Share

Chapter 3

"Jadi Anda mau tinggal di mana sekarang? Pihak rumah sakit telah menyatakan kalau Anda sudah sembuh dan bisa berobat jalan saja, kecuali untuk kasus amnesia Anda. Karena khusus untuk penyakit Anda yang satu itu hanya bisa di sembuhkan oleh waktu. Sementara pemerintah kita tidak mungkin menanggung biaya yang tidak urgent lagi sifatnya. Di negeri ini bukan hanya Anda yang harus diperhatikan oleh pemerintah. Saya harap anda mengerti."

Suara datar-datar tegas polisi yang menolongnya beberapa hari yang lalu memasuki pendengarannya.

Sebenarnya Maya sendiri juga bingung dia mau tinggal di mana sekarang. Karena menurut cerita suaminya, setelah suaminya itu mengajukan gugatan cerai, ia langsung pindah ke rumah mewah yang dibelikan oleh sang politisi yang telah menjadi penopangnya beberapa waktu yang lalu itu. Berarti satu-satunya tempat bernaungnya hanyalah rumah yang dibelikan oleh selingkuhannya itu. Tetapi kini Maya bertekad untuk tidak lagi menjalin affair dengan suami orang. Dia ingin menjadi Maya yang baru. Maya yang seperti hati nuraninya katakan saat ini, telah telah melakukan kesalahan di masa lalu. Dan ia tidak ingin meneruskan kesalahannya itu. Makanya kemarin ia meminta Orlando untuk tidak memberitahukan hal apapun pada Pak Siswoyo Soeryo Soemarno, selingkuhannya.

Menyebut kata selingkuhan saja, lidah Maya terasa kelu. Maya mengetahui semua hal ini dari penyelidikan Orlando sendiri. Karena menurut Orlando, Pak Siswoyo sampai menyewa detektif swasta untuk mencari keberadaannya yang seharusnya ada di Hawai saat ini.

Menurut penyelidikan pihak kepolisian, Pak Siswoyo dan Maya akan berpelesiran ke Hawai. Tetapi mereka akan berangkat sendiri-sendiri dari tanah air demi menghindari gosip dan kejaran wartawan. Bagaimana pun Pak Siswoyo saat ini masih berstatus sebagai suami orang. Istimewa usia Pak Siswoyo sendiri bahkan lebih tua beberapa tahun dari ayah kandungnya sendiri. Kedekatan mereka berdua pasti akan menjadi cibiran banyak orang. Kedua anak Pak Siswoyo bahkan berusia jauh lebih tua dari usianya sendiri. Maya sungguh menyesal dan malu saat mengetahui betapa buruknya perangainya di masa lalu.

"Anda tidak mendengarkan kata-kata saya, Bu Maya?!" Orlando mulai kesal karena Maya seperti menganggap pertanyaannya seperti angin lalu belaka. Maya terkesiap. Ia tidak sadar kalau lamunannya telah membuatnya mengabaikan polisi muda didepannya ini.

"Oh maaf Pak Polisi. Saya-saya juga sedang berpikir ini mau tinggal dimana. Tetapi satu yang pasti, saya tidak akan kembali lagi pada pak Siswoyo." Jawab Maya tegas.

"Atau Bu Maya ingin merealisasikan keinginan Bu Maya seminggu sebelum kejadian ini kepada saya?" Suara dalam sang polisi seperti menyiratkan sesuatu. Maya mengerutkan keningnya. Berusaha mengibgat-ingat. Memangnya apa keinginan yang ingin ia realisasikan seminggu yang lalu? Tetapi lagi-lagi, pikirannya kosong. Ia tidak bisa mengingat apapun.

"Maaf Pak Polisi. Bapak sendiri kan tahu kalau saya sedang mengalami amnesia sekarang. Tolong ingatkan saya apa yang ingin saya realisasikan dengan bapak seminggu yang lalu kalau Bapak tidak keberatan."

Maya melihat Orlando menarik napas panjang dan menghembuskannya kasar. Sepertinya apa yang akan dikatakannya pasti adalah berita tidak enak untuk di dengar. Sepertinya ia harus mempersiapkan hatinya.

"Anda meminta saya untuk menjadi penopang Anda yang berikutnya karena Anda bilang bahwa Anda sudah bosan melayani, maaf bandot tua seperti Pak Siswoyo." Mata Maya nyaris keluar dari rongganya saat mencerna kata-kata sang polisi.

"Astaghfirullahaladzim. Saya tidak mungkin mengatakan hal yang begitu tidak bermoral seperti itu!" Desis Maya ngeri.

"Kalau Anda tidak percaya, saya bisa memperdengarkan potongan percakapan kita berdua waktu itu. Saya ini seorang polisi Bu Maya. Jadi saya tahu kalau berbohong itu sudah termasuk tindak pidana. Dan semuanya itu termaktub dalam pasal 220 KUHP tentang pemberitahuan atau pengaduan palsu tentang suatu peristiwa pidana, atau pasal 317 KUHP tentang memfitnah seseorang atau melakukan peristiwa pidana dengan tujuan menyerang kehormatan dan nama baik seseorang.

Jadi Bu Maya, saya tidak mungkin berbohong. Sekarang saya akan perdengarkan saja pembicaran kita seminggu yang lalu." Orlando terlihat mengeluarkan ponselnya dan menekan tombol play.

Mengapa anda memandangi saya?

Maya menajamkan pendengarannya. Itu memang suaranya. Suara itu sama persis dengan suaranya saat ini.

Karena Anda juga memandang saya, Bu Maya. Jadi kata kenapa Anda memandangi saya itu tidak tepat. Karena pada dasarnya kita berdua itu saling memandangi.

Maya mengenali suara Orlando disini. Cara bapak polisi ini mengungkapkan fakta memang juara. Lugas dan tepat.

Oke kalau begitu saya akan langsung pada inti persoalan saja. Saya tertarik pada ketampanan feminin dan kemaskulinan tubuh Anda. Saya ingin menawarkan Anda kesempatan pertama untuk menjadi penopang saya berikutnya. Apakah Anda bersedia, Pak Polisi ganteng?

Kenapa?

"Karena saya sudah bosan melayani bandot tua seperti Pak Siswoyo.

Maya memejamkan matanya dan merasa selebar wajahnya memanas seketika. Ternyata ia memang setidak tahu malu itu! Astaghfirullahaladzim.

Anda rela melepaskan seorang Siswoyo Soerya Soemarno yang kaya raya demi seorang polisi seperti saya? Anda serius Bu Maya? Lagi pula Anda juga belum resmi bercerai dengan Pak Nayaka Bratadikara, bukan?

Rekaman itu jeda sesaat. Mungkin saat itu ia sedang berpikir untuk menjawab pertanyaan Orlando.

Anda juga tidak kalah kaya dengan Pak Siswoyo bukan Pak AKBP Orlando Atmanegara? Saya sudah menyelidiki kehidupan pribadi Anda. Anda adalah anak seorang pengusaha besar Bernardo Atmanegara yang memiliki saham besar dalam bidang telekomunikasi dan perkapalan. Ibu anda adalah Diajeng Sri Rahma Kartaprawira, priyayi orang kaya lama di Solo sana. Ibu anda memiliki berhektar-hektar tanah, sawah dan agro bisnis yang saat ini di handle oleh orang-orang kepercayaan ibu Anda bukan?

Saya juga tahu kalau Anda memasuki ranah militer karena keinginan ayah anda pada mulanya. Setelah lulus kuliah, Anda masuk DikTuk dan kemudian Anda melanjutkan pendidikan ke AKPOL bukan? Saya tahu kalau Anda ini polisi kaya sudah dari sananya, bukan polisi gendut karena hasil korupsi dan gratifikasi.

Anda juga cuma punya satu orang adik perempuan yang bernama Sri Ajeng Gisella Atmanegara yang tentunya suatu hari akan menikah juga bukan? Nah, pada saat ibu Anda sudah tiada dan adik Anda sudah menikah. Saya adalah jadi satu-satunya pemilik hati anda beserta semua aset-aset anda bukan? Percayalah saya selalu melakukan investigasi menyeluruh sebelum memutuskan akan menjadi milik siapa nantinya.

Maya sampai menutup telinganya sendiri saking tidak tahan mendengar kata-kata jahat yang meluncur keluar begitu saja dari bibirnya di masa lalu, yang tanpa di saring terlebih dahulu.

"Jangan suka lari dari kenyataan Bu Maya. Kita tidak bisa mengubah kebenaran hanya karena kita tidak menyukainya. Belajarlah untuk menerima kenyataan. Saya bahkan bisa melemparkan setumpuk bukti jika Anda terus saja tidak mengakui tingkah laku amoral Anda dimasa lalu. Meskipun saya sedikit bingung apakah seminggu yang lalu bisa di kategorikan sebagai masa lalu. Dengarkan saja semuanya hingga usai. Baru ibu bisa menuduh saya bohong atau tidak. Saya tidak suka jika kejujuran saya di pertanyakan."

"Saya minta ma-maaf. Saya sungguh-sunguh minta maaf Pak Polisi." Sahut Maya lirih. Dia sunguuh tidak tahu lagi harus bersikap bagaimana lagi.

"Maaf hanya berguna jika Anda memintanya pada Allah. Karena pada kami, maaf itu hanyalah berupa kata-kata pengalihan kesalahan tanpa makna. Sia sia. Dengarkan lagi kata-kata Anda sendiri. Dan lepaskan kedua tangan Anda dari telinga Anda. Saya ingin Anda mendengar dengan jelas setiap patah kata yang Anda ucapkan dari mulut Anda sendiri."

Kalau saya menerima tawaran Anda, pasti akan banyak sekali hati laki-laki di luar sana yang akan patah bukan, Bu Maya?

Halah, patah hati bagaimana? Anda terlalu serius dalam mengartikan sebuah kata kerja cinta Pak Polisi. Cinta itu kan hanya permainan kata-kata. Kalimat itu bisa disederhanakan dalam satu kata, seks. Titik.

Terdengar jeda lagi yang dilatar belakangi oleh denting peralatan makan yang saling beradu. Jelas sekali kalau saat itu mereka berdua memang bertemu dicafe. Suara musik samar-samar juga terdengar dalam rekaman itu.

Kalau saya bersedia menjadi penopang Anda berikutnya, apa persyaratan Anda, Bu Maya?

Kembali terdengar jeda. Maya tahu waktu itu dia pasti berpikir dulu sebelum memberikan jawaban yang menguntungkannya.

Saya menjalani hidup ini dengan pragmatis. Mirip seperti permainan catur. Saya akan menjalankan setiap strategi saya dengan hati-hati. Saya akan membuang pion kecil yang sudah tidak berguna, dan saya tidak akan membuka pemikiran saya terhadap kekasih-kekasih saya. Intinya selama Anda menyenangkan dan menguntungkan saya, saya akan dengan senang hati menjadi hak milik exclusive Anda. Tetapi bila saya sudah bosan dan menemukan penopang potensial yang lain, maka saya akan meninggalkan anda. Simple.

Anda sangat kejam, Bu Maya.

Itu harus. Untuk wanita dalam posisi seperti saya. Dan apa persyaratan dari Anda Pak AKBP?

Jeda kembali sebelum suara bariton itu menjawab tegas.

Persyaratan saya hanya satu. Kejujuran mutlak dari pasangan saya.

Itu sulit Pak AKBP. Saat saya bersikap jujur pada Anda. Saya yakin Anda akan merasa sangat tidak nyaman karenanya, Percayalah. Jadi bagaimana Pak AKBP Orlando Atmanegara, bersediakah Anda jadi penopang hidup saya selanjutnya?

Beri saya waktu Bu Maya. Setelah Anda resmi bercerai dengan Pak Nayaka, saya akan memberitahukan jawaban saya. Tetapi kalau saat ini, maaf saya tidak berminat menjalin hubungan sembunyi-sembunyi, apalagi dengan perempuan yang masih sah statusnya sebagai istri orang. Saya bukan type laki-laki yang tidak bermoral seperti itu. Permisi.

Lo sombong banget polisi kurang belaian. Gue doain, semoga lo kelak akan mendapatkan jodoh perempuan jahat seperti gue, agar seumur hidup lo, lo akan selalu terkenang akan manisnya sifat gue!!

Rupanya ia marah saat Orlando menolak tawarannya kala itu. Makanya ia menggunakan kosa kata lo gue. Dia ternyata sebejat itu dulu. Masya Allah. Maya sampai tidak bisa mengeluarkan sepatah katapun saking speechless nya.

Tidak masalah. Doa dari orang seperti a

Anda, saya khawatir itu tidak akan di jabah oleh Allah Subhanawaata'ala.

Klik.

Rekaman itu terputus. Rasa malu Maya sudah tidak terkatakan lagi. Dia sekarang bahkan tidak sanggup untuk menatap wajah Orlando tanpa membayangkan kata-kata tidak bermoralnya tadi. Maya merasa dia sudah tidak memiliki muka lagi untuk menatap wajah Orlando.

"Sepertinya sekarang saya harus menjawab penawaran Anda minggu lalu. Saya akan menjadi penopang sementara Anda di karenakan dua hal. Pertama, penjahat yang mencoba membunuh Anda belum berhasil kami ditangkap. Jadi Anda memerlukan seseorang untuk melindungi diri Anda. Kedua, Anda saat ini sedang dalam keadaan psikis dan fisik yang kurang baik, sementara Anda tidak punya tempat untuk pulang yang aman. Jadi saya akan menawarkan diri menjadi penopang Anda sampai salah satu dari alasan itu gugur, yaitu mana yang dulu kami capai. Tertangkapnya sang penjahat atau kembalinya pemikiran Anda, sehingga Anda bisa membantu kami memburu penjahatnya.

Tapi untuk itu semua pasti tidak ada hal yang gratis. Anda harus melakukan beberapa hal untuk saya. Deal, Bu Maya?"

Maya memandangi wajah tampan Orlando dari balik tirai air mata. Hatinya begitu sakit saat mendengar tawaran yang sebenarnya adalah merupakan perwujudan dari kalimat halus daripada hinaan ini. Dia memang saat ini sedang amnesia dan tidak punya apa-apa dan siapa-siapa yang akan melindunginya. Akan tetapi dia tahu kalau dia tidak sendirian. Dia masih punya Allah, tempatnya bergantung dan meminta. Dia punya Al-Qur'an sebagai petunjuk kehidupan walaupun ia sedang kehilangan arah akibat penyakit amnesianya saat ini. Dia tidak sudi menukar harga dirinya hanya demi lembaran uang belaka.

"Dengar ya Bapak AKBP Orlando Atmanegara yang terhormat, seburuk-buruknya saya, saya ingat bahwa harkat dan martabat saya sebagai seorang wanita itu adalah di atas segala-galanya. Saya tidak mungkin menukar harga diri saya hanya demi harta dan lembaran rupiah dari Anda."

Walaupun wajahnya tampak basah oleh air mata, tapi air muka Maya terlihat begitu murka. Meskipun ingatannya tidak dalam kondisi yang baik, tetapi Maya tahu, ada suatu kesan melecehkan yang selalu saja coba ditutupi oleh Orlando atas nama professionalitas pekerjaan. Tetapi saat Orlando mengatakannya secara langsung hinaaan demi hinaan didepan matanya seperti ini, entah mengapa hatinya terasa bagaikan dicubiti.

Tidak sakit seperti dipukuli memang, tetapi sangat terasa bekas-bekas pedihnya. Walaupun sebenarnya Maya amat sangat marah dan tersinggung, tetapi sedapat-dapat nya ia menahan lidahnya. Maya tahu orang yang dihina sebenarnya memungut pahala cuma-cuma tanpa perlu bersusah payah melakukan usaha. Tetapi menahankan pedihnya itu yang sangat susah luar biasa.

Mendengar sebegitu sengitnya jawabannya, Maya melihat Orlando hanya tersenyum tipis. Tidak tampak perubahan emosi yang berarti di raut wajahnya.

"Sepertinya Anda telah salah dalam menafsirkan kata-kata saya. Dengar ya Bu Maya, beberapa hal yang ingin saya minta dari anda maksudnya adalah Saya ingin Anda berguna saat tinggal dirumah saya. Saya tinggal bersama dengan ibu dan adik perempuan saya. Jadi selama anda tinggal bersama kami, maka Anda harus membayar dengan cara menjadi ART ibu saya. Anda dapat membantu Ceu Esih, ART saya yang lain dalam merawat kebersihan rumah ki-kami. Jadi di sini saya minta anda melayani ibu dan adik saya, bukan untuk melayani saya. Mengerti Bu Maya? Anda berasumsi terlalu jauh kalau merasa bahwa saya itu menginginkan hal-hal yang berbau asmara dengan Anda. Saya tidak suka barang bekas pakai yang sudah di cicipi banyak orang. Wanita seperti Anda itu bukan type saya. Mengerti Bu Maya?"

Orlando melihat mata Maya kembali berkaca-kaca. Maya hanya menggangguk tetapi tidak mau memandang wajahnya. Maya terlihat shock saat mendengar kata-kata pedasnya. Tetapi memang begitulah dia adanya. Dia memang tidak jago ngeles seperti Fatah atau ahli strategi seperti Badai. Dia ya Orlando yang lurus dan apa adanya. Apa yang ada di pikirannya, itu lah yang akan dikatakannya. Lain di bibir lain di hati itu tidak ada dalam kamus hidupnya.

"Ayo sekarang kita berangkat kerumah saya, karena setelah ini saya harus kembali ke Mabes."

"Saya tidak bilang kalau saya mau ikut dengan Bapak bukan? Jadi kalau Bapak ingin pergi ke Mabes ya pergi saja. Saya tidak ingin menahan Bapak lebih lama lagi disini. Tidak pantas wanita bekas pakai seperti saya ini mencuri waktu anda yang begitu berharga bukan Pak AKBP?"

"Ternyata walau Anda sedang menderita amnesia, keketusan mulut Anda tidak berubah juga rupanya?" tukas Orlando dingin.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status