Share

BAB 1 : LANAYA EKAVIRA

Tokyo, Desember 2018

Seorang gadis mengenakan jaket tebal berwarna coklat dipadu celana jeans panjang sedang berdiri di dekat terminal Tokyo. Wajahnya tampak gelisah, sesekali dia menghembuskan napas untuk menghangatkan kedua tangannya. Gadis itu lalu melirik arloji yang terpasang dipergelangan-tangannya, yang disusul dengan desahan napas panjang.

Dia memperhatikan sekitar untuk mengurangi rasa bosan. Hampir seluruh jalanan tertutupi oleh salju. Suasana ini membuat tubuhnya semakin menggigil, Dia lalu menaikan kerah jaketnya dan kembali menghembuskan napas ke pergelangan tangannya. Kakinya mulai kebas namun digerak-gerakan supaya tidak mati rasa.

Tak lama, terlihat wajah familiar mendekatinya. Seorang wanita berambut ikal dengan setelan baju hitam dan sepatu boot panjang.

"Lanaya-san, Konbanwa!" ujar wanita itu girang.

Lanaya Ekavira, gadis mungil dengan rambut panjang yang terurai itu terlihat kesal. Sahabat yang sejak tadi ditunggunya hingga menggigil kedinginan, terlihat senang tanpa rasa bersalah sedikitpun.

"Kamu tau sudah berapa lama aku menunggu di sini?" tanya Naya tanpa membalas sapaannya.

"Hmm, setengah jam?" balasnya seraya melihat jam pada ponsel yang sedang digenggamnya.

"Setengah jam ditengah suhu -5 derajat, Ami! Kalau kamu janjian dengan orang Jepang, mereka sudah meninggalkan kamu sejak 29 menit yang lalu!"

"Hei, kita 'kan bukan orang Jepang. Bukankah wajar kalau terlambat sebentar," Ami terkekeh.

Namun melihat Naya yang terlihat masih kesal, Ami merubah wajahnya menjadi lebih serius.

"Maaf, Naya! Salju yang turun sejak sore membuat jalanan padat. Seluruh kendaraan harus berjalan dengan hati-hati. Kamu tau ‘kan biasanya aku tidak pernah terlambat seperti ini?"

Melihat wajah Ami yang memelas, Naya akhirnya mulai melunak.

"Oke, tapi kamu harus traktir aku ramen hari ini!" goda Naya dengan mimik muka yang serius.

"Sudah 4 tahun kita di sini. Mana ada istilah traktir di Jepang!" balas Ami sengit.

"Bukankah kamu yang bilang kalau kita bukan orang Jepang? Di Indonesia wajar loh mentraktir teman sendiri."

Naya tersenyum, dia senang karena telah berhasil membalas perkataan Ami.

"Ya sudah, ayo ke dalam aku traktir kamu hari ini!" jawab Ami sambil menggandeng lengan sahabatnya tersebut dan disambut tawa renyah Naya.

Mereka lalu memasuki salah satu kedai ramen yang cukup terkenal di daerah sana. Tanpa menunggu lama, dua mangkuk ramen beserta dua gelas ocha telah terhidang di atas meja. Dengan sigap, Naya segera mengambil segelas ocha hangat dan segera meneguknya. Dia mulai merasakan teh yang mulai mengalir dan menghangatkan kerongkongannya.

"Kalau tau kamu akan terlambat, sejak tadi aku menunggu di dalam sini."

"Lagipula, kenapa kamu diam di jalan seperti itu? Kamu juga tidak menghubungiku, jadi aku pikir kamu tidak menunggu terlalu lama," tanya Ami

Naya mengeluarkan ponsel dari dalam tas coklat kesayangannya. Dia lalu mengangkat ponsel tersebut dan menunjukkanya kepada Ami.

"Low battery. Makanya aku hanya bisa menunggu kamu di tempat kita janjian."

Ami menggelengkan kepalanya dan menepuk pundak Naya pelan.

"Oh iya, Gimana kabarnya calon dokter kita di Rumah sakit?" tanya Ami.

"Huhu, Amiiiii….," Naya menatap wajah Ami sedih, kejadian beberapa hari terakhir seolah berputar kembali di kepalanya.

"Kamu tahu, sejak dua hari yang lalu aku mendapatkan giliran visit bagian bedah orthopedic, padahal aku lebih suka saat di-dermatology. Ahhh.. Selamat datang masa suram," lanjutnya sedih.

"Haha, jangan berlebihan! Lagipula hanya dua minggu ini kamu BSL di bagian orthopedic, bukan?"

BSL atau Bed Side Learning merupakan salah satu kegiatan wajib mahasiswa kedokteran di Jepang. Dimana mahasiswa kedokteran tahun ke-4 mulai magang di Rumah Sakit dan akan bekerja di dalam setiap departemen selama dua minggu, secara bergiliran.

"Coba deh, kamu bayangkan orang-orang yang datang ke bagian orthopedic. Masih mending kalau mereka hanya cidera, tidak sedikit yang datang sudah mengalami Fraktur terbuka," balas Naya antusias.

"Fraktur terbuka?" tanya Ami seraya memasukan sesendok besar mie ramen ke dalam mulutnya.

"Sorry, aku lupa kalau kamu bukan anak kedokteran. Fraktur terbuka itu keadaan dimana tulang yang patah akan merobek kulit hingga ke luar dan menjadi luka terbuka."

Seketika Ami tersedak hingga hampir mengeluarkan mie yang ada di dalam mulutnya. Dengan sigap, Naya langsung memberikan minuman kepada wanita berambut ikal tersebut.

"Jadi maksut kamu, tulangnya patah sampai keluar dari kulit?!" Ami kembali bertanya yang dijawab dengan anggukan Naya.

"Gila! Baru membayangkannya saja aku sudah merinding."

Naya tertawa melihat wajah Ami yang mulai memucat. Entah kenapa dia ingin kembali menggoda sahabatnya itu.

 "Well, ini masih mending sebenarnya, daripada harus praktek membedah mayat. Mayat pucat yang sudah dingin dan kaku, kita belah dari bagian atas dada-"

"Ewww, Naya! Mengerikan! Kamu kok mau jadi dokter sih!" ujar Ami segera memotong pembicaraan Naya

"Yah saat kamu belajar kedokteran lama-lama kamu akan terbiasa melihat hal-hal seperti itu," balas Naya.

"Sudah, aku tidak mau mendengar hal itu lagi!"

Naya terkekeh mendengar rengekan Ami. Dia lalu termenung, hingga akhirnya mengangkat kedua tangannya dan memeluk Ami dengan erat.

"Amiii, jangan pulang! Apartemen akan terasa sepi tanpa kamu, aku pasti akan merindukanmu!"

Naya membayangkan hari-hari yang telah mereka lewati. Selain karena tinggal di apartemen yang sama, Ami merupakan teman pertama Naya sejak dirinya menginjakan kaki di Jepang. Dan kini setelah 4 tahun bersama, Ami harus kembali ke tanah air karena dia telah lulus dari kuliah arsitekturnya. Sedangkan Naya masih harus berjuang hingga kuliah profesi kedokterannya selesai.

"Aku juga pasti akan merindukanmu! Tapi aku juga merindukan keluargaku. Aku harus kembali, tugasku sudah selesai di sini."

 Ami tersenyum, dia lalu membalas pelukan Naya lebih erat.

"Cepat lulus kuliah, supaya kita bisa kembali bertemu lagi di Indonesia," lanjut Ami cepat.

"Paling cepat aku lulus dua tahun lagi, huft!" 

Ami menepuk pundak Naya perlahan, dia lalu mendekatkan bibirnya dan berbisik kepada Naya.

"Bukankah kamu tidak mau pulang cepat-cepat supaya bisa lebih lama bersama Tomoya-kun."

Rona kemerahan terlihat di pipi putih Naya, dia lalu menepuk pelan sahabatnya tersebut.

"Jangan kelamaan menyatakan perasaan. Melihat kebersamaan kalian, aku yakin Tomoya juga sudah tau perasaan kamu. Kalau dia keburu pacaran dengan orang lain, nanti kamu menyesal lho!"

Naya mengangguk pelan mendengar perkataan Ami. Namun dia tidak pernah menyangka bahwa perkataan sahabatnya itu akan menjadi kenyataan.

Note :

Konbanwa : Selamat malam.

Ramen : Mie kuah khas Jepang.

Ocha : Teh hijau khas Jepang.

Orthopedic : cabang kedokteran bagian bedah ortopedi ( otot & tulang).

Dermatology : cabang kedokteran tentang kesehatan kulit.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status