Share

Terjebak Gairah Si Bos Mesum
Terjebak Gairah Si Bos Mesum
Penulis: SweetWater

Kehilangan Pekerjaan

“Kamu jadi pindah kontrakan?”

“Menurutmu? Kamu tahu kan kalau aku sudah di usir pemilik kontrakan ini gara-gara banyak sekali pria yang mencariku ke sini,” gerutu wanita yang kini tengah mengemas barang ke dalam koper.

Temannya terbahak mendengarnya. Memang benar, setiap hari pasti ada kurang lebih tiga pria yang bergantian datang untuk menyari Starla. Sampai pernah pemilik kontrakan marah dan mengusir pria-pria yang berjejer di depan kontrakan Starla. Sedangkan batang hidung yang di cari justru tengah asyik bersembunyi.

“Makanya jadi wanita jangan terlalu nakal.”

Buug!

Satu bantal melayang tepat ke wajah wanita yang berwajah manis tersebut.

“Vania yang cantik … sebaiknya kamu diam saja deh, nggak usah cerewet!” Teriak Starla marah.

“Astaga, Starla!” Vania meremas bantal tersebut lalu melempar kembali ke Starla. Namun, meleset.

Starla hanya tersenyum dan kembali mengemas barang.

Sebelumnya gadis bernama Starla Alexandra tersebut bekerja di sebuah Klub ternama di Ibukota Jakarta sebagai seorang pelayan. Dan Starla juga lulusan sarjana S1 yang dimana ia bisa memanfaatkannya untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Namun, tuntutan hidup membuatnya rela bekerja apapun asalkan ia bisa menghasilkan uang.

Hidup sebatang kara memanglah sangat sulit. Apalagi di besarnya Ibukota tempat tinggal Starla saat ini. Sejak kecil Starla hidup di panti asuhan dan melanjutkan pendidikan bermodalkan beasiswa.

Jadi, bekerja apapun baginya sama saja.

Tak jarang ia sering menemani pria berhidung belang yang bersenang-senang di Klub tempatnya bekerja. Memiliki tubuh yang indah dan wajah yang cantik adalah sebuah kelebihan untuknya.

Starla bahkan rela seluruh tubuhnya di sentuh oleh pria manapun asal mereka memberinya uang. Prinsip Starla adalah boleh saja pria manapun mengajaknya tidur. Namun, sebelum pria tersebut berhasil meniduri Starla. Ia sendiri yang akan membuat pria tersebut tertidur.

***

Starla membalas ciuman yang di berikan oleh seorang pria yang tadi mengajaknya check in di kamar hotel yang ada di Klub tempatnya bekerja. Tangan pria tersebut menjelajah seluruh lekuk tubuh Starla, membuat Starla mendesah dan melenguh di sela-sela ciumannya.

Wanita itu segera melepas ciumannya lalu berjalan ke meja yang ada di samping ranjang.

“Siapa namamu tadi?” Starla bertanya sambil membelakangi ranjang.

Pria yang tengah duduk di ranjang itu tersenyum. “Gio, Sayang.”

“Jadi ... Gio kamu siap bersenang-senang denganku malam ini,” ujar Starla dengan nada menggoda.

Gio kembali tersenyum percaya diri sambil menepuk-nepuk ranjangnya. “Akan aku buat kamu mendesah dalam setiap gerakanku, Sayang.”

Starla hanya mendengus lalu tertawa kecil. Dan tanpa Gio sadari bahwa Starla telah memasukkan sebuah obat tidur ke dalam minumannya.

Starla duduk di samping Gio sambil memberikan segelas red wine pada pria itu. Mereka bersulang lalu menegak habis red wine tersebut. Starla menerima gelas kosong yang di berikan Gio sambil tersenyum. Mereka kembali berpagut mesra ketika bibir Gio melumat dan lidahnya menyusup masuk ke dalam mulut Starla. Starla mendesah ketika tangan kekar tersebut meremas salah satu dadanya.

“Aah.”

Satu, ucap Starla dalam hati.

Ciuman Gio semakin turun ke lehernya.

Dua, lanjut Starla dalam hati. Dan …

Tiga.

Gio terjatuh ke dalam pelukan Starla dengan mata terpejam. Starla tertawa miring melihat pria berwajah tampan itu sudah tertidur. Kasihan sekali dia harus tidur sebelum melakukan aktivitasnya.

Starla segera turun dari ranjang lalu mengambil dompet pelanggannya malam ini. Setelah itu ia mengambil beberapa lembar uang merah yang ada di dalam dompet tersebut. Ia kembali mendekati Gio, lalu mengecup pipinya.

“Selamat tidur, Gio Sayang,” ujar Starla sambil terkekeh.

Ya, begitulah yang di lakukan Starla setiap harinya.

***

“Kamu saya pecat!”

“Di pecat? Tapi—“

“Tidak ada tapi, Starla. Sudah banyak sekali pelanggan yang mengeluhkan soal kamu! Kamu selalu menaruh obat tidur di minuman mereka dan mengambil uang mereka. Benar, kan?!” Bentak Pria botak yang menjadi manager di tempat Starla bekerja.

Starla diam sejenak. Menyadari kebenaran yang di ucapkan managernya tersebut.

“Beri saya kesempatan, Bos. Saya akan memperbaiki semuanya.” Starla memohon. “Saya nggak punya pekerjaan lain.”

“Itu bukan urusan saya. Pokoknya kamu saya pecat!” Ucap manager itu sebelum kemudian pergi begitu saja meninggalkan Starla.

Ingin sekali rasanya Starla mengumpat dan memaki Managernya tersebut. Kalau bisa ingin sekali ia kempeskan perut pria yang buncit tersebut. Yang Starla lakukan tidaklah salah, kan? Kecuali bagian saat ia mengambil uang tanpa izin. Toh, kebanyakan pria yang ingin tidur dengannya itu adalah pria yang sudah beristri. Kalau sudah punya istri kenapa harus mencari dan tidur dengan wanita lain?

Starla melangkah kesal keluar dari ruangan Managernya. Dia segera mengganti seragam kerjanya dengan pakaian miliknya. Kini ia seorang pengangguran. Pengangguran dan di usir dari kontrakkan.

Argh! Sial!

Sesial inikah hidupnya saat ini? Apakah ini yang di namakan jatuh tertimpa tangga?

Starla memilih tidak langsung pulang. Ia masih duduk di sudut Klub, menikmati dentuman musik yang semakin keras sambil menikmati sebotol red wine.

Kesusahan dan tidak tahu arah tujuan adalah hal yang sangat akrab bagi Starla. Pikiran tersebut berputar-putar di kepalanya hingga membuat kepalanya terasa pening. Sebenarnya kalau Starla mau, ada banyak pria yang ingin menikahinya, atau bahkan menjadikannya wanita simpanan.

Tapi .…

Di usianya yang baru menginjak 24 tahun ini membuat Starla tidak boleh berpikiran sempit dan gegabah dalam mengambil keputusan. Bagi Starla, ia masih punya cukup banyak waktu sebelum ia benar-benar harus memikirkan tentang masa depan.

Ia kembali menuang red wine tersebut ke dalam gelas dan meneguknya sampai habis.

Sampai akhirnya seorang pria menghampirinya, pria bertubuh tinggi dan walau di bawah lampu yang minim cahaya ini, Starla bisa melihat paras tampan dari pria tersebut. Dan entah seperti apa kejadiannya, Starla dan pria tampan itu tiba-tiba sudah saling bercumbu dalam ciuman bibir mereka. Starla belum pernah merasakan bergairah seperti ini sebelumnya. Permainan pria yang kini tengah mencium bibirnya itu sungguh sangat membakar dirinya dan membuat kepalanya bertambah pening.

“Emmh ....”

Suara itu keluar dari bibir Starla. Ia masih dalam keadaan sadar, tapi entah mengapa tubuhnya sangat menikmati permainan lidah yang di lakukan pria ini.

Starla mendesah lagi.

Pria itu semakin panas mendengarnya, seolah itu pertanda bahwa ia bisa melanjutkan permainannya. Ia kembali berdiri tegak, lalu mencium bibir ranum di hadapannya dengan rakus. Tangannya mulai berani meraba-raba ke bagian tubuh Starla yang menonjol.

Musik yang keras dan intensitas cahaya yang rendah membuat kegiatan mereka berjalan mulus. Ya, mereka melakukannya di sudut ruangan itu, dekat tempat duduk Starla tadi.

Starla menggigit bibir bawahnya. Menahan desahan nikmat yang hendak keluar dari mulutnya. Kepalanya mendongak saat lidah pria tersebut bermain-main di lehernya. Jika saja tangannya tidak di gantungkan pada leher pria tersebut, sudah di pastikan ia tak akan sanggup berdiri.

Saat tangan kekar itu mulai berani menyentuh miliknya. Starla segera mengumpulkan kesadaran dan mendorong pria tersebut. Napasnya terengah dengan tanda merah tercetak jelas di leher mulusnya.

“Brengsek! Stop!” Teriak Starla memaki.

Dadanya bergerak naik turun seiring dengan napasnya yang terasa begitu berat. Pria tersebut mendekat lalu berbisik di telinganya secara sensual.

“Jangan berbohong. Aku bisa melihat jelas betapa kamu menikmati permainan yang aku berikan.”

Bluussh.

Wajahnya memerah mendengar ucapan pria itu yang sepertinya memang fakta.

***

Starla mengerjap saat sebuah tepukan mendarat di pipinya. Ia membuka mata secara perlahan dan mendapati Vania satu-satunya teman yang ia miliki sejak kuliah dulu sudah duduk di depannya.

“Kamu nggak jadi pindah?” Tanya Vania pada Starla.

Starla mendengus, menendang selimutnya hingga jatuh ke lantai lalu bangkit duduk. Sedangkan Vania hanya bisa tertawa melihat tingkah temannya itu.

“Kenapa sih semua orang harus menyebalkan?! Nggak bisa ya sedikit saja mengerti kepalaku yang sedang pusing seperti ini?!” Omel Starla sambil meniup anak rambut yang jatuh ke wajahnya. “Kamu tahu nggak, Van? Andai aku punya pacar, pasti hidupku nggak akan menjadi seperti ini. Paling enggak, ada yang bisa aku andalkan saat sedang kesusahan seperti ini.”

Vania hanya mendengus. “Kamu bicara apa sih, Starla? Bukanya kamu punya banyak pria? Itu yang setiap malam chek in sama kamu,” ujarnya yang langsung membuat Starla menepuk kepalanya.

“Aku serius, Van.” Starla melipat kedua kakinya menghadap Vania, lalu memasang wajah memelas. “Aku sudah di pecat dari pekerjaanku, dan hari ini aku harus pindah dari kontrakan. Aku harus bagaimana?”

Sebenarnya Vania ingin sekali tertawa melihat Starla, sungguh definisi teman sialan, bukan? Tapi ia segera membalas tatapan serius Starla.

“Kebetulan aku baru saja mendapat informasi, katanya ada lowongan pekerjaan di perusahaan Nexus. Ini perusahaan bergengsi dan nggak asal pilih orang untuk memperkerjakannya di sana.”

Starla tertawa sangau. “Kamu meledek atau bagaimana sih? Aku nggak punya pengalaman bekerja kantoran, Van. Kalau kamu bilang nggak asal pilih orang, fix ... Aku akan kena depak pertama kali.”

“Ish! Kamu kan lulusan sarjana S1, Starla. Nilaimu juga nggak buruk-buruk amat, dengan kata lain kamu itu nggak bodoh. Cuma kelakuan kamu saja yang terkadang seperti orang bodoh,” ujar Vania setengah tertawa.

“Sialan kamu, Van!”

“Satu lagi, CEO di perusahaan itu katanya sangat tampan sekali. Aku jamin kalau kamu bisa bekerja di sana, kamu pasti bisa menerima gaji yang besar,” Imbuh Vania.

Starla tampak berpikir sambil mengangguk-anggukan kepalanya. “Lalu kalau aku nggak di terima, bagaimana?”

“Ya ... Paling kamu jadi pengangguran berkarat.” Vania terbahak di depan Starla.

“Sialan kamu, Van!” Starla kembali mengumpat.

“Sudah. Kamu tenang saja. Aku punya kenalan orang dalam. Aku bisa minta tolong kenalanku itu untuk mendaftarkan kamu. Jadi, kamu siap-siap saja,” terang Vania.

Starla hanya bisa pasrah.

Kata orang-orang, kekuatan orang dalam itu mengalahkan segalanya. Jadi, Starla hanya perlu menunggu dan melihat seberapa besarnya kekuatan orang dalam yang bisa membuatnya masuk ke perusahaan bergengsi tersebut.

Komen (3)
goodnovel comment avatar
Tarra
baru baca,semoga menarik dan gak banyak typo
goodnovel comment avatar
Mayor Perangin-Angin
lanjutkan bro
goodnovel comment avatar
rosita sari
happy weekend semua saya baru baca pertama kali bab ini semoga menarik
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status