Sebuah bar di tengah kota, aku dan Amor menelusuri tempat tersebut dengan kekuatan kami, sehingga tidak akan ada yang menyadari keberadaan kami. “Akhirnya ketemu.” Begitu puasnya diriku ketika melihat segerombolan manusia yang aku cari. “Manusia jahat seperti inilah yang harus di beri pelajaran olehku. “
Amor hanya tersenyum meledek di sampingku. Dia mengerti diriku, jika ada dendam maka harus dibalas. “Lakukanlah,” gumamnya.
Aku pun tersenyum melihat kakak-kakak kelasku yang menikmati bir dengan sejumlah lelaki, sungguh hancur hidup mereka. Aku mulai mengerakkan tanganku, memindahkan seluruh kesedihan berlebihan di jiwa orang-orang sekitar sini dan memasukan ke mereka, dengan ini mereka akan menanggung kesedihan berlebihan di hidup mereka. Aku ingin mereka merasakan bagaimana hidup orang-orang yang ditindas oleh mereka, Mereka telah memperburuk hidupku di bumi, balasan seperti ini tidaklah keji untuk mereka.
Salah satu kakak
Kami kembali berpijak di atas bumi, kali ini tidak untuk bermain-main. Kami harus menempuh misi yang belum ada titik terang ini. Seingatku ayah tidak pernah turun ke bumi dan juga dia sudah meninggalkan orang yang menyebut dirinya ibuku itusejak aku lahir. Aku sungguh tidak tahu ke mana busur itu pergi? Sedangkan sehari sebelum kematian ayah,aku masih melihat busur itu.“Ke mana kita harus pergi, Amor,” tanyaku melihatnya dengan bingung.Angin kencang berhembusmembawa pergi pasir-pasir di padang gurun ini melewati kami. Aku menatap Amor dengan penuh tanda tanya, dia terlihat sibuk merasakan sesuatu di sampingku.“Apakah ada sesuatu di sekitar sini?” tanyaku.Amor mengangguk pelan, mata dan tangannya masih tidak berhenti merasakan hawa di sekitar. “Beberapa tahun lalu saat mencarimu aku pernah melihat blackhole di sekitar sini, namun kenapa..”“Blackhole?”Amor kembali mengangg
Ketika kami sampai di depan rumah yang dimaksud, beberapa orang mulai berjalan keluar, mereka membawa sejumlah obat-obatan tradisional yang dibungkus kertas. Kami pun berjalan masuk ke dalam rumah itu dan menemukan sosok seseorang. Finderick, aku segera berjalan ke arahnya dan menarik kerah bajunya. “Kenapa kau berada di sini?!” tanyaku. “Pu..putri,” panggilnya terengah-engah. Aku menatapnya dengan lekat, Finderick seorang dewa yang gagah dan juga tampan, kini berubah dratis, bagaikan orang yang sudah berumur 60 tahunan, kriput-kriput telah memenuhi wajahnya, sebenarnya apa yang terjadi padanya? Aku pun melepaskan kerah bajunya dan melepas kain yang menutupi wajahku. “Ke mana kau selama ini?” Finderick tidak menjawabku, dia memalingkan wajahnya dan mulai sibuk memunggut obat-obatnya yang tidak sengaja terjatuh dari tangannya karena diriku. Aku dapat merasakan aura di dalam dirinya menghilang total, ini sungguh tidak normal.
Aku terdiam di dekat piramida, sudah hampir seharian aku berada di daerah ini, perubahan suhu yang cukup dratis, jika dewa-dewi, mereka mungkin tidak akan merasakan perubahan tersebut, namun mereka dewa yang bukan seutuhnya, juga manusia yang tidak seutuhnya, apakah mereka merasakan udara dingin di tengah malam ini?“Ayah, apa yang telah terjadi pada mereka? Kenapa Finderick berubah menjadi seperti itu? Ingatanku masih berhenti pada bagaimana kerennya Ayah dan dia memegang senjata masing-masing melawan musuh dengan entengnya.”“Kamu putri Geana?” tanya gadis yang berada di belakangku.Gadis kecil yang merupakan anak Finderick itu terlihat sedikit takut padaku.“Apakah ayahmu menceritakan tentangku padamu?” tanyaku kembali melihat sisi-sisi piramida sudah kulihat berkali-kali hari ini.“Ayah tidak bisa berbicara,”“Apakah kamu tahu kenapa dia bisa berubah menjadi seperti ini?”
Setelah lama menunggu, akhirnya malam terlewatkan, semalaman penuh aku mengelilingi rumah Finderick, tetapi aku tidak menemukan apapun selain obat-obat herbal yang sudah dikeringkan. Aku sungguh penasaran dari mana Finderick mencari obat-obat ini, sedangkan ini merupakan gurun yang cukup besar dan juga kering, tidak mungkin ada obat-obatan yang dapat tumbuh di sini.“Pagi,” sapa Finderick berjalan keluar dari kamarnya.Hari ini dia terlihat lebih segar dari kemarin. Aku menatapnya sekilas dan kembali melihat Amor yang masih tertidur pulas di ranjang pasien. Sepertinya Amor mentransfer banyak kekuatan untuknya. Aku dapat mengerti kenapa Amor sebaik itu padanya, bagaimanapun Amor sangat menghormatinya dan juga menganguminya.“Ke mana kamu mencari obat-obat ini?” tanyaku sambil memegang beberapa herbal langkah.“Jauh,” gumam Finderick menghampiriku, dia menyiapkan beberapa bahan obat-obatan dan berjalan ke dapur yang tepat
“Amor,” panggilku, namun langkahku terhenti ketika melihat seorang dewi yang begitu cantik, rambut berwarna coklatnya berterbangan ditiup angin. Warna mata hijaunya bagai batu emerald membuatku menyadari jika dia adalah dewi pohon.“Dia ingin ikut ke sini, jadi aku membawanya,” jelas Amor.Aku pun tersenyum menyapanya.“Kamu Geana kan? Aku sering mendengar Amor membicarakanmu, senang sekali dapat bertemu denganmu,” ucap dewi pohon itu terlihat ramah.Sering katanya? Apakah mereka sering bertemu, tetapi Amor bukannya bilang ‘pernah’?Aku pun segera menutup suara hatiku.“Bagaimana dengan ranting pohonnya?” tanyaku mengalihkan pembicaraan.“Ah iya, kata Emma ini merupakan ranting dari pohon rainbow di bumi bagian selatan,”Selatan? Seingatku pohon pelangi hanya dapat tumbuh di daerah hutan tropis, “Apa di gurun ini ada pohon ini?” tanyaku yang baru
Aku membangun sebuah piramida di samping piramida ayah, Finderick akan selalu di sisi ayah. Aku terdiam di tengah gurun, membiarkan angin sepoi-sepoi mengibasiku. Menatap kedua piramida itu membuatku merasakan bagaimana kejamnya waktu, dalam waktu singkat dia dapat membawa pergi orang-orang di sekitar begitu saja.“Finderick, di sini aku berjanji padamu, aku akan menjaga anakmu dengan baik,” gumamku. Aku pun memanggil Mera, sudah lama aku tidak memanggilnya turun ke bumi.Kini dia muncul di sisiku, sayapnya menjadi begitu indah, bersih bagai bulu angsa, Mera sudah tumbuh dewasa. “Mera, belakangan ini aku tidak akan kembali ke kastel, namun aku ingin kamu menjaga seseorang,” ucapku menoleh ke arah rumah Finderick. Aku yakin Mera akan menjaga Aurora dengan baik di waktu aku mencari cara menyelesaikan tugasku.Aku pun berjalan menuju arah rumah Finderick. Amor dan Emma di ruang tamu merundingkan rencanakami selanjutnya, aku segera 
Hari ini merupakan hari terpenting Ren, bukan lebih tepatnya Ailey dewa kebahagian yang merupakan temanku juga, dia akan dinobatkan sebagai raja kebahagiaan selanjutnya. Kini pertama kalinya aku berpijak di alam kebahagian bersama Amor dan juga Emma. Tempat ini sangatlah indah, bagai surgawi yang penuh dengan kenyamanan. Kami melewati sebuah hutan, namun hutan ini begitu berbeda, penuh dengan pohon peach blossom, bunga-bunga berguguran menyambut kehadiran kami. Ini yang di sebut tempat kebahagian, sungguh indah, tidak seperti alam kami, penuh dengan kobaran api.“Geana,”panggil Amor menyadarkanku, “Kamu kenapa?”tanyanya.Aku mengeleng pelan. “Tidak, hanya saja.., tempat ini terasa asing.., namun juga akrab.”“Tentu, ini merupakan tempat kelahiranmu,”ucap seseorang yang membuat kami menoleh.Ailey berjalan ke arah kami, hari ini dia melepaskan topengnya lagi, ini untuk kedua kalinya aku meli
“Siapa kamu?” tanyaku. Aku terus menatapinya, mencari perbedaan di antara dia denganku, aku yakin di dunia ini tidak mungkin memiliki orang yang mirip denganku.Perempuan itu tersenyum, dia meraih tanganku, menyembuhkan luka di jari telunjukku. “Kamu sama keras kepalanya dengan ayahmu,” gumamnya membuatku lebih tidak mengerti, dia mengenal ayahku? Siapa dia? “Beberapa tahun ini, kamu pasti sangat menderita bukan?” Walaupun memiliki wajah yang mirip, namun aku dapat melihat kedewasaan dan kewibawaan darinya, cara berbicaranya juga begitu lembut, sangat berbeda denganku. Apakah dia saudaraku? Namun.. auranya murni dari alam kebahagiaan.“Siapa kamu?” tanyaku.“Aku.., ibumu,” ucapnya membuatku syok, ibu? Jadi ini ibu yang telah melahirkanku dan membuangku? Aku segera menepis tangannya.“Aku tidak punya ibu,” bantahku membelakanginya.“Geana,” panggilnya.“