Share

BAB 4 : PRIA SAPU TANGAN

"Hah.. Hah.. Hah..,"

Suhu yang dingin membuat napas Naya lebih pendek daripada biasanya. Dia masih mencari pemilik sapu tangan itu. Naya sangat yakin pria itu masih ada di Skytree karena jarak kepergian mereka yang tidak terlalu lama.

Setelah mencari cukup jauh, suasana di sekitar Tokyo Skytree mulai sepi. Hanya ada beberapa orang yang masih berlalu lalang di sana. Naya melihat arloji ditangannya, ternyata waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam.

"Hampir tengah malam, pantas saja sudah sepi. Lebih baik aku pulang sekarang."

Naya berjalan menuju pintu luar Skytree. Setelah itu dia berjalan menuju gang kecil di pinggiran Tokyo. Apartemen Naya memang terletak di pusat kota, sehingga cukup berjalan kaki hingga dia sampai di sana. 

Sekitar 200 meter dari apartemennya, Naya melihat segerombolan pemuda sedang mabuk dipinggir jalan. Naya tertegun, dia berpikir untuk mencari jalan memutar. Namun tubuhnya yang lelah memintanya segera merebahkan diri di kasur secepatnya. 

Naya menggenggam erat tas slempangnya. Dia menguatkan diri untuk berjalan melewati para pemuda itu seolah tidak melihat mereka.

Awalnya para pemuda itu hanya memperhatikan Naya. Namun, tiba-tiba salah seorang dari mereka berjalan menyusul Naya. Dia lalu menempelkan tangannya ke tembok sehingga menutupi jalan yang hendak Naya lewati.

"Hai gadis, sendirian saja."

Mata orang itu sangat merah dan sayu. Bau alkohol yang kuat tercium dari mulutnya hingga Naya langsung menutup hidupnya.

"Ikut yuk, kita main di sana," seringai pemuda itu.

Pemuda itu lalu menarik lengan Naya. Naya meronta tapi kekuatannya berbeda jauh dengan pemuda yang ada dihadapannya. Segerombol pemuda lainnya tampak tertawa memperhatikan mereka.

"Tidak! Lepaskan!!" Naya memukul lengan pemuda itu. Namun nihil, pemuda itu sama sekali tidak merasa kesakitan.

"Tolong aku!!" teriak Naya kencang.

Entah datang darimana, tiba-tiba sebuah kaleng soda melayang dan mengenai kepala pemuda itu. Sontak pemuda itu melepaskan lengan Naya dan memegang kepalanya.

"AWW, SIAPA ITU?!!!" teriak pemuda itu kencang.

"Apa kalian tidak malu menyerang gadis lemah di malam hari? Dasar orang-orang brengsek!"

Seorang pria bermantel coklat keluar dari sebuah toko kelontong yang hampir tutup. Wajah Naya menyipit saat menyadari pria berwajah khas Asia tenggara itu adalah pria yang sedang dia cari.

''Ah, pria saputangan..'' batin Naya.

"KURANG AJAR! Cepat pergi dari sini, sebelum kami menghabisimu!" teriak pemuda mabuk itu.

Pria sapu tangan itu tersenyum. Senyum tajam yang membuat orang disekitarnya seolah membeku. Dia lalu menggertakan kedua tangannya dengan suara yang cukup keras hingga sampai ke telinga Naya.

"Kalian sungguh tidak beruntung. Moodku sedang tidak bagus hari ini."

Buak!!!

Tanpa menunggu lama, sebuah pukulan mendarat di pipi pemuda mabuk itu. Dia lalu terjerembab dan mencium aspal hitam di tengah jalan.

"KURANG AJAR!"

Gerombolan pemuda lainnya segera bangkit dan mengepung pria sapu tangan. Baku hantam-pun tidak terelakan. Naya terduduk lemas dan berdoa semoga pria sapu tangan itu baik-baik saja.

Tapi yang cukup mengejutkan, setelah cukup lama pria sapu tangan tampak baik-baik saja. Dia berhasil mengalahkan para pemuda itu. Wajahnya tampak sedikit terluka, dia lalu tersenyum dan mengusap bibirnya yang telah berdarah.

"Ahh, rasanya lega! Memukul orang memang paling enak saat sedang badmood."

Prank!!

Tanpa diduga salah satu pemuda telah memecahkan botol sake dan berlari menghampiri pria sapu tangan.

"Awas!!" teriak Naya.

Namun nahas, pecahan botol itu telah tertancap di tulang belikat pria sapu tangan. Pria sapu tangan memandang pemuda yang telah menancapkan pecahan botol padanya. Dia menarik kembali pecahan botol itu sambil tersenyum. Tidak lama darah segar langsung mengalir dari bahu pria itu.

Naya terkesiap dan menutup mulutnya. Pria saputangan masih tersenyum tajam, tidak tampak sedikitpun rasa sakit diwajahnya. Di saat yang sama pemuda itu langsung terjatuh dan menatap pria sapu tangan dengan takjub.

"Mo.. Mo.. Monster!!!!" teriak pemuda itu. Dia lalu membalikkan tubuhnya dan langsung berlari dengan kencang.

Pria sapu tangan menghela napas panjang. Dia segera mengeluarkan ponselnya dan tampak menghubungi seseorang.

"Aku mendapat masalah, kamu urus sisanya. Jangan mencariku karena aku tidak akan pulang malam ini."

Pria sapu tangan langsung menutup panggilan itu dan melemparkan ponselnya diantara tumpukan botol sake yang berserakan. Dia lalu melihat Naya yang tampak masih terkejut.

"Lebih baik kamu pulang sekarang. Oh iya, tidak usah mengkhawatirkan para bedebah ini. Setelah ini akan ada orang yang mengurus mereka."

"Tunggu!"

Naya segera bangun dan menghampiri pria sapu tangan. Dia menatap pria itu lekat dan menyadari darah segar masih keluar dari luka dibalik mantelnya. Naya segera mengeluarkan sapu tangan di dalam tasnya dan menekan luka di bahu pria itu.

"Kita harus segera menghubungi ambulan, luka kamu sepertinya cukup parah."

"Terima kasih, tapi baik-baik saja." Pria itu melepaskan tangan Naya.

"Tunggu!" Naya kembali berteriak, dia merasa sangat berhutang kepada pria sapu tangan hari ini. Dan dia tidak ingin kehilangan pria ini untuk kedua kalinya.

"Maaf, aku mendengar obrolanmu tadi-"

"Pasti ada alasan kenapa kamu tidak ingin pulang malam ini. Apa kamu kabur dari rumah?" tanya Naya

Pria sapu tangan mengangkat kedua alisnya. Dia berpikir bagaimana bisa gadis dihadapannya memikirkan cerita seperti itu. Apa masuk akal seorang pria berumur pertengahan 20-an tidak mau pulang karena kabur dari rumah?

"Itu bukan urusanmu, tapi seperti yang kamu dengar aku harus segera pergi dari sini. Jadi aku tidak bisa membuang-buang waktu dengan mengobrol bersamamu."

Naya kembali memutar otaknya, dia lalu berkata sambil memegang erat sapu tangan merah ditangannya.

"Aku tau kamu tidak punya tempat tujuan saat ini..,"

"Menginaplah ditempatku!" teriak Naya.

Pria itu terkejut mendengar perkataan Naya. Dia lalu mendekati Naya hingga tersisa jarak yang sangat pendek diantara mereka.

"Apa kamu sudah lupa dengan kejadian yang kamu alami tadi? Dan kamu mengajakku menginap ditempatmu?"

"Karena aku tau kamu bukan orang jahat." Naya menatap pria itu tanpa berkedip sedikitpun.

"Kita hanya orang asing yang kebetulan bertemu di sini. Kamu bahkan tidak tau siapa namaku, darimana kamu tau kalau aku bukan orang jahat?!"

"Siapa nama kamu?"

"Apa??!!"

"Namaku Lanaya dan kamu bisa panggil aku Naya. Siapa nama kamu?"

Naya tersenyum saat memperkenalkan namanya pada pria sapu tangan. Pria itu sempat tertegun sebelum akhirnya membuka mulutnya kembali.

"Rama."

"Baiklah, karena kita sudah saling mengenal. Bisakah kamu menginap di tempatku malam ini, Rama? Apartemenku hanya terletak 200 meter dari sini. Kamu yang paling tau kalau kita tidak bisa terus menerus membuang waktu seperti ini."

Rama memandang takjub pada gadis dihadapannya. Dia tidak habis pikir bagaimana bisa gadis naif seperti ini bertahan hidup ditengah kerasnya kota Tokyo seorang diri.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status