Share

BAB 7 Pintu Dimensi

“Pintu dimensi ada di gunung kutub utara, aku akan membawa kalian pergi.” Mir orang yang disebut-sebut Amor kemarin ternyata adalah laki-laki dengan sehelai kain hitam. Dia begitu tampan dan lembut, benar-benar tidak seperti seorang dewa kematian.

“Semua yang ada di dalam dunia dimensi tidak dapat berubah, kalian hanya dapat menonton, mencari jawaban yang kalian inginkan, dan lagi setelah setengah jam segeralah keluar, jika tidak, pintu akan tertutup.”

Kami bertiga seperti wisatawan yang mendengarkan seorang pemandu wisata membicarakan suatu destinasi. Setelah bercerita lama tentang pintu dimensi, kami pun segera berangkat menuju tempat yang dituju,tidak di sangka gunung di kutub ini sangat dingin. Dalam detik di mana aku berpijak di sini, seluruh tubuhku seperti membeku. Amor segera menarik tanganku, seketika seluruh tubuhku menjadi hangat kembali. Aku pun menatapnya dengan lekat, apakah dia adalah penghangat berjalan? Aku pun mengandeng tanganya dengan erat. Mir segera memberikannya sebuah jaket tebal untuk Ren, tetapi kenapa dia tidak memberikan satu padaku juga?

“Aku akan membantu kalian menahan pintu ini,” gumam Mir di tengah menggunakan kekuatannya untuk membuka pintu dimensi, sedangkan Aku, Amor dan Ren bersiap-siap masuk ke dalam.

Ruang dimensi yang gelap sekejab berubah, kami terjatuh dari udara menuju daratan, ya tidak salah lagi ini adalah bumi, aku sedang berada di sebuah padang rumput. “Amor, Ren,” panggilku mulai mencari mereka.

Ketika menemukan Amor yang sedang melihat suatu tempat, aku segera berlari menghampirinya, Ren juga ikut berlari menghampiri kami.

Sebuah sinar bagaikan meteor jatuh di siang hari ini terlihat begitu aneh. Kami menyaksikan secara langsung sinar tersebut jatuh dan masuk ke dalam perut seorang wanita hamil, tidak lama kemudian sebuah sinar meteor juga ikut jatuh masuk ke dalam seorang wanita hamil lainnya yang tidak jauh dari sana. Kedua wanita tersebut langsung jatuh tidak sadarkan diri.

Dalam hitungan detik ruang waktu membawa kami hingga ke tempat lain.

“Rumah sakit.” Aku begitu terkejut, kami bertiga kini berdiri di tengah lorong rumah sakit.

“Aura itu.” Tanpa basa-basi Amor langsung berlari meninggalkan kami, dia berlari ke arah kamar bayi. Aku dan Ren segera mengikutinya, tetapi setelah sampai di samping Amor aku begitu syok melihat seorang bejubah hitam dan juga seorang bayi, apakah bayi itu Ren? Siapa jubah hitam itu?

Aku ingin menghampirinya untuk melihat lebih jelas, tetapi Amor menahanku.

“Kenapa? Asal mengetahuinya, kita sudah dapat membuka segel Ren,” ucapku. Aku pun ingin berjalan maju, tetapi Amor tidak melepaskan tanganku.

Amor tersenyum meledek. “Sahabatku ini benar-benar bisa bermain,” gumamnya.

“Sahabat?”

“Mir,” panggil Amor mengejutkanku, aku pun menoleh ke arah pria berjubah hitam itu, sungguh mengejutkan, orang itu adalah Mir, kenapa dia ada di sini?

“Kenapa.. dia ingin menyegel kekuatanku?” tanya Ren tidak mengerti, begitu juga denganku.

Amor kembali tersenyum menatap Ren. “Itu harus bertanya pada dirimu,” gumamnya. “Sudah, kita sudah tidak ada waktu lagi, kita harus kembali tanyakan ini pada sahabatku itu.”

Di saat kami baru keluar dari rumah sakit, langit tiba-tiba berubah menjadi gelap padahal kami berada di dalam belum melewati setengah jam. Amor kembali tersenyum meledek, setiap senyumannya membuatku tidak mengerti. “Kita.., dikurung,” gumamnya mengejutkanku.

“Ini sebuah perangkap!” Ren ikut panik ketika mengerti apa yang sedang terjadi. Namun hanya aku yang tidak mengerti semua ini, apa yang telah terjadi?

“Sebaiknya kau ceritakan apa yang telah terjadi,” ucap Amor melirik ke arah Ren.

Ren hanya terdiam menatapku, kelakuan mereka berdua benar-benar membuatku bingung.

“Aku ditugaskan ratu untuk menjemput Geana pulang.”

Untuk pertama kalinya aku mendengar Ren memanggilku Geana. Namun, apa hubungannya aku dengan ratu dewi kebahagiaan?

“Ratu akan menurunkan kekuasaannya pada Geana.”

“Aku?” tanyaku bingung.

“Iya, kamu merupakan putri kandungnya.”

“Aku?” tanyaku lagi. Ini seperti sebuah candaan, aku dewi kesedihan? Bagaimana bisa menjadi seorang dewi kebahagiaan? “Apa kau sedang bercanda Ren?”

“Dia tidak bercanda,” ucap Amor lebih mengejutkanku.

“Ayahmu dewa kematian, tetapi ibumu adalah dewi kebahagiaan,” jelas Ren.

“Bagaimana bisa?”

“Ini merupakan aib kedua alam, karena masalah ini, ayahmu membawamu pulang ke alam kematian.”

“Aku bahkan hampir lupa masalah ini,” gumam Amor tersenyum meledek, sepertinya dia sudah mengetahui hal ini sejak awal.

Jadi selama ini Ren selalu mengatakan ingin membawaku pulang ke alam kebahagian itu benar, dia tidak membohongiku. Aku dapat melepas kesedihan ini.

“Jika begitu, kenapa kau menyegel kekuatannya?” tanya Amor.

“Itu karena kau!” bentak Ren kesel. “Dia tidak ingin ikut aku pergi karena kau!”

Karena Amor? Ada apa dengannya?

Amor yang merasa punya banyak pertanyaan pun menggunakan kekuatannya untuk memutar waktu dimensi, ketika kita sampai di sebuah tempat Amor langsung memuntahkan darah.

Aku segera berlari menghampirinya. “Mir sudah mengingatkan untuk tidak sembarangan menggunakan kekuatanmu, kamu akan mendapat serangan balik dari kekuatanmu,” ucapku. Aku sungguh mengkhawatirkannya, tetapi dia tidak memedulikanku, dia begitu fokus melihat gambaran yang muncul di sekitar kami.

Galaxy terasa ramai dan berisik, kami berdiri di tengah peperangan antara dewa kebahagian dengan dewa kematian. Aku melihat dirku memakai jubah peperangan berwarna hitam menghadapi seseorang laki-laki yang memakai topeng, aku tahu dia adalah Ren, walau wajahnya tertutup setengah namun dia tetap terlihat tampan dengan rambut putih panjangnya, makhota di atas kepalanya menujukkan jika dirinya memiliki kedudukan tinggi di alam kebahagiaan.

“Kau harus ikut aku kembali!”

“Tidak akan! ini alamku.”

“Tetapi ibumu menunggumu.”

Geana yang merupakan sosokku itu tersenyum geli. “Ibu?” sejak kapan aku memiliki ibu?”

“Dia membutuhkanmu.”

“Aku tidak peduli!”

“Geana!” teriakan itu, suara Amor yang berada jauh di sana, dia mati-matian menghadapi puluhan dewa kebahagiaan yang telah mencegatnya.

Geana menatap ke arah Amor membuat Ren mengerti sesuatu.

“Kamu menyukainya?”

“Itu tidak ada urusannya denganmu, aku tidak akan mengikutimu pulang, pergi sekarang sebelum aku membunuhmu.” Ketika Geana ingin pergi membantu Amor, Ren langsung menggunakan kekuatannya untuk menyegel Geana, Geana berusaha untuk memberontak hingga mereka tidak sengaja terjatuh ke arah bumi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status