Share

The Nine Tails of Time Traveler
The Nine Tails of Time Traveler
Penulis: Rossystories

Gumiho dari Masa Lalu.

#Happy reading.

Ikuti terus kisah menariknya setelah bab ini habis, ya.

Hutan terlarang ditumbuhi pohon tua lagi menyeramkan. Rona gelap di ujung penglihatan. Angin yang mulai bergemuruh di sela-sela dedaunan. Cakrawala membias elok warna malam kelabu tua.

Gelap tak berarti sepi, dimana hutan terlarang menjerit suara, derap kaki bersorak menggemparkan suasana. Tahun 1022, di ujung ibukota Gaegyeong, masa kerajaan Goryeo--Korea.

Laksamana hutan menyelinap bersama kawanan perang, dengan pedang panjang; panah lancip; tombak besi; beserta kegeraman para penduduk desa.

“Palli, palli!” jeritnya, salah satu perwira tinggi berseragam resmi pegawai kerajaan.

“Cepat, cepat.”

Dirundung rasa amarah. Salah satu berhenti di depan para pengikut perwira. Mengangkat satu tangan ke atas sebagai pembatas aba-aba.

Telunjuknya sudah mengarah pada seorang pria tampan bermata merah, jubah panjang hitam legam, bernada seram bercampur emosional kian membuncah.

“Menyerahlah, wahai Gumiho penggoda!!” pekik si pria di hadapannya.

“Cho Ye Joon,” sebut si pria, pemberi aba-aba itu mendekat.

Berpakaian hitam dengan rambut bergulung tinggi terikat erat, pria lima puluhan tahun, tinggi tegap, rahang luas, berdiri di hadapan seorang Gumiho—si penjaga hutan terlarang.

Grrrr!

Gumiho dengan menggeram sambil mengepalkan tangannya, “Go Joo Woo, aku akan menghabisimu!” gertaknya memajukan langkah.

“Kau sudah menghabisi wanitaku!!” serunya menggeram.

Pria bersapa Go Joo Woo menghunuskan pedang ke arah Cho Ye Joon—seorang Gumiho tampan dengan tatapan dingin.

Tiba-tiba malam menjadi sangat gelap. Semilir angin mulai berayun-ayun kuat, rona malam terlihat menggelegar, petir yang menggulung-gulung di atas langit.

Hanya seketika melewati tubuh Cho Ye Joon tanpa suara, warna putih mulai bersinar terang. Memusarkan angin yang menghempaskan semua pandangan orang-orang hingga terpental ke ujung pepohonan.

Semua terkesima dengan apa yang terjadi. Gumiho tak terlihat lagi di depan mata mereka. Lantas riuh bertanya-tanya, ke mana Gumiho itu pergi??

***

                Depok, Jawa Barat—Indonesia, 2021 di ujung tepi jalanan terlihat mobil bus menepi, menunggu kehadiran para Mahasiswa yang akan pergi menuju suatu tempat. Sekumpulan anak muda mulai terlihat dari gerbang suatu Universitas Indonesia Arkeologi.

Tawa mulai menggemparkan suasana di antara pemuda jiwa Bangsa.

“Hahaha.”

“Eh, Nevan, apa kau bakal sedia ngelakuinnya tiba nanti?” tanya salah satu kawannya.

Nevan Taksan terlihat begitu menggoyangkan tubuhnya, “Aku bakal ngegali tanah, mencari benda kuno dari ribuan tahun, bakal kutunjukin ke Bellona, hahaha,” kelakarnya.

Pria bermata sipit dengan tampilan rupawan itu lebih menggoda teman-temannya daripada seorang wanita yang ada di sampingnya.

Seorang gadis cantik menyenggol tubuh Nevan dengan sangat kuat, “Jangan bikin konyol, Bodoh!” kelitnya.

“Bellona, maafkan aku!” jeritnya, memanggil si gadis mempercepat langkah menuju bus yang sedang terparkir rapi di tepi jalan.

“Bellona, maafkan aku, aku bakal cari bunga mawar hutan untukmu, aku janji!” rengeknya sembari menggoda si gadis yang mungkin pacarnya itu.

Sambil merayu, Bellona menahan senyuman di balik sebuah wajah cemberutnya yang kian terbalas geram.

Semua para Mahasiswa membawa ransel besar dan banyaknya peralatan memasuki bus. Bus itu pun bergerak menuju perjalanan, melewati perkotaan, hingga menepi di ujung hutan yang sudah melewati rute perjalanan yang sangat jauh.

Sebuah perkemahan pun dibangun, hingga malam menanti dan bersorak tawa bagi anak-anak muda yang sedang menjelajah alam bebas.

“Aduh, aku harus buang air dulu, udah nggak tahan!” keluh Nevan beranjak, ketika itu sedang asyik berkerumunan di hadapan api unggun.

Nevan berjalan mengendap-endap di ujung hutan yang sudah lumayan jauh dari perkemahan. Ia pun menuruni bukit dengan seorang diri sembari berjongkong, wajahnya dirundung rasa ketakutan yang begitu kacau.

“Aiiish, napa sih nih tempat serem banget!” gerutunya mulai bergetar lemah.

Suasana malam tiba-tiba berubah menjadi kelam, semilir angin melambai sangat dingin, matanya mulai mengelilingi seluruh pandangan ke seisi ruang hutan.

“Waduh, cahaya apaan tu?!” tunjuknya pada depan matanya.

Mulutnya membuka dengan lebar, menganga. Cahaya itu menyilaukan penglihatan Nevan. Ia pun tersungkur dan terbaring di atas tumpukan dedaunan. Pusaran angin yang berlalu membuat dirinya lemah tak berdaya di dalam hutan.

Nevan jatuh pingsan di tengah-tengah bukit yang menjulang curam. Tiba-tiba matanya terbuka dengan lebar, merah padam, dengan gigi taring mulai meraing seram. Tubuhnya terangkat dengan sangat kuat dan tangkas.

Berlari menyusuri hutan hingga ke sudut bawah bukit. Malam menjadi aura pencari target yang akan menjanjikan.

Nevan menampakkan sisi mengerikannya dengan gigi taring yang panjang. Seorang lelaki melewati hutan dengan modal senter kecil sembari memegang senapan panjang.

Grrrr!

Nevan menatapnya dari sudut tebing, lalu mengejar si lelaki dengan begitu cepatnya.

“Aaaaahhh!!!”

Slap!

Sebuah jeritan menggempar suasana tengah hutan. Semua yang sedang asyik duduk dengan ketenangan, tiba-tiba terpelangah dengan spontanitas.

“Eh, Nevan ke mana?” tanya salah satu pria.

Bellona berdiri, “Bukannya tadi dia mau buang air?” sebutnya.

“Ah, benar juga!”

Semua saling memandang dan merasa curiga dengan gema suara yang memantul ke arah mereka sedikit mengganggu pikiran bagi yang mendengar.

***

Sementara itu, Nevan berdiri dengan tubuh serta wajah berlumuran darah. Di hadapan tubuh si lelaki yang sudah tidak berdaya dan hancur itu, Nevan menatap usus yang terburai karena tercabik olehnya.

“Nevan!”

“Nevan!”

Bellona dan ketiga kawannya mencari Nevan di ujung tebing bukit. Namun, tak ada bayang-bayang maupun tanda-tanda yang terlihat dari bawah atau pun dari hadapan mereka.

“Duh, Nevan ke mana, ya?” tanya Bellona mulai gelisah.

“Jangan-jangan dicuri Kuntilanak lagi?” pikir salah satu temannya.

“Ngaco lu!” cecah Felix ke salah satu temannya. 

“Felix, coba kamu telpon dia gih!” pinta Bellona.

Cahaya senter mulai mengelilingi seluruh ruang hutan tersebut.

“Hp-nya nggak aktif,” keluh Felix—sahabat Nevan memeriksa ponselnya.

“Aduh, kira-kira ke mana, ya?” sambung salah satu temannya.

Felix menggeleng dalam kebingungannya. Suasana malam seakan mencekam, menurunkan suhu di balik ubun-ubun kepala, mengantar ketakutan dalam kegelapan. Keringat dingin telah mengiringi perjalanan mereka.

Akhirnya, pencarian berhenti di ujung hutan.

***

Nevan bersembunyi ketika ia melihat para kawannya. Namun, pikirannya seakan mengarah pada santapan lezat, tetapi naluri keduanya menjadi membingungkan penglihatan.

Ia pun segera menuruni bukit menuju aliran sungai yang terlihat memanjang. Ia pun membersihkan wajahnya.

Mata merah meredam perlahan, gigi taring telah bersembunyi dan kembali menjadi manusia normal setelah jantung dan hati manusia menjadi makanan pertama.

“Haaa ….”

Nevan mendiamkan dirinya, hingga menunjukkan sifat dingin yang mulai beraksi. Tatapan mata hangatnya mengubah semua raut wajah tampannya menjadi sangat garang.

***

“Aaaah!!!”

Terdengar teriakan seorang pria tua di hadapan mayat yang sudah menganga lebar. Beberapa orang pun tercengang lemah hingga tersungkur ketika melihat mayat tersebut.

Semua orang mengurungkan niat mereka untuk berburu di tengah malam. Setelah melihat kejadian itu, suasana perkemahan menjadi riuh, dipenuhi dengan perbincangan ramai sekaligus ketakutan.

***

Nevan memunculkan dirinya di balik punggung para kawan-kawannya, sontak Bellona membalikkan tubuhnya dengan mata membeliak tegang.

"Benarkah itu Nevan?!" tunjuk Bellona tercengang.

Wajib taruh ke dalam rak setelah baca bagian dari cerita ini, karena apa? Semua butuh proses untuk menjadi cerita yang apik dan tertata rapi.

Semua yang saya tulis demi kenyamanan si pembaca yang utama. Dibutuhkan suatu dukungan dari penambahan ke rak dan juga review tentang isi dari cerita. Maka dari itu, sangatlah diharapkan untuk menjadi bagian terindah untuk kisah ini.

Follow juga I* @Rossy_stories.

Biar kamu bisa mengetahui segala karya milik Rossystories.

Tak lupa kuucapkan kata terima kasih sebanyak-banyaknya atas waktu yang diluangkan hanya dari membaca cerita recehku ini. Semoga sehat selalu dan berlimpah rezeki!

WAJIB VOTE CERITA INI SETELAH BACA!!!

Karena apa? Untuk kemajuan novel berasal dari jemari kalian dari hanya menekan tombol VOTE PADA CERITA INI.

Maka dari itu, sangat dimohonkan untuk memberi VOTE setelah baca, ya.

Terima kasih telah menjadi pembaca setia cerita ini, semoga sehat selalu.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Gumi Gula
Beli covernya dmna kak
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status