengah berkelana dalam kilas balik dari kehidupan-kehidupannya yang sebelumnya. Hanya itu satu-satunya alasan paling masuk akal yang bisa ia pikirkan saat ini.Jia terus berjalan, hingga matanya menangkap sesuatu yang tampak asing. Ia melihat sebuah kastil megah dengan eksterior yang semuanya berwarna emas."Apa lagi ini?" batin Jia