Share

Chapter VI : Novel Yang Pernah Dibaca

Novel yang pernah aku baca, I'm sorry But I Don't Love You. Kisah itu dimulai dari bab pertama yang menjelaskam asal-usul dari pemeran utama Pria, yaitu Pangeran Pertama bernama Cladios Cashel Feodora, dan alasan kenapa ia mendapatkan kebencian sedalam itu.

Ayah yang hampir tidak pernah memerhatikannya. Ratu yang sangat membencinya. Masyarakat yang menganggapnya seperti sampah. Negara yang mengabaikannya.

Alur berikutnya, Cashel dijodohkan oleh Ratu dengan Putri Bangsawan Baron yang berasal dari Pedesaan.

Ratu sengaja menjodohkannya dengan bangsawan yang tidak memiliki pengaruh. Mereka bahkan sudah bertunangan sejak Cashel berusia sepuluh tahun. Nama gadis itu CLARIET RUBIHAH LACE.

Raja menentang pertunangan itu, tapi karena tidak satupun dari putri bangsawan besar yang ingin menikahkan putrinya dengan Cashel yang menyedihkan itu. Akhirnya, Raja menerima keputusan itu.

Lalu alurnya semakin cepat, sepuluh tahun kemudian. Setelah berjuang di medan perang, Cashel yang tidak dianggap itu kembali ke istana dan dinikahkan dengan Rubi.

Lalu di hari Debutante Cashel yang didampingi oleh Rubi. Grand Duke Glenn yang sudah tua, memperkenalkan Putra sulungnya kepada semua orang di acara itu. Seolah ia sengaja memilih hari itu untuk membuat Cashel merasa semakin buruk. Nama putranya itu adalah MORRIGAN CAVELIO GLENN.

Pemuda yang sangat tampan dengan rambut abu-abu cerahnya dan mata merah seperti batu ruby. Tubuh tegak nan rupawan. Berdiri di sebelah ayahnya sambil menatap lekat ke arah Raja yang sedang duduk di atas takhta.

Lalu siapakah GUINEVERE CORETTE LUVENA dalam novel itu? Ia merupakan putri sulung bangsawan Luvena begelar Count dan akrab disapa Cette. Cette hanyalah pemeran figuran yang kemunculannya dalam pembacaan bahkan tidak sampai dua persen dari isi di dalam novel.

Cette diceritakan sebagai perempuan bangsawan yang hidupnya tiba-tiba hancur karena melihat ibunya mati secara tragis di depan matanya sendiri.

Kemudian Pangeran Cashel merangkul Cette dan menjadikan Cette sebagai sekutunya.

Cette diceritakan mati di tangan Morgan karena hendak melindungi Cashel dari amukan pedang iblis milik Morgan.

Tapi itu adalah awal dari segalanya.

Cashel yang marah karena kematian Cette yang sudah ia anggap seperti adiknya sendiri —satu-satunya bangsawan yang tidak menganggapnya sebagai hantu, orang yang ingin ia lindungi —harus mati di depan matanya, bahkan demi melindunginya.

Akhirnya, Cashel mengerahkan pasukan rahasianya, yang ia beri nama Dragon, untuk menyerang istana dan melakukan pemberontakan.

Tidak ada kisah romansa di antara Cashel dan Cette.

Mereka dipersatukan murni hanya karena keinginan Cette untuk balas dendam atas kematian ibunya dan Cashel yang membutuhkan kemampuan pengendali spirit milik Cette. Karena Cette merupakan seorang Pengendali Spirit (Spirit User).

Mereka hanya saling menguatkan satu sama lain.

Tapi di kalangan bangsawan ada rumor yang hangat diperbincangkan, yaitu tentang Putri sulung Count Luvena yang tergila-gila kepada Pangeran Cashel.

Kenapa rumor tersebut menyebar? Bahkan ayah dan adik Cette sendiri memercayai rumor itu?

Di ceritakan di dalam novel, Cette pernah dijadikan salah satu kandidat sebagai calon tunangan Pangeran Cashel. Tapi Cette tidak terpilih karena faksi bangsawan menentangnya dan ayah Cette juga tidak menyetujuinya.

Cette sebenarnya tidak masalah bila tidak terpilih menjadi tunangan Cashel. Karena memang tidak pernah terjalin perasaan sama sekali di antara mereka.

Namun, setelah Cette menjadi sekutu Cashel yang sudah memiliki tunangan, Cette harus memiliki alasan untuk bisa bertemu dengan Cashel. Jadi semenjak rumor itu tersebar, Cette mulai berlagak menjadi wanita sinting yang mengganggu tunangan orang lain.

Cette bahkan mendapat julukan sebagai wanita tidak tahu malu yang menggoda pria yang memiliki tunangan karena tidak bisa merelakannya.

Jia membuka mata perlahan. Ia mengintip sedikit ingin memastikan apakah ia masih di tubuh Cette atau sudah kembali ke tubuh Jia.

Jia melengos pasrah menyadari masih berbaring di kamar tidur mewah milik Cette. Apalagi setelah satu malaman ia tidak bisa tidur karena memikirkan apa yang harus dilakukan demi menghindari Grand Duke yang akan membunuhnya seperti di dalam novel aslinya.

"Nona Cette, apa Anda sudah bangun?" tanya Lillian yang baru saja masuk ke dalam kamar.

Jia kembali melengos. "Hah, benar! Sekarang aku adalah Cette," batinnya sembari menghela napas panjang. "Oke mulai sekarang aku adalah Cette. Bukan Jia!"

Lillian menyingkap tirai jendela kamar, agar sinar mataharinya masuk ke dalam.

"Saya sudah membawakan air hangat untuk mencuci wajah Anda," ucap Lillian kepada Cette.

Lillian membantu Cette duduk dan ia mulai mencuci wajahnya dengan air yang dibawa oleh Lillian.

"Lillian duduklah disebelahku!" seru Cette kepada Lillian. Ia merasa tidak boleh menunggu lebih lama lagi. Cette merasa harus segera menyelesaikan rasa penasarannya itu.

"Tapi Nona ..." Lillian hendak menolak permintaan Nonanya.

"Ini perintah!" Cette menunjukkan ekspresi serius.

Lillian langsung duduk di sebelah Cette setelah mendengar bahwa ucapan itu merupakan perintah.

"Lillian kamu berkata bahwa di sini merupakan Kerajaan Feodora. Benar?" tanya Cette memulai wawancaranya.

"Benar, Nona." Lillian menjawab tanpa keraguan.

"Apa aku boleh bertanya nama Raja yang saat ini bertakhta?" tanya Cette dengan pertanyaan yang lain.

"Ma-maaf? Ta-tapi Nona, bukan tindakan yang terpuji bagi seorang pelayan seperti saya menyebutkan nama seorang Raja Yang Mulia oleh mulut saya yang rendah ini." Lillian terlihat sedikit takut.

"Chaperon atau Calliope?" tanya Cette to the point.

"No-Nona Anda tidak boleh menyebutkan langsung nama mereka seperti itu. Bagaimana kalau ada yang mendengarnya?" Lillian semakin ketakutan karena Cette.

"Yang pertama atau yang kedua?" Cette belum mau menyerah untuk mendapatkan jawaban pasti dari Lillian.

Cette sebenarnya sudah bisa menebaknya. Kalau Grand Duke muda itu sudah menunjukkan dirinya. Itu sudah pasti ....

"Yang kedua!" jawab Lillian canggung sesuai dengan prediksi Cette.

Cette menghela napas lega. Seenggaknya ia tidak hidup di masa suram pemerintahan Raja Chaperon.

"Sudah berapa lama Yang Mulia Calliope bertakhta?" tanya Cette lagi kepada Lillian supaya ia bisa menyamakannya dengan isi novel yang pernah ia baca itu.

"Tujuh belas tahun," jawab Lillian sembari memiringkan kepalanya untuk mengingat.

"Apakah Pangeran Pertama yang ayah sebutkan itu adalah Pangeran Cladios Cashel Feodora?" tanya Cette dengan pertanyaan yang lainnya.

"Benar, Nona!" jawab Lillian masih tanpa keraguan.

Cette mendadak merasa merinding saat menyadari nama, tempat, bahkan alur yang ada di dalam novel —benar-benar sama dengan apa yang sedang ia tatap saat ini. Cette semakin yakin bahwa ia sudah masuk ke dalam dunia novel.

"Syukurlah karena Nona benar-benar sudah ingat. Anda juga mengingat nama Yang Mulia Pangeran Pertama. Saya sangat senang mendengarnya," ungkap Lillian benar-benar merasa lega.

"Kalau tujuh belas tahun masa pemerintahan Yang Mulia Calliope, berarti saat ini usia Yang Mulia Pangeran Pertama akan segera menginjak usianya yang ketujuh belas tahun. Apa Yang Mulia Pangeran sudah melakukan debutantenya?" tanya Cette kembali memastikan hal yang lainnya.

Lillian sedikit bingung dengan pertanyaan yang Cette ajukan. "Apa mungkin Nona lupa bahwa saat ini Yang Mulia Pangeran ...."

"Dia sedang berada di medan perang!" potong Cette atas kebingungan Lillian.

"Anda benar. Tapi kenapa Anda seperti ingin memastikan?" tanya Lillian bingung karena nada bicara Cette seperti tidak yakin.

"Aku hanya butuh kepastian apakah ingatan itu benar atau tidak," balas Cette lirih. Cette bertanya seperti itu kepada Lillian karena ingatan itu bukanlah murni berasal dari ingatan milik Cette. Ia sedang menghubungkan antara ingatan dari si pemilik tubuh asli dengan isi di dalam novel.

Tinggal menunggu lima tahun dari sekarang, hingga pemberontakan yang dipimpin oleh Cashel akan terjadi. Cette akan turut menyaksikan pasangan yang mendapatkan label sebagai pasangan paling menyedihkan di masanya itu mati dibunuh oleh orang yang sama —atau Cette yang akan mati sebelum pemberontakan itu terjadi.

Sekarang semuanya itu tergantung kepada pilihan yang akan Cette ambil.

"Nona, maaf sebelumnya kalau saya lancang. Apa saya boleh bertanya tentang kejadian sebenarnya pada hari itu?" tanya Lillian kepada Cette perihal yang terjadi kepada Cette asli saat ditemukan tidak sadarkan diri di hutan, sehingga membuat Cette harus mengalami koma selama satu bulan.

"Sebelumnya bolehkah kamu menutup tirai jendela itu, Lillian?" pinta Cette dan Lillian langsung mengindahkannya.

"Apa yang sebenarnya terjadi, Nona?" bisik Lillian yang sudah dalam posisi duduk di sebelah Cette. "Saya terus bertanya-tanya, apa sebenarnya yang telah terjadi pada Anda hari itu. Andai hari itu saya tidak meninggalkan Nona ..." Lillian mulai menangis kembali.

Cette tersenyum serta mengusap pelan kepala Lillian. Dia benar-benar pelayan yang sangat berdedikasi kepada Nona yang ia layani. Jia yang berada di tubuh Cette semakin menyukainya.

"Tapi Lillian, kalau kamu ikut denganku hari itu, kamu tidak akan berada di sini sekarang!" balas Cette sembari menghela napas.

Lillian mengerutkan keningnya. "A-apa maksudnya itu Nona?"

"Aku bisa menebak. Davlin Marley pasti berkata kalau aku sengaja melukai diriku sendiri karena masih belum bisa menerima kalau Pangeran Pertama tidak menjadi suamiku. Benar, kan?" tebak Cette dengan yakin.

"Ba-bagaimana Anda bisa mengetahuinya?" Lillian semakin kebingungan.

"Aku tidak tahu harus menceritakannya dari mana. Tapi satu hal yang harus kamu tahu, hari itu aku bukan melukai diriku sendiri. Tapi itu memang sebuah kesengajaan," jelas Cette kepada Lillian.

Seketika raut wajah Lillian menjadi pucat pasih. Ia bahkan tidak tahu harus mengatakan apa atas cerita yang baru saja ia dengar. "A-Anda dibunuh?!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status