Share

Mencurigai Sesuatu.

Kekekalan malam menjadi aura kuat bagi si pencari nafsu kelam. Aroma darah, jantung, hati yang siap menjadi santapan adalah sosok buas lagi menyeramkan. Namun, Cho Ye Joon membiarkan pemuda sekampusnya itu tersungkur lemah di bawah lantai.

Sementara itu, Nevan membawa malam itu penuh dengan kebencian lagi mendendam asa. Jiwa yang meronta-ronta pasti akan menggeliat di ujung ubun-ubun kepala.

“Aaaaah!!!”

“Mama, cepat ke sini! Lihat kakak, lihat kakak, Ma!!”

Nevan melirik pandangan sinisnya ke balik punggung yang sudah menjauh dari tembok pembatas dirinya. Di ujung pagar rumah, ia memiringkan senyum lalu bergegas gesit ke ujung jalanan.

Suasana malam itu pun menjadi sejarah bagi si pemuda ketua gangster kampus yang menjadi sasaran makhluk asing lagi menyeramkan. Tidak ada yang tahu dengan aksi bejatnya bahwa ia telah melempar tubuh dengan tangan kemarahannya.

Sebuah jeritan telah meramaikan suasana.

Wiu! Wiu! Wiu!

Ambulans beradu di jalanan setelah kejadian naas tertimpa pada seorang mahasiswa Arkeologi bergaya di kampusnya. Yang katanya memiliki bela diri termahir, lagi terkuat dalam pendidikan sekolah, kini hanya menjadi luka bagi keluarga.

Masih beruntung nasib si pria sok jagoan itu, jantungnya tetap berdetak, walau luka menganga lebar di pipi dan kepala bagian atasnya.

***

                 Langkah Nevan masih dengan tatapan dingin lagi tajam. Berbeda dengan sikap Nevan yang dulunya adalah orang humoris, lucu lagi banyak bicara.

Ransel yang menggantung di ujung bagian bahunya, kemeja yang dibiarkan terbuka menganga hingga berayun-ayun mengikuti lambaian angin yang berlalu.

Semua mata telah terbiasa dengan perubahan dirinya, para gadis beserta pemuda melirik mata Nevan dirundung rasa geram.

Namun, langkahnya sama sekali tak getir, seakan jiwa Gumiho yang lebih menguasai insting Nevan.

Kepandaian Gumiho bahkan kelebihannya yang dapat membuat orang lain lupa dengan kejadian yang baru saja berlalu, memilih target yang ia inginkan, memiliki insting yang sangat kuat bukan hanya dari sebuah penciumannya saja.

Tiba-tiba ia menghentikan langkah, ketika kepalanya merasa begitu sakit mengingat sesuatu. Suatu kenangan tentang suara-suara kawannya.

“Hahaha.”

“Eh, Nevan, apa kau bakal sedia ngelakuinnya tiba nanti?” tanya salah satu kawannya.

Seorang gadis cantik menyenggol tubuh Nevan dengan sangat kuat, “Jangan bikin konyol, Bodoh!” kelitnya.

“Bellona, maafkan aku!” jeritnya, memanggil si gadis mempercepat jalannya menuju bus yang sedang terparkir rapi di tepi jalan.

“Bellona, maafkan aku, aku bakal cari bunga mawar hutan untukmu, aku janji!”

Nevan tersungkur hingga menyenderkan tubuhnya di depan pintu sebuah Laboratorium sambil menahan rasa perih di kepala, ia pun memasuki ruangan dengan seorang diri tanpa rasa khawatir.

Dilihatnya ruangan masih begitu sunyi, sebuah ruangan Laboratorium Arkeologi yang dipenuhi oleh benda-benda unik dari segala penjuru tempat.

Matanya mulai berkeliling hingga ke sudut ruangan, terlihat seorang pria agak tua berdiri sambil melakukan sesuatu dari sebuah benda.

“Akhirnya kau bisa merasakannya,” sebut si pria.

“Hah?” dengus Nevan terheran.

“Kau dosen di sini, bukan?” tanya Nevan curiga.

“Aku baru saja pindah dari tempat yang sangat jauh, tetapi aku bisa melihat dirimu betapa sulitnya menghadapi semua yang sudah kau lalui,” sungut si dosen tersebut.

Nevan terpelangah ketika ada sesuatu yang ia ketahui dari si dosen tersebut, ia mencoba menarik penciumannya. Namun, yang dihasilkan sangatlah tidak mungkin, bahkan ia tidak bisa menyerap aroma dari tubuh si dosen.

Dalam hati ia bergumam, “Mana mungkin dia bisa mengetahuiku, lalu siapa dia?”

Nevan memajukan langkahnya agar mendekati si dosen untuk melihat rautnya, si dosen malah membalikkan badannya secara mendesak.

Sontak, sosok Cho Ye Joon dalam diri Nevan sangat terkejut bukan main. Orang asing ini tampak mencurigai dirinya.

Ia pun mendekati Cho Ye Joon dengan tatapan tajam lagi menyorot bola mata. Cho Ye Joon menarik tubuh Nevan dengan segala kekuatan batinnya, hingga ia pun memundurkan langkah agar tidak diketahui bahwa dalam tubuh Nevan memiliki sosok Gumiho dari masa lalu.

“Masuklah ke kelas, aku harus mengisi jam pelajaran sebentar lagi,” ucap si dosen itu dengan tegas.

Pria berambut pendek ikal-ikal, memiliki rahang yang lebar, tatapan mata aneh, pasti dia bukan orang biasa yang hidup di bumi ini.

Cho Ye Joon dalam tubuh Nevan melarikan dirinya keluar dari pintu Laboratorium. Pandangannya seakan menjadi sangat kosong, lurus berlari melewati Bellona dan Felix yang berjalan bersama tampak lebih terkejut dengan pelarian Nevan sangat cepat.

“Bukankah itu Nevan?” tanya Bellona penasaran.

“Lo mau ikut?” sambung Felix.

“Oke!” pungkas Bellona, memosisikan badannya dan segera berlari mencari arah persembunyian Nevan melewati anak tangga bangunan.

Keduanya terus berlari menaiki anak tangga lorong yang sudah tampak sepi dari keramaian. Dari ujung tembok, sebuah toilet kosong menaruh kecurigaan bagi mereka.

“Lo yakin mau masuk?” gumam Bellona ragu-ragu.

Bellona hendak memasuki ruang toilet wanita yang ada di samping, tetapi Felix malah menarik lengan Bellona dengan kuat.

“Hem, dia nggak di sini, kulihat ada jejak sepatunya yang tertinggal lewat sana!” tunjuk Felix ke arah kanannya.

Bellona melirik Felix dan mulai menguatkan batin pencariannya. Keduanya pun berjalan lurus, hingga menemukan sebuah perpustakaan umum.

Hingga keduanya memasuki perpustakaan lalu memutar-mutar.

“Eh, kita ini ngaco banget tau nggak?!”

“Masa kita lari-lari tapi nggak nemu Nevan?” keluh Bellona memegangi dahinya.

Kedua lengannya melengkung ke atas pinggang.  

Namun, Bellona merasa curiga dengan sebuah ruangan berpintu yang ada di arah kiri penglihatan. Matanya mulai menyibak tabir dalam lamunan tentang pintu yang menutup tanpa rapat.

Bellona pun menunjukkan jari telunjuknya ke arah pintu dengan penuh penasaran.

“Di sana!” tunjuknya.

Kedua kawan itu memajukan langkah dengan perlahan, memegangi gagang pintu tanpa harus membunyikannya. Dari dalam ruangan, mata mulai menyingkap tabir dengan apa yang sudah mulai terlihat.

Tampak dari luar jendela, hujan tiba-tiba turun, tetapi suasana matahari tetap bersinar dengan terangnya. Bellona menoleh pandangannya ke arah Felix seakan bingung, kenapa ada hujan panas yang tiba-tiba ini?

Mereka pun akhirnya mengendap-endap masuk tanpa harus bersuara keras. Dari dalam ruangan, kedua mata mereka mulai melihat apa yang seharusnya tidak terlihat.

“Felix, lihat!” tunjuk Bellona, sontak terkinjat dengan penampakan yang ada di depan matanya.

Felix membelalakkan matanya seakan tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Keduanya saling mengusal-ngusal mata secara berkali-kali.

Nevan memperlihatkan dirinya dengan ekor sembilan. Tampak Gumiho dari masa lalu itu tak bisa lagi menutupi dirinya di depan dua temannya itu dengan raut cemas lagi geliah. Cho Ye Joon dalam diri Nevan seakan memundurkan langkahnya.

Namun, rasa perih di kepala mulai kian menegang. Lalu, apa yang terjadi ketika ekor sembilan telah di depan matanya?

Wajib taruh ke dalam rak setelah baca bagian dari cerita ini, karena apa? Semua butuh proses untuk menjadi cerita yang apik dan tertata rapi. Semua yang saya tulis demi kenyaman si pembaca yang utama. Dibutuhkan suatu dukungan dari penambahan kea rah dan juga review tentang isi dari cerita. Maka dari itu, sangatlah diharapkan untuk menjadi bagian terindah untuk kisah ini.

Follow juga I* @Rossy_stories.

Biar kamu bisa mengetahui segala karya milik Rossystories.

Tak lupa kuucapkan kata terima kasih sebanyak-banyaknya atas waktu yang diluangkan hanya dari membaca cerita recehku ini. Semoga sehat selalu dan berlimpah rezeki!

WAJIB VOTE CERITA INI SETELAH BACA!!!

Karena apa? Untuk kemajuan novel berasal dari jemari kalian dari hanya menekan tombol VOTE PADA CERITA INI.

Maka dari itu, sangat dimohonkan untuk memberi VOTE setelah baca, ya.

Terima kasih telah menjadi pembaca setia cerita ini, semoga sehat selalu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status