Share

BAB 4 Dewa Kebahagian

 Hari ini aku kembali masuk sekolah setelah menghilang berhari-hari. Kali ini aku menggunakan tubuh yang sama, nama yang berbeda begitupun dengan indetitasku untuk menemui teman-teman sekelasku lagi. "Aku murid baru Geana, senang bertemu dengan kalian." Begitu banyak murid yang tersenyum melihatku, ini tidak seperti biasanya mereka melihatku sebagai Mila, aku pun menoleh ke arah Amor.

"Aku menutup aura kesedihanmu," gumamnya. Dia seperti tahu apa yang kupikirkan, apakah dia mulai membaca pikiranku lagi?

"Baiklah, kalian cari bangku kosong dan duduklah," ucap bapak guru yang akhirnya mempersilakan kami duduk, aku melamun cukup lama hingga akhirnya memutuskan untuk duduk di tempat biasanya aku duduk. Tempat dekat tong sampah, ya aku tidak menyukai tempat ini, tetapi begitulah mereka mengucilkanku dulu, dan kini aku kembali duduk di sini merasakan kembali kenangan yang sudah lenyap itu.

"Di sana tempat duduk.." Teman sekelasku yang duduk tepat di depanku terhenti ketika ingin mengatakan sesuatu. Aku tentu tahu apa yang ingin dia katakan, tempat ini adalah tempat duduk Mila, anak menyedihkan yang sudah mati itu.

"Kenapa?" tanyaku, tetapi dia hanya mengeleng pelan.

"Tidak apa-apa," gumamnya kembali menghadap depan.

Aku pun tersenyum kecil menanggapinya, bukan karena senang seseorang berbicara denganku, namun menertawakan bertapa menyedihkannya Mila.

***

Jam istirahat berkunjung, sesuatu yang tidak kuduga juga berkunjung, begitu banyak orang mengelilingiku, sepertinya mereka begitu tertarik denganku, bukan lebih tepatnya Amor. Banyak di antara mereka yang berpura-pura baik padaku, tetapi matanya selalu menoleh ke Amor yang berada di sampingku.

"Maaf, aku harus pergi makan siang," gumamku. Aku pun segera berdiri dan pergi meninggalkan kelas.

"Kenapa pergi begitu saja?" tanya Amor yang tiba-tiba muncul di sampingku.

"Maaf, aku hanya tidak terbiasa."

Amor pun tersenyum kecil, jika dilihat-lihat, dia memang sangat tampan. Aku segera memalingkan wajahku. "Apa dengan masuk sekolah akan berguna untuk mencari dewa kebahagian?" Jika tidak, aku tidak ingin berada di sini semenitpun.

"Setidaknya ini adalah salah satu kesempatan."

Jika dewa kebahagiaan ada di sisiku kenapa dia tidak muncul dari dulu? Selama ini aku tidak pernah merasakan kedekatan dengan siapapun, siapa dia? Apakah dapat cepat-cepat menemukannya? Aku ingin segera memecahkan misteri-misteri ini, mengetahui siapa diriku sebenarnya.

Di saat kami ingin berjalan ke arah kantin, seorang gadis menangis melewatiku, tubuhnya sedikit basah, aku pun menoleh kembali ke arah toilet yang tidak jauh dari tempatku berdiri, ini semua pasti ulah kakak-kakak kelas yang sering membully-ku itu. Aku pun terdiam menunggu mereka keluar dari kamar mandi dan ternyata benar, mereka membully gadis lain. Tanpaku, mereka masih bisa melanjutkan aksi jahat mereka kepada korban lain.

Mereka berjalan melewatiku dan menabrakku, dengan tatapan menyeramkan salah satu di antara mereka menarik kerah bajuku. "Wah, wah, wah, wajah yang asing, kamu murid baru pindahan itukan?"

"Jaga sikapmu." Amor yang berada di sebelahku langsung menangkis tangannya. "Ayo pergi," ajaknya memapahku pergi.

"Apakah orang jahat seperti mereka tidak dapat menghilang dari muka bumi ini?" gumamku geram.

"Jika kamu menginginkannya, aku dapat membantumu,"

Ini terlalu mengejutkanku, apakah dia akan membantuku untuk membunuh orang-orang itu?

Amor tertawa kecil. "Walaupun kami adalah dewa kematian, namun kami tidak boleh sembarangan membunuh manusia," jelasnya.

"Bagaimana kamu membantuku?"

"Membuka segelmu, kamu dapat memberikan mereka kesedihan seumur hidup, itu jauh lebih menyedihkan daripada mati bukan?"

Apa yang dikatakan Amor sangat masuk akal, tetapi apakah aku boleh menggunakan kekuatan itu? Dewa kematian saja tidak boleh sembarangan membunuh mereka, berarti dewi kesedihan juga tidak boleh sembarangan menggunakan kesedihannya?

Amon pun tersenyum, aku kembali menatapnya. "Kamu mendengar suara hatiku lagi?" tanyaku.

"Tidak," gelengnya cepat.

"Tetapi kamu tersenyum."

"Kamu salah lihat," bantah Amor segera melanjutkan langkahnya.

"Aku jelas-jelas melihatnya, baiklah, tetapi bagaimana aku membuat mereka sedih seumur hidup, sedangkan kamu tidak boleh asal menggunakan kekuatanmu?"

"Kamu tidak perlu menggunakan kekuatanmu, karena siapa yang mendekatimu, orang itu akan menjadi sedih."

Benar kata Amor, di dunia ini, siapa yang mendekatiku, orang itu akan hidup dengan penuh kesedihan." Tetapi aku tidak ingin selamanya hidup di sisi orang-orang itu."

Amor menatapku dan tersenyum kecil. "Tunggu ingatanmu kembali, kamu akan tahu cara untuk melakukannya."

Aku pun mengangguk-angguk mengerti.

"Dewa kebahagiaan." Amor seperti merasakan kehadiran dewa kebahagiaan, dia berlari pergi begitu saja meninggalkanku. Aku ingin mengejarnya namun dari arah yang berlawanan seseorang membuatku terdiam dan memilih bersembunyi di belakang pohon besar. Kenapa Ren ada di sini? Di waktu belajar seperti ini seharusnya dia berada di sekolahnya yang jauh dari sekolahku.

"Keluarlah." Suara Ren begitu mengejutkanku, kenapa dia tahu aku bersembunyi di belakang pohon? Apakah dia tahu jika aku adalah Mila? Aku pun terdiam tidak bergerak, aku takut dia mengenaliku, tetapi dia tidak bergerak dari tempatnya, seperti menunggu aku keluar.

"Aku tidak bermaksud apa-apa, aku hanya sedang beristirahat di sini," ucapku menjelaskan.

"Yoo? Dewa kebahagiaan?" Suara Amor lebih mengejutkanku, dewa kebahagiaan kata dia? Apakah dia sudah menemukan dewa kebahagiaan? Aku pun segera melirik ke arahnya, namun yang aku dapatkan dia sedang berdiri berhadapan dengan Ren.

"Tidak kusangka kau begitu cepat menemukan kami," ucap Ren.

"Kami?" Senyuman meledek Amor kembali muncul. "Seharusnya kau pisahkan kata itu. kau tidak pantas dijadikan satu dengan orangku."

Ren tersenyum kecil menarikku keluar. "Dewi kesedihan sudah tidak ada, yang ada hanyalah Mila."

Amor ikut tersenyum. "Oh yakah? Apakah kamu lupa jika Mila sudah mati? Kini yang berdiri di sampingmu adalah Geana dewi kesedihan.

"Ren," panggilku. Aku ingin menanyakan apa yang sebenarnya terjadi? Ren dewa kebahagiaan yang membawaku kabur dan menyegelku? Kenapa dia melakukannya? Dan lagi.. kenapa dia.., dia adalah Ren sepupuku yang.. yang aku suka? "Dapatkah kamu menjelaskan padaku?" tanyaku ketika Ren menatapku.

"Mila, kamu tidak seharusnya bertemu dengannya. Ayo ikut aku pergi." Ren terlihat serius, wajahnya selama bersamaku selalu seperti itu, dia ingin menarikku pergi namun aku menghentikannya.

"Apa maksudmu?" tanyaku.

"Mereka telah menculikmu, sudah seharusnya kamu kembali ke alam kebahagiaan."

Amor tertawa setelah mendengar ucapan Ren. "Apa kau sedang bercanda? Jiwa Geana adalah dewi kesedihan, dia tidak akan pernah bisa mengikuti kau masuk ke dalam alammu, lepaskan segelnya, atau aku akan membunuhmu sekarang."

Dalam sekejab Amor telah berdiri di depan Ren dan mencekiknya, raut wajahnya berubah menjadi menyeramkan.

"Amor," panggilku. Aku segera menarik tangan Amor, berharap dia segera melepaskan Ren.

"Kau kehilangan kekuatanmu?" Amor tersenyum meledek, dia langsung melepaskan tangannya ketika menyadari kekosongan di dalam tubuh Ren.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status