The Pain

The Pain

Oleh:  Lylindaceae  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Belum ada penilaian
6Bab
1.1KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Rasa sakit adalah hal yang paling dibenci oleh semua orang. Namun jika kita tidak bisa merasa sakit, apakah hidup kita akan bahagia? Rama Narayana Mahesa mengidap suatu penyakit langka yang membuatnya tidak bisa merasa sakit. Dia harus selalu berhati-hati dalam hidupnya karena ketidaksadaran akan rasa sakit itu bisa membunuhnya kapan saja. Lanaya Ekavira, seorang dokter yang memiliki rasa empati tinggi. Dia tidak bisa membiarkan orang terluka di depan matanya. Ketika takdir mempertemukan mereka, Dapatkah Naya membantu Rama untuk menyembuhkan luka tanpa rasa sakit?

Lihat lebih banyak
The Pain Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
6 Bab
Prolog
Kediaman keluarga Mahesa, Agustus 2000.   PRANKK!!!!  Tiba-tiba Rama merasa sekujur tubuhnya melayang di udara. Namun perasaan itu hanya sesaat karena kini dia telah tersungkur diantara rerumputan. Badan Rama terasa lemas, hingga rasanya dia tidak mampu untuk menggerakan tubuhnya sedikitpun.  ''Kenapa aku ada di sini?'' batin Rama.  Dalam ingatannya, beberapa saat yang lalu dia sedang berada di ruang baca bersama Arjuna. Sepupu sekaligus teman terdekat Rama di rumah ini.   Namun kini, tiba-tiba dia telah berada di halaman rumah. Terbaring kaku dalam hamparan rerumputan yang basah.    Entah mengapa, Rama merasa sangat mengantuk. Tapi dia mencoba membuka kedua matanya dengan sisa tenaga yang dia punya. Dalam pandangan yang kabur itu, dia bisa melihat beberapa pecahan kaca menancap dalam tubuhnya.  ''Apa yang terjadi? Apa aku terjatuh?'' batin Rama kem
Baca selengkapnya
BAB 1 : LANAYA EKAVIRA
Tokyo, Desember 2018   Seorang gadis mengenakan jaket tebal berwarna coklat dipadu celana jeans panjang sedang berdiri di dekat terminal Tokyo. Wajahnya tampak gelisah, sesekali dia menghembuskan napas untuk menghangatkan kedua tangannya. Gadis itu lalu melirik arloji yang terpasang dipergelangan-tangannya, yang disusul dengan desahan napas panjang.   Dia memperhatikan sekitar untuk mengurangi rasa bosan. Hampir seluruh jalanan tertutupi oleh salju. Suasana ini membuat tubuhnya semakin menggigil, Dia lalu menaikan kerah jaketnya dan kembali menghembuskan napas ke pergelangan tangannya. Kakinya mulai kebas namun digerak-gerakan supaya tidak mati rasa.   Tak lama, terlihat wajah familiar mendekatinya. Seorang wanita berambut ikal dengan setelan baju hitam dan sepatu boot panjang.   "Lanaya-san, Konbanwa!" ujar wanita itu girang.   Lanaya Ekavira, gadis mungil dengan rambut panjang
Baca selengkapnya
BAB 2 : PESTA PERPISAHAN
Naya telah berdiri di depan cermin selama lebih dari satu jam. Berkali-kali dia menghapus riasan diwajahnya dan memoleskannya kembali, setelah berkutat cukup lama dia akhirnya mengoleskan liptint berwarna merah muda di bibir mungilnya sebagai sentuhan akhir. "Hmm, ini tidak mencolok 'kan? Terlihat menggunakan make up tapi masih natural." Naya kembali menatap dirinya dalam pantulan cermin. "Ah, andai saja masih ada Ami di sini, dia pasti akan membantuku hari ini" Dia lalu memperhatikan kamar Ami yang telah kosong. Ami sudah kembali ke Indonesia beberapa hari yang lalu, namun Naya belum mau mencari teman serumah pengganti Ami. Selain karena Ami teman terdekat Naya, juga karena Naya sebenarnya tidak terlalu suka kehidupan privasinya terganggu oleh orang baru. Naya menghela napas cukup panjang sebelum akhirnya mengganti baju yang dikenakannya dengan sebuah dress berwarna biru. Setela
Baca selengkapnya
BAB 3 : KEPUTUSAN
"Tomoya akan bertunangan dengan putri direktur rumah sakit!"   Kalimat itu terus terngiang-ngiang di kepala Naya. Tiba-tiba dia merasa jiwanya telah keluar dari raganya untuk sesaat. Naya juga merasa ada sebuah tombak yang telah menghujam jantungnya. Jantung Naya masih berdetak dengan cepat, namun berbeda dengan sebelumnya kali ini jantung Naya terasa sakit, sangat sakit.   "Selamat Tomoya-kun! Jangan lupakan aku kalau nanti kamu sudah sukses!"   Hajime pergi setelah menepuk pundak Tomoya, menyisakan keheningan diantara Naya dan Tomoya.   "Naya..."   Tomoya terdiam sesaat sebelum dia melanjutkan perkataannya.   "Itu..belum diputuskan. Aku.. belum menyetujui rencana mereka..."   Naya mengangkat wajahnya, dia bisa melihat ekspresi Tomoya penuh rasa bersalah. Naya menyadari saat Tomoya mengucapkan kata ‘belum menyetujui’ dan bukan ‘tidak men
Baca selengkapnya
BAB 4 : PRIA SAPU TANGAN
"Hah.. Hah.. Hah..,"   Suhu yang dingin membuat napas Naya lebih pendek daripada biasanya. Dia masih mencari pemilik sapu tangan itu. Naya sangat yakin pria itu masih ada di Skytree karena jarak kepergian mereka yang tidak terlalu lama.   Setelah mencari cukup jauh, suasana di sekitar Tokyo Skytree mulai sepi. Hanya ada beberapa orang yang masih berlalu lalang di sana. Naya melihat arloji ditangannya, ternyata waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam.   "Hampir tengah malam, pantas saja sudah sepi. Lebih baik aku pulang sekarang."   Naya berjalan menuju pintu luar Skytree. Setelah itu dia berjalan menuju gang kecil di pinggiran Tokyo. Apartemen Naya memang terletak di pusat kota, sehingga cukup berjalan kaki hingga dia sampai di sana.  Sekitar 200 meter dari apartemennya, Naya melihat segerombolan pemuda sedang mabuk dipinggir jalan. Naya tertegun, dia berpikir untuk mencari jalan memutar.
Baca selengkapnya
BAB 5 : APARTEMEN NAYA
Rama mengedarkan matanya di ruangan berbentuk persegi panjang itu. Apartemen Naya cukup nyaman. Terdapat ruang tamu berisi sofa yang menghadap ke arah tv plasma. Di seberangnya merupakan ruang makan minimalis yang menyatu dengan dapur.   Naya berjalan masuk ke dalam apartemen dan membuka salah satu ruangan di apartemen itu. Dia lalu memanggil Rama untuk mengikutinya ke sana.   "Kamu bisa istirahat di sini. Kamar mandi terletak di samping dapur. Oh iya, sebelah kamar ini adalah kamarku. Kalau ada apa-apa kamu bisa memanggilku disini."   ''Pantas saja dia berani mengajakku menginap, rupanya ada dua kamar di apartemen ini.''   ‘Tunggu, apa yang sedang kamu pikirkan Rama!’ batin Rama.   "Kalau begitu aku akan beristirahat."   "Tunggu, Rama!" ujar Naya sambil menahan tangan Rama.   "Emm, apa boleh aku mengobati lukamu? Aku memang belum menjadi
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status