Share

Dari Sentuhan Lembut.

“A-apa yang kalian lakukan di sini?” tanya Nevan meredam pusing kepala.

Tubuhnya seakan perlahan berhenti dari detik merasakan perih, sedangkan hujan pun berhenti dalam sekejap. Bellona melihat situasi yang terlihat di luar jendela sudah tidak menunjukkan rintik hujan yang turun.

Kini, Bellona hendak mendekati sosok Nevan dengan wujud Gumiho yang sudah perlahan menghilang. Namun, Felix menarik lengan Bellona untuk melarangnya mendekati sosok makhluk yang mengerikan itu.

Felix menggelengkan kepalanya, “Jangan, Bel!”

Bellona melepaskan perlahan tangan Felix dari lengannya, lalu berbalik untuk mendekati Nevan yang masih belum jelas kalau dia dirasuki atau memang wujud dari Rubah ekor sembilan itu sendiri.

Nevan menatap tegang mata Bellona yang seakan mendekati dirinya. Nevan hendak meluruskan pandangan ke dua bola matanya untuk menembus rasa lupa. Namun, ia tak berhasil melakukannya.

“Kenapa ini tidak berhasil?” gumamnya dalam hati.

Bellona berdiri sangat dekat dengan Nevan tanpa ada rasa takut sama sekali, “Siapa kau sebenarnya?” lontarnya.

Secara spontan, Nevan meraih pipi dan mengapit dagunya dengan kuat. Matanya menjadi merah padam saat emosional tak tenang mengurung dirinya dalam kecemasan.

Matanya seakan hendak melawan, tetapi Nevan malah merasakan perih, hingga menyerang kepalanya secara tiba-tiba. Nevan memegangi kepalanya untuk menahan rasa sakitnya.

Bellona bukannya malah takut, tetapi mendekatkan posisi Nevan lalu memegangi bahunya.

Grrrr!

Nevan memperlihatkan rupanya yang menyeramkan. Sontak, Felix menutup pintu agar tidak diketahui oleh orang banyak dari luar. Ia pun segera menyusul Bellona sembari mengawasi Bellona agar tetap aman.

“Tenanglah! Kita ini teman kamu,” sebut Bellona melemah.

Tangannya mulai meraba kepala Nevan dengan lembut, lalu menurun hingga menepuk pelan bahunya. Nevan seakan meredupkan emosional membuncahnya meredam dengan perlahan. Mata merah perlahan memudar menjadi hitam legam.

Mata tampan itu memang sangat mirip dengan sosok Gumiho dalam dirinya.

Keduanya mulai berjongkok untuk mengikuti gaya Nevan yang tersungkur di bawah sudut meja.

“Kamu benar seorang Gumiho?”

“Atau kamu memang Gumiho?”

Bellona melempar dua pertanyaan kepada dirinya, berusaha menjinakkan jiwa buasnya.

Dalam sesaat sebuah naluri kian melemah dari sentuhan lembut. Seakan ia tak bisa menyakiti Bellona dengan cakar panjangnya sekalipun. Melakukan tindakan seakan melukai dirinya dan dapat menyakiti kepalanya.

Nevan memperhatikan dua wajah yang ada di dekatnya.

“Aku dirasuki oleh Gumiho masa lalu,” ungkap Nevan pelan.

Kedua matanya seakan tak percaya dengan apa yang sudah didengarnya, lalu dengan gesit Nevan meraih tangan Bellona dengan kuat.

“Tolong aku! Aku ingin kembali ke tempatku berada, dan aku ingin keluar dari tubuh ini,” pintanya dengan mata lusuh.

Bellona melirik wajah Felix dengan sangat mencengangkan. Felix mengerutkan keningnya sambil menggeleng kurang yakin.

“Sebaiknya kamu balik ke kelas, terus jangan lakukan tindakan apa pun, aku sama Felix adalah sahabatmu yang selalu bersama, dan aku ….”

Bellona memegangi tangan Nevan di hadapan Felix dengan perlahan, “Aku akan berusaha semampunya.”

“Mereka itu temen kamu, mereka semua temen yang selalu baik dan suka sama kamu. Kamu itu orang baik, Nevan!”

“Aku yakin, kamu bisa menahan semua emosi dalam jiwa Gumihomu itu agar tidak menunjukkan emosi tinggi,” ujar Bellona meyakinkannya.

Bellona mengajak tubuh Nevan agar berdiri dengan tegak. Masih dalam tatapan hangatnya, ia pun mulai meyakinkan pikiran Nevan untuk berhenti menjadi orang yang kejam.

Nevan menatap raut Bellona tanpa mengedip, jiwa dingin masih tetap sama. Namun, emosional dapat dikontrol dengan baik ketika ia menatap Bellona.

Nevan pun memajukan langkah sembari melewati keduanya hingga ke muka pintu sambil melirik ke arah dua sahabatnya. Dengan penuh keyakinan, ia pun segera meninggalkan ruangan tanpa gelisah.

“Bel, kamu yakin bakalan bantu dia?” keluh Felix tak percaya.

“Kamu nggak liat dia bingung gitu, dia itu anak yang baik kok! Dan kita sahabatnya dari awal harus tetep bantu dia sampai tuntas,” balas Bellona.

“Tapi, aku ngerasa kurang yakin deh! Kok bisa sih Nevan dapet Rubah serem gitu?! Untung kita pingsan tadi,” imbuh Felix lagi.

“Felix, sekarang aku mau ngeyakinin ini dulu, mau ikut aku atau nggak?” lontar Bellona tegas.

Felix masih mendiam tanpa jawaban. Mata Bellona sudah tidak kuasa menahan waktu untuk sebuah jawaban darinya. Dengan kesalnya, Bellona pun pergi begitu saja dari hadapan Felix.

Felix masih berdiri termangu, seakan tak percaya dengan keputusan Bellona yang tidak masuk akal. Dirinya menggeleng, menggusar-gusar kepalanya, dengan berat hati ia pun bergegas meninggalkan ruangan.

Bellona meninggalkan ruang perpustakaan dengan raut geramnya, setelah terlihat sosok Felix yang menolak untuk membantu Nevan. Di balik punggungnya, Felix mengejarny lalu berteriak ke arahnya.

“Bel!” pekik Felix sambil mengejar.

Bellona tak menghentikan langkah, malah melanjutkan langkahnya mengiringi lorong bangunan. Dengan sigapnya, Felix menarik bahu Bellona agar berhenti lalu menatapnya.

“Oke! kita bantu,” tandas Felix dengan raut tegasnya.

Bellona mengukir segaris senyumanya di hadapan Felix dengan penuh pesona. Akhirnya, rencana dua sudah didapatkan dengan baik.

***

                 Di dalam ruang kelas dengan kursi yang memanjang lebar dan meninggi ke atas. Di depan layar berdiri seorang Dosen yang sedang menjelaskan pelajaran. Nevan duduk dengan segala tenangnya, setelah mendapat hati lembut dari seorang wanita dia menjadi sedikit lebih baik dari kemarin.

Mungkinkah dari kemunculan ekor sembilan yang diperlihatkan dirinya, maka orang itu akan menjadi dua pilihan target untuknya, yakni teman atau musuh.

Jika baik itu akan menjadi teman, jika menurutnya buruk maka akan menjadi santapan selanjutnya.

“Seperti contohnya, penemuan tentang lukisan babi kutil berumur 45.500 tahun di Gua Kapur Leang, Sulawesi Selatan, penemuan ini berhasil membuyarkan pandangan dunia mengenai lukisan figuratif tertua di Eropa sekitar 40.000 tahun yang lalu.”

“Maka dari itu, saya ingin kalian semua menjadi lulusan Arkeologi yang berpengalaman, ahli di segala bidang dan mampu bekerja sama dengan tim, kalian semua sudah memasuki semester tiga, jadi saya harap kalian akan tetap menambah pengetahuannya.”

“Di setiap musim panas, kita selalu mengunjungi tempat-tempat untuk menelusuri benda-benda antik di masa lampau.”

“Sekian dulu kelas kita hari ini, semoga kalian bisa menemukan benda-benda atau menemukan pelajaran baru di luar dari kampus ini, selamat belajar!”

Dosen bertubuh tinggi dengan jas hitamnya, menggandeng sebuah buku tebal tentang Arkeologi masa lampau. Ia pun meninggalkan ruang kelas tanpa harus menunggu waktu lama.

Nevan beranjak dari tempat duduknya, tetapi tubuhnya malah dibawa oleh beberapa anak buah dari gangster yang pernah menyerangnya. Bellona dan Felix melihat kejadian itu, lantas tak hanya berdiam diri, spontan mengejar mereka menuju lorong ruang kelas di tempat tanpa penghuni lainnya.

“Woi!!” teriak Felix ke arah para anak buahnya.

Nevan masih mengurungkan niatnya untuk menyerang dan hanya berusaha berdiam diri. Matanya seakan mengingat kata-kata terakhir dari Bellona.

Wajib taruh ke dalam rak setelah baca bagian dari cerita ini, karena apa? Semua butuh proses untuk menjadi cerita yang apik dan tertata rapi. Semua yang saya tulis demi kenyaman si pembaca yang utama. Dibutuhkan suatu dukungan dari penambahan kea rah dan juga review tentang isi dari cerita. Maka dari itu, sangatlah diharapkan untuk menjadi bagian terindah untuk kisah ini.

Follow juga I* @Rossy_stories.

Biar kamu bisa mengetahui segala karya milik Rossystories.

Tak lupa kuucapkan kata terima kasih sebanyak-banyaknya atas waktu yang diluangkan hanya dari membaca cerita recehku ini. Semoga sehat selalu dan berlimpah rezeki!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status