Share

Chapter 9

"B-Bapak mau ngapain? Kok pintu kamar saya dikunci? Ini juga, ngapain Bapak pakai buka baju segala? Ingat ya, Pak. Saya ini perempuan tidak baik. Jangan sampai kesucian tubuh Bapak terkontaminiasi dengan kekotoran tubuh saya!" Maya mundur-mundur ketakutan.

"Anda ini kenapa sampai ketakutan seperti itu hah? Saya cuma mau minta tolong Anda untuk mengerikkan punggung saya. Biasanya Ibu saya atau Ceu Esih yang mengerikkan punggung saya, kalau saya sedang masuk angin. Berhubung ibu masih di Solo dan Ceu Esih sudah tidur, maka saya terpaksa minta tolong Anda yang mengerikkan. Anda jangan berfikir yang macam-macam !"

Orlando menjentikkan kening Maya dengan kesal.

"Oooh... cuma minta dikerokin toh? Bilang dong dari tadi. Jangan tiba-tiba main buka baju aja." Maya mengomeli Orlando.

Tetapi tak urung tangannya bekerja juga. Setelah Orlando duduk tegak di ranjangnya. Maya segera membalurkan minyak gosok ke punggung lebarnya. Orlando memberikan satu koin seperti uang zaman Belanda yang biasa dipakai ibunya untuk mengerik katanya.

"Pak polisi, di zaman milenial ini jangan lagi bilang sakit masuk angin. Dalam dunia medis, nggak ada penyakit yang namanya masuk angin, Pak. Istilah ini hanyalah pemeo yang digunakan oleh orang-orang zaman dahulu sebelum mengenal bahasa ilmiah.

Sebenarnya masuk angin itu adalah penggambaran dari gejala yang dirasakan seseorang saat kondisinya sedang nggak fit. Seperti pusing, mual, perut kembung, rasa pegal pada otot dan sendi, bahkan muntah-muntah. Mirip gejala yang timbul pada penderita influenza."

"Sok tahu Anda ini Bu Maya. Memangnya Anda ini dokter?" Orlando memotong ucapan Maya yang bersikap seolah-olah ia adalah seorang dokter.

"Bapak kalau dikasih tahu nggak percaya sih. Asal Bapak tahu ya, mengerik ini fungsinya bukan untuk membuang angin. Buang angin itu adalah maaf, kentu*, Pak. Mengerik ini fungsi sebenarnya adalah untuk menghasilkan suatu reaksi inflamasi atau peradangan yang bertujuan untuk menetralisir penyebab sakit dan menghilangkan jaringan yang telah mati sehingga proses penyembuhan menjadi lebih cepat.

Inflamasi memiliki ciri seperti kemerahan pada kulit yang dikerok. Yang menandakan karena adanya jaringan yang meradang dan mengandung banyak darah. Pembuluh kapiler pada jaringan tersebut tadinya kosong karena menyempit kemudian melebar dan diisi oleh darah. Itulah mengapa saat punggung kita dikerok akan timbul warna kemerahan atau merah kebiruan pada kulit. Selain itu kerokan juga mampu untuk membantu tubuh menghasilkan morfin alami yang disebut beta endorfin yang produksinya diatur oleh jaringan endotel, jaringan terdalam dari pembuluh darah. Fungsi dari endorfin itu sendiri diantaranya mampu meredakan nyeri dan mengatasi stress. Itu fungsi yang sebenarnya, Pak. Bukan untuk mengeluarkan angin dari tubuh Bapak," terang Maya lagi.

"Mengerik juga nggak boleh asal-asalan lho, Pak. Cara kerikan yang benar adalah dengan mengerik lurus sejajar dengan tulang belakang. Menyamping lalu sejajar dengan arah bahu agar melalui titik tertentu. Dimulai dari atas ke bawah. Koin pengerik dipegang 45 derajat agar saat bergesekan dengan kulit nggak terlalu sakit. Terus-"

"Sudah kamu jangan nyerocos terus. Makin pusing kepala saya yang ada. Awas, saya mau berbaring dulu. Pegal saya bersila terus dari tadi."

Setelah punggungnya selesai dikerik, Orlando pun mulai tidur menelungkup di ranjang Maya. Dia tampak sangat mengantuk. Matanya sudah separuh terpejam.

"Sekarang pijat dulu badan saya biar rileks. Saya capek seharian mengawal Anda ke sana ke mari. Sekarang gantian Anda yang harus merawat saya agar kembali fit seperti semula."

Dengan mata yang juga separuh terpejam karena mengantuk, Maya terpaksa kembali memijat punggung lebar Orlando. Sambil memijat ia tampak berkali-kali menguap lebar.

"Bapak juga jangan terlalu sering dikerik. Ada efek sampingnya juga lho itu, Pak. Terbukanya pori-pori kulit justru memberi jalan masuk bagi bakteri dan virus. Pori-pori kulit yang terbuka lebar oleh karena efek gesekan kulit dengan benda tumpul maupun karena panas tubuh yang meningkat, akan memudahkan bakteri dan virus masuk kedalam tubuh. Memang efeknya nggak akan langsung terasa oleh tubuh, tapi akan muncul di kemudian hari."

Karena tidak mendengar sahutan dari mulut pedas Orlando, Maya pun mulai mendekatkan wajahnya pada Orlando. Rupanya polisi songong itu sudah tertidur karena keenakan di pijat.

===================

Orlando terbangun di tengah malam saat merasakan tubuhnya diselubungi oleh kelembutan dan keharuman khas bunga-bunga liar. Selain itu ia juga merasakan tangannya seperti memegang sesuatu yang hangat dan empuk. Orlando heran apakah ia sedang bermimpi. Karena penasaran ia pun meremas bulatan yang terasa empuk dan enak sekali untuk di genggam itu. Matanya juga perlahan-lahan mulai terbuka. Orlando kaget saat mendapati wajah Maya yang dekat sekali dengan wajahnya sendiri. Bahkan hembusan nafas Maya pun terasa menyapu-nyapu lehernya. Ingatan Orlando yang berceceran mulai menyatu satu persatu. Rupanya ia ketiduran di sini setelah keenakkan dikerik dan dipijat oleh Maya. Dan sepertinya Maya pun jadi ikut ketiduran disisinya.

Dalam diam Orlando memperhatikan setiap detail wajah Maya. Wanita ini sebenarnya memiliki paras yang elok sekali. Matanya yang biasanya tampak tajam dan terkadang membangkang, kali ini terpejam rapat. Alisnya begitu tebal sampai ia tidak perlu lagi menggambarinya seperti wanita-wanita pada umumnya. Ia bahkan pernah melihat Bripda Maharani menstempel alisnya. Bayangkan, alis distempel seperti hendak dilegalisir saja. Bibirnya, nah ini yang paling sering membuatnya sakit kepala. Bibirnya penuh dengan bentuk hati yang bagus sekali. Seperti mengundang orang untuk melumatnya. Sungguh sangat disayangkan, paras seelok ini harus disandingkan dengan kelakuannya yang tidak ada bagus-bagusnya sama sekali.

Para lelaki bahkan sampai rela meninggalkan pasangan setia mereka hanya demi untuk mereguk kenikmatan duniawi dari makhluk yang sekarang berada dalam pelukannya saat ini.

"Lo bilang bakal bikin ini polisi jadi budak cinta lo sepertinya berhasil dengan baik. Lo emang hebat!"

Percakapan antara Maya dan Rheina yang ingin menjadikannya budak cinta kembali terngiang-ngiang ditelinganya. Wanita ini ingin menjadikannya budak? Hah coba saja! Orlando menjadi geram sendiri. Entah mengapa tiba-tiba ia berniat untuk menaklukkan Maya agar wanita liar ini menjadi jinak pada dirinya.

Dan bulatan lembut yang disentuh oleh Orlando tadi ternyata adalah payudar* kanan Maya. Begini rupanya rasa payudar* wanita. Orlando yang penasaran kembali meremasnya gemas. Makin lama rasa penasarannya semakin meningkat. Sesuatu didirinya mulai menggeliat bangun. Dia ini pria dewasa dengan segala kebutuhan biologis dasarnya. Tubuh molek Maya dengan sebelah anggota tubuh yang ada didalam genggamannya membuat nya turn on seketika. Orlando kini mulai membuka kancing piyama Maya satu persatu sehingga terbuka semuanya. Sorot matanya makin liar saat menatap penutup dada katun sederhana yang menutup kedua payudaranya. Tangannya seolah-olah bergerak sendiri saat ia mulai mengeluarkan dengan sengaja kedua isinya dengan nafas yang semakin memberat karena nafsu. Dengan kepala yang semakin tidak bisa diajak kompromi, Orlando pun mulai menempelkan wajahnya di antara lembah yang hangat dan curam milik Maya. Bibirnya pun mulai bergerak sendiri dan mencari-cari sesuatu yang saat ditemukannya dilumatnya seketika. Tetapi perbuatannya kali ini telah membangunkan sosok jelita yang sebelumnya tengah tertidur dengan damai tersebut.

Maya bermimpi aneh. Seperti ada sesuatu yang merayapi dadanya dan membuat sekujur tubuhnya merinding. Ada perasaan aneh yang diam-diam menelusup ke dalam hatinya. Tetapi entah mengapa Maya merasa mimpi itu semakin lama semakin terasa nyata hingga ia pun akhirnya membuka kedua matanya. Kesadaran Maya langsung timbul saat melihat Orlando sudah mempreteli kancing bajunya dan mengeluarkan isi dadanya dari balik branya. Bukan hanya itu saja, Orlando juga sudah tidak mengenakan apa-apa alias naked!

"Apa yang sedang Bapak lakukan? Lepaskan Pak! Lepaskan!" Maya mendorong kepala Orlando yang sepertinya tidak mau melepaskan mainannya. Maya yang kini sudah dalam keadaan sadar seratus persen mulai menggeliat, memukul dan menendang Orlando yang seperti memang benar-benar tidak ingin melepaskan tubuhnya. Orlando kini malah melepaskan pakaian atas Maya dan membuka kait bra nya. Orlando juga ikut menarik celana karet piyama dan dalamannya sekaligus! Maya sudah benar-benar dalam keadaan naked, begitu pula dengan Orlando.

"Kamu jangan berlagak suci dan bertingkah seperti seorang perawan saja, Maya. Saya hanya ingin membantu kamu mendapatkan pelampiasan yang sudah beberapa minggu ini tidak kamu dapatkan, dasar pelacu* murahan! Kamu bilang tadi ingin menjadikan saya budakmu ya? Hah! Coba lihat sekarang, siapa yang menjadi tuan dan siapa yang budak!"

Harga diri Orlando yang terlukalah yang menjadikannya kehilangan akal sehat dan ingin membalas dendam pada Maya. Ia merasa dilecehkan! Untuk itu ia ingin balas melecehkan agar wania ini agar ia tahu bagaimana sakitnya saat dijadikan barang taruhan dan direndahkan harkat dan martabatnya!

Orlando bahkan sudah menganti kata Anda menjadi kamu sekarang. Selain itu dia juga sudah memanggil Maya hanya dengan nama depannya, tanpa embel-embel sebutan ibu lagi.

Jari jemari Orlando mencengkram kuat kedua pergelangan tangan Maya hingga Maya tidak bisa lagi memberontak. Tangannya yang lain bergerak membelai pipi mulus Maya yang sudah basah oleh air mata ketakutan dan ketidak mengertian akan sikap Orlando yang mendadak seperti kesetanan ini. Orlando menurunkan wajahnya sehingga bibirnya begitu dekat dengan bibir Maya dan mulai menghirup nafas panas dan rasa takut yang tergambar dari raut wajah yang saat ini pucat pasi itu.

"Make me hard, come on!"

Orlando tersenyum sinis sambil menatap Maya yang tampak marah sekaligus juga... takut sepertinya.

"You son of a bitc*! Go to hell!"

Maya memaki kasar dalam ketakutannya. Ia bahkan seperti tidak sadar dengan makian-makiannya.

"Hahahaha... makian itu sebenarnya lebih cocok ditujukan untuk dirimu sendiri, jalang kecil! Mengenai neraka? Been there. It wasn't pretty. Believe me."

Maya menggerung marah dan mencoba melepaskan diri dari kuatnya pelukan Orlando. Orlando memegangnya erat dan mengarahkan wajah Maya agak sejajar dengannya. Ia mencium Maya dengan paksa, menyerang bibir lembutnya dengan membabi buta sementara Maya terus saja memberontak liar di bawah tubuhnya.

"Lepaskan! Abi! Umi! Tolong Gadis!" Maya berteriak ketakutan saat merasakan sesuatu seperti hidup dan mencoba menembusnya berkali-kali.

"Mas Jaka! Mas Putra!Tolong Gadis!" Maya kembali berteriak ketakutan sekaligus kesakitan. Ia merasa sesuatu seperti merobek dirinya menjadi dua bagian. Perih dan lembab terasa di bawahnya.

Ketika Maya kembali hendak menjerit Orlando seketika membungkam mulutnya dengan ciuman panas.

"Sebenarnya saya tidak semurahan ini dalam menyalurkan hasrat. Tetapi saya memang harus melakukan ini agar kamu selalu ingat untuk tidak menyinggung harga diri seorang laki-laki. Ingat, ini adalah hukuman buat kamu yang sudah menjadikan saya sebagai monyet taruhan!"

"Sa-sakit, Pak! Tolong lepaskan saya. Saya minta maaf, Pak. Saya tidak ingat dengan apa yang saya lakukan du-dulu."

"Terlambat!" Dan Orlando merasa heran saat dirinya seperti kesusahan menebus diri Maya. Ada seperti semacam selaput yang menolak invasi dirinya.

Tidak mungkin! Batinnya. Mana mungkin seorang istri dan penjaja cinta seperti Maya ini masih perawan! Dan ketika laju asmaranya sudah tidak dapat di tahannya lagi, ia pun memuaskan dirinya dengan mengubur dirinya dalam-dalam pada diri Maya. Dan terkulai lemas setelahnya.

Ketika semua telah usai, pandang matanya menatap satu titik yang sepertinya tidak dapat di percaya. Darah suci Maya! Maya ternyata masih perawan, tadinya! Sebelum ia merenggutnya dengan paksa. Maya masih perawan? Tidak mungkin. Tidak masuk akal. Satu hal yang paling masuk akal adalah, wanita ini BUKAN Maya!

"Gadis, Umimu sudah pulang belum, Nak?"

"Belum, Abi. Tadi Umi telepon, kata Umi masih banyak sekali pasien-pasien Umi yang mau melahirkan di PUSKESMAS."

"Mas Jaka, kenapa sih Mas mau jadi seorang chef? Mas nggak kepengen apa kayak Mas Putra. Jadi tentara. Kan keren Mas? Eh Mas, nasi uduk dalam bahasa inggris disebut apa sih, Mas?"

"Rice cooked in coconut milk, Gadis. Ayo mau tanya apalagi, Dis?"

"Abi, kenapa kalau dikerik tubuh jadi terasa enak ya?"

"Abi jawab sesuai dengan disiplin ilmu Abi yang seorang guru fisika ya, Nak." Nah mengerik tubuh itu dipercaya sebagai bukti nyata dalam perwujudan ilmu Einstein E=MC2. Yang menerangkan bahwa energi muncul karena pergesekan dua benda. Jika permukaan tubuhmu digosok-gosokan dengan tangan atau benda tumpul dengan cepat, maka suhu panas dalam tubuh akan meningkat. Karena meningkatnya panas dalam tubuh, maka akan terjadilah perlebaran pembuluh darah sehingga oksigenasi atau pasokan oksigen menjadi lebih baik karena peredaran darah kembali lancar dan rasa sakit di tubuh pun mereda. Paham Gadisnya Abi?"

"Mas Putra kok perginya lama banget sih Mas? Gadis kan rindu."

"Mas ini kan tentara, Dis. Mas itu wajib menjaga ketentraman negara ini dari invasi-invasi pihak asing yang ingin mengganggu stabilitas negara kita. Nanti kalau tugas Mas sudah selesai, mas pasti pulang kok, Dis. Sabar ya, Dek?"

Maya mendadak seperti melihat potongan-potongan puzzle berputar-putar di dalam kepalanya. Siapa orang-orang itu? Dan apa hubungannya dengannya?

Tok! Tok! Tok!

"Maya, ada apa sih malam-malam berteriak-teriak terus? Kamu mimpi atau amnesia kamu kumat hah?"

Orlando menajamkan pendengarannya. Astaga itu suara ibunya! Sepertinya ibunya sudah kembali dari Solo. Bisa kacau kalau ibunya memergoki keadaan mereka berdua yang seperti ini. Dengan cepat Orlando pun segera mengenakan pakaiannya.

"Ceu, tolong ambilkan kunci cadangan kamar Maya."

Mampus! Orlando bukan mengkhawatirkan dirinya. Tetapi dia mengkhawatirkan keadaan Maya. Pasti Maya lah yang akan dihujat dan disalahkan oleh ibunya.

Ceklek!

"Astaghfirullahaladzimmm! Apa yang sudah kamu lakukan terhadap anak saya, Maya? Dasar perempuan tidak bermoral! Kamu berani berbuat maksiat di rumah saya bahkan berani mengajak anak laki-laki kebanggaan saya untuk ikut berperan serta di dalam ya? Dasar kamu memang wanita tidak bermoral!"

PLAK! PLAK!

"Ibu! Sudah! Bukan Maya yang salah, Bu. Tapi Lando!! Sudah Bu, sudah!" Orlando menahan tangan ibunya yang terus saja berusaha menyakiti Maya.

Sementara Maya, ia seperti tidak menyadari kejadian heboh yang saat ini sedang terjadi di depan matanya. Dia bahkan tidak merasakan sedikit pun rasa sakit saat pipinya ditempeleng keras hingga kepalanya terlempar ke samping. Matanya hanya menatap kosong dan lurus kedepan. Dia seperti mayat hidup sekarang. Matanya yang kosong kini mulai berkaca-kaca saat mengingat potongan percakapan-percakapan di kepalanya tadi.

"Bukan Maya? Jadi saya ini siapa? Saya siapa?" Maya berteriak-teriak ketakutan akan kegelapan masa lalu yang tidak bisa diingatnya. Maya berdiri dan ingin berlari ke depan. Sebelum bed cover itu melorot turun dan memperlihatkan seluruh tubuh nakednya, Orlando langsung melompat dan menahan bed cover di tubuh Maya.

"Ceu, Eceuk tolong jaga Bu Maya sebentar ya? Biar saya bicara dengan ibu dulu." Orlando pun segera membawa pergi ibunya yang terlihat masih ingin menyakiti Maya keruang keluarga.

"Neng Maya, si eneng teh kenapa? Sadar atuh, Neng. Ini teh Ceu Esih. Jangan takut sama Eceuk ya, Neng?"

"Saya bukan Maya, Ceu."

"Kalau Eneng bukan Neng Maya, jadi si Eneng ini teh siapa?"

"Sa-saya juga nggak tau, Ceu! Nggak tau! Hiks... hiks... hiks...

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status