“Kamu jadi pindah kontrakan?”
“Menurutmu? Kamu tahu kan kalau aku sudah di usir pemilik kontrakan ini gara-gara banyak sekali pria yang mencariku ke sini,” gerutu wanita yang kini tengah mengemas barang ke dalam koper.Temannya terbahak mendengarnya. Memang benar, setiap hari pasti ada kurang lebih tiga pria yang bergantian datang untuk menyari Starla. Sampai pernah pemilik kontrakan marah dan mengusir pria-pria yang berjejer di depan kontrakan Starla. Sedangkan batang hidung yang di cari justru tengah asyik bersembunyi.“Makanya jadi wanita jangan terlalu nakal.”Buug!Satu bantal melayang tepat ke wajah wanita yang berwajah manis tersebut.“Vania yang cantik … sebaiknya kamu diam saja deh, nggak usah cerewet!” Teriak Starla marah.“Astaga, Starla!” Vania meremas bantal tersebut lalu melempar kembali ke Starla. Namun, meleset.Starla hanya tersenyum dan kembali mengemas barang.Sebelumnya gadis bernama Starla Alexandra tersebut bekerja di sebuah Klub ternama di Ibukota Jakarta sebagai seorang pelayan. Dan Starla juga lulusan sarjana S1 yang dimana ia bisa memanfaatkannya untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Namun, tuntutan hidup membuatnya rela bekerja apapun asalkan ia bisa menghasilkan uang.Hidup sebatang kara memanglah sangat sulit. Apalagi di besarnya Ibukota tempat tinggal Starla saat ini. Sejak kecil Starla hidup di panti asuhan dan melanjutkan pendidikan bermodalkan beasiswa.Jadi, bekerja apapun baginya sama saja.Tak jarang ia sering menemani pria berhidung belang yang bersenang-senang di Klub tempatnya bekerja. Memiliki tubuh yang indah dan wajah yang cantik adalah sebuah kelebihan untuknya.Starla bahkan rela seluruh tubuhnya di sentuh oleh pria manapun asal mereka memberinya uang. Prinsip Starla adalah boleh saja pria manapun mengajaknya tidur. Namun, sebelum pria tersebut berhasil meniduri Starla. Ia sendiri yang akan membuat pria tersebut tertidur.***Starla membalas ciuman yang di berikan oleh seorang pria yang tadi mengajaknya check in di kamar hotel yang ada di Klub tempatnya bekerja. Tangan pria tersebut menjelajah seluruh lekuk tubuh Starla, membuat Starla mendesah dan melenguh di sela-sela ciumannya.Wanita itu segera melepas ciumannya lalu berjalan ke meja yang ada di samping ranjang.“Siapa namamu tadi?” Starla bertanya sambil membelakangi ranjang.Pria yang tengah duduk di ranjang itu tersenyum. “Gio, Sayang.”“Jadi ... Gio kamu siap bersenang-senang denganku malam ini,” ujar Starla dengan nada menggoda.Gio kembali tersenyum percaya diri sambil menepuk-nepuk ranjangnya. “Akan aku buat kamu mendesah dalam setiap gerakanku, Sayang.”Starla hanya mendengus lalu tertawa kecil. Dan tanpa Gio sadari bahwa Starla telah memasukkan sebuah obat tidur ke dalam minumannya.Starla duduk di samping Gio sambil memberikan segelas red wine pada pria itu. Mereka bersulang lalu menegak habis red wine tersebut. Starla menerima gelas kosong yang di berikan Gio sambil tersenyum. Mereka kembali berpagut mesra ketika bibir Gio melumat dan lidahnya menyusup masuk ke dalam mulut Starla. Starla mendesah ketika tangan kekar tersebut meremas salah satu dadanya.“Aah.”Satu, ucap Starla dalam hati.Ciuman Gio semakin turun ke lehernya.Dua, lanjut Starla dalam hati. Dan …Tiga.Gio terjatuh ke dalam pelukan Starla dengan mata terpejam. Starla tertawa miring melihat pria berwajah tampan itu sudah tertidur. Kasihan sekali dia harus tidur sebelum melakukan aktivitasnya.Starla segera turun dari ranjang lalu mengambil dompet pelanggannya malam ini. Setelah itu ia mengambil beberapa lembar uang merah yang ada di dalam dompet tersebut. Ia kembali mendekati Gio, lalu mengecup pipinya.“Selamat tidur, Gio Sayang,” ujar Starla sambil terkekeh.Ya, begitulah yang di lakukan Starla setiap harinya.***“Kamu saya pecat!”“Di pecat? Tapi—““Tidak ada tapi, Starla. Sudah banyak sekali pelanggan yang mengeluhkan soal kamu! Kamu selalu menaruh obat tidur di minuman mereka dan mengambil uang mereka. Benar, kan?!” Bentak Pria botak yang menjadi manager di tempat Starla bekerja.Starla diam sejenak. Menyadari kebenaran yang di ucapkan managernya tersebut.“Beri saya kesempatan, Bos. Saya akan memperbaiki semuanya.” Starla memohon. “Saya nggak punya pekerjaan lain.”“Itu bukan urusan saya. Pokoknya kamu saya pecat!” Ucap manager itu sebelum kemudian pergi begitu saja meninggalkan Starla.Ingin sekali rasanya Starla mengumpat dan memaki Managernya tersebut. Kalau bisa ingin sekali ia kempeskan perut pria yang buncit tersebut. Yang Starla lakukan tidaklah salah, kan? Kecuali bagian saat ia mengambil uang tanpa izin. Toh, kebanyakan pria yang ingin tidur dengannya itu adalah pria yang sudah beristri. Kalau sudah punya istri kenapa harus mencari dan tidur dengan wanita lain?Starla melangkah kesal keluar dari ruangan Managernya. Dia segera mengganti seragam kerjanya dengan pakaian miliknya. Kini ia seorang pengangguran. Pengangguran dan di usir dari kontrakkan.Argh! Sial!Sesial inikah hidupnya saat ini? Apakah ini yang di namakan jatuh tertimpa tangga?Starla memilih tidak langsung pulang. Ia masih duduk di sudut Klub, menikmati dentuman musik yang semakin keras sambil menikmati sebotol red wine.Kesusahan dan tidak tahu arah tujuan adalah hal yang sangat akrab bagi Starla. Pikiran tersebut berputar-putar di kepalanya hingga membuat kepalanya terasa pening. Sebenarnya kalau Starla mau, ada banyak pria yang ingin menikahinya, atau bahkan menjadikannya wanita simpanan.Tapi .…Di usianya yang baru menginjak 24 tahun ini membuat Starla tidak boleh berpikiran sempit dan gegabah dalam mengambil keputusan. Bagi Starla, ia masih punya cukup banyak waktu sebelum ia benar-benar harus memikirkan tentang masa depan.Ia kembali menuang red wine tersebut ke dalam gelas dan meneguknya sampai habis.Sampai akhirnya seorang pria menghampirinya, pria bertubuh tinggi dan walau di bawah lampu yang minim cahaya ini, Starla bisa melihat paras tampan dari pria tersebut. Dan entah seperti apa kejadiannya, Starla dan pria tampan itu tiba-tiba sudah saling bercumbu dalam ciuman bibir mereka. Starla belum pernah merasakan bergairah seperti ini sebelumnya. Permainan pria yang kini tengah mencium bibirnya itu sungguh sangat membakar dirinya dan membuat kepalanya bertambah pening.“Emmh ....”Suara itu keluar dari bibir Starla. Ia masih dalam keadaan sadar, tapi entah mengapa tubuhnya sangat menikmati permainan lidah yang di lakukan pria ini.Starla mendesah lagi.Pria itu semakin panas mendengarnya, seolah itu pertanda bahwa ia bisa melanjutkan permainannya. Ia kembali berdiri tegak, lalu mencium bibir ranum di hadapannya dengan rakus. Tangannya mulai berani meraba-raba ke bagian tubuh Starla yang menonjol.Musik yang keras dan intensitas cahaya yang rendah membuat kegiatan mereka berjalan mulus. Ya, mereka melakukannya di sudut ruangan itu, dekat tempat duduk Starla tadi.Starla menggigit bibir bawahnya. Menahan desahan nikmat yang hendak keluar dari mulutnya. Kepalanya mendongak saat lidah pria tersebut bermain-main di lehernya. Jika saja tangannya tidak di gantungkan pada leher pria tersebut, sudah di pastikan ia tak akan sanggup berdiri.Saat tangan kekar itu mulai berani menyentuh miliknya. Starla segera mengumpulkan kesadaran dan mendorong pria tersebut. Napasnya terengah dengan tanda merah tercetak jelas di leher mulusnya.“Brengsek! Stop!” Teriak Starla memaki.Dadanya bergerak naik turun seiring dengan napasnya yang terasa begitu berat. Pria tersebut mendekat lalu berbisik di telinganya secara sensual.“Jangan berbohong. Aku bisa melihat jelas betapa kamu menikmati permainan yang aku berikan.”Bluussh.Wajahnya memerah mendengar ucapan pria itu yang sepertinya memang fakta.***Starla mengerjap saat sebuah tepukan mendarat di pipinya. Ia membuka mata secara perlahan dan mendapati Vania satu-satunya teman yang ia miliki sejak kuliah dulu sudah duduk di depannya.“Kamu nggak jadi pindah?” Tanya Vania pada Starla.Starla mendengus, menendang selimutnya hingga jatuh ke lantai lalu bangkit duduk. Sedangkan Vania hanya bisa tertawa melihat tingkah temannya itu.“Kenapa sih semua orang harus menyebalkan?! Nggak bisa ya sedikit saja mengerti kepalaku yang sedang pusing seperti ini?!” Omel Starla sambil meniup anak rambut yang jatuh ke wajahnya. “Kamu tahu nggak, Van? Andai aku punya pacar, pasti hidupku nggak akan menjadi seperti ini. Paling enggak, ada yang bisa aku andalkan saat sedang kesusahan seperti ini.”Vania hanya mendengus. “Kamu bicara apa sih, Starla? Bukanya kamu punya banyak pria? Itu yang setiap malam chek in sama kamu,” ujarnya yang langsung membuat Starla menepuk kepalanya.“Aku serius, Van.” Starla melipat kedua kakinya menghadap Vania, lalu memasang wajah memelas. “Aku sudah di pecat dari pekerjaanku, dan hari ini aku harus pindah dari kontrakan. Aku harus bagaimana?”Sebenarnya Vania ingin sekali tertawa melihat Starla, sungguh definisi teman sialan, bukan? Tapi ia segera membalas tatapan serius Starla.“Kebetulan aku baru saja mendapat informasi, katanya ada lowongan pekerjaan di perusahaan Nexus. Ini perusahaan bergengsi dan nggak asal pilih orang untuk memperkerjakannya di sana.”Starla tertawa sangau. “Kamu meledek atau bagaimana sih? Aku nggak punya pengalaman bekerja kantoran, Van. Kalau kamu bilang nggak asal pilih orang, fix ... Aku akan kena depak pertama kali.”“Ish! Kamu kan lulusan sarjana S1, Starla. Nilaimu juga nggak buruk-buruk amat, dengan kata lain kamu itu nggak bodoh. Cuma kelakuan kamu saja yang terkadang seperti orang bodoh,” ujar Vania setengah tertawa.“Sialan kamu, Van!”“Satu lagi, CEO di perusahaan itu katanya sangat tampan sekali. Aku jamin kalau kamu bisa bekerja di sana, kamu pasti bisa menerima gaji yang besar,” Imbuh Vania.Starla tampak berpikir sambil mengangguk-anggukan kepalanya. “Lalu kalau aku nggak di terima, bagaimana?”“Ya ... Paling kamu jadi pengangguran berkarat.” Vania terbahak di depan Starla.“Sialan kamu, Van!” Starla kembali mengumpat.“Sudah. Kamu tenang saja. Aku punya kenalan orang dalam. Aku bisa minta tolong kenalanku itu untuk mendaftarkan kamu. Jadi, kamu siap-siap saja,” terang Vania.Starla hanya bisa pasrah.Kata orang-orang, kekuatan orang dalam itu mengalahkan segalanya. Jadi, Starla hanya perlu menunggu dan melihat seberapa besarnya kekuatan orang dalam yang bisa membuatnya masuk ke perusahaan bergengsi tersebut.Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas malam dan Starla masih belum bisa memejamkan mata. Ia kini tengah berada di apartemen Vania, sedangkan temannya itu tengah pulang ke rumah kedua orang tuanya. Bukan tanpa alasan Starla berada di sana. Untuk sementara waktu ini sebelum Starla mendapatkan pekerjaan, ia memang akan menumpang hidup di apartemen Vania. Salah satu keuntungan Starla memiliki teman anak orang kaya memang seperti ini. Bisa menumpang hidup tanpa perlu merasa khawatir.Beberapa kali Starla mencoba memejamkan mata. Tapi kantuk itu tak kunjung datang juga. Akhirnya ia pun bangun dan memutuskan untuk menonton TV. Barangkali saja setelah menonton TV Starla bisa mengantuk.Saat sedang asyik menonton TV, tiba-tiba Starla mendengar suara gedoran dari arah pintu apartemen. Dalam hati, Starla mengumpat dan menyalahkan siapa yang datang ke apartemen tengah malam begini? Apakah teman Vania? Tapi kan Vania tidak ada di sini?Dengan malas Starla melangkahkan kaki menuju pintu apartemen d
Starla bahkan tidak menyangka jika bekerja mengandalkan kenalan orang dalam akan menjadi semudah ini, bahkan cenderung sangat cepat. Hari ini juga ia sudah mendapat kabar bahwa ia di minta datang ke perusahaan Nexus untuk melakukan wawancara kerja. Dan tidak tanggung-tanggung tawaran pekerjaan yang Starla dapatkan adalah ia di suruh melamar menjadi sekretaris.Ingin tertawa? Itu pasti.Starla sadar betul kalau dirinya belum pernah mempunyai pengalaman sama sekali dengan dunia perkantoran. Yang benar saja ia langsung di suruh melamar di bagian sekretaris. Kurang ajar sekali temannya Vania itu. Apa dia ingin mempermalukan Starla?Tapi apa salahnya mencoba? Walaupun Starla sudah membayangkan kejadian yang mungkin akan di alaminya nanti. Bisa saja dirinya langsung di suruh keluar sebelum interviewnya selesai gara-gara ia yang tidak berpengalaman. Atau mungkin ia akan mendapat ceramah pedas dari orang yang akan mewawancarainya nanti.Starla kembali tertawa.Apalagi yang ia dengar, yang mel
Sejak membuka mata pagi tadi, entah kenapa Starla merasa ada suatu perasaan yang membuatnya tidak enak dan juga sangat malas. Rasanya seperti akan terjadi susuatu hal buruk yang akan menimpanya pada hari ini.Dan Starla tahu. Itu semua pasti berhubungan dengan Bos barunya yang bernama Revanno itu. Bahkan sejak semalam Starla tidak bisa tertidur pulas hanya gara-gara memikirkan nama Bosnya yang super mesum itu.Sungguh, belum merasakan bekerja dengan pria itu saja Starla sudah merasa begitu kesal. Bagaimana nanti jika ia sudah terikat kerja dengan Revanno? Jangan-jangan setiap hari nanti Starla akan di buat kesal oleh pria itu.Hari ini, Starla berangkat dengan memakai dress yang melekat dan membentuk pas lekuk tubuhnya. Tidak lupa ia juga mengenakan blazer berwarna putih untuk memberikan kesan formal sebagai pekerja kantoran.Hari pertama Starla bekerja, Vania dengan baik hati mengantar Starla ke kantor menggunakan mobilnya. Wanita itu melambaikan tangan ketika Starla sudah berjalan m
Sesuai dengan kesepakatan yang telah Revanno katakan. Jika Starla menyanggupi persyaratan yang ia berikan, maka ia akan memberikan semua fasilitas yang Starla butuhkan, termasuk semua kebutuhan wanita itu. Berhubung Starla mengatakan kalau ia tidak memiliki tempat tinggal. Jadi Revanno dengan sekejap langsung membelikan sebuah apartemen mewah untuk Starla—sekretaris barunya.Pukul enam sore mereka berdua sudah tiba di apartemen baru Starla.Awalnya Starla merasa tidak percaya jika Revanno benar-benar memberikan apartemen mewah itu untuknya. Apalagi setahu Starla, apartemen itu adalah apartemen mahal yang biasa di huni oleh kalangan elite saja. Diam-diam hal itu membuat Starla curiga. Apakah memang Revanno sebaik itu? Atau mungkin ada maksud lain?“Ini apartemen untuk kamu,” ujar Revanno ketika mereka berdua sudah masuk ke dalam apartemen.“Kamu—““Aku bos kamu,” ucap Revanno mengingatkan.Starla berdecih. “Anda serius memberikan apartemen ini untuk saya?”Revanno dengan santainya meng
Revanno seketika menoleh saat mendengar namanya di sebut. Tak lama, seorang pria paruh baya masuk dengan pandangan lurus tertuju padanya.‘Ah, dia Ayahku.’ Revanno mengeram dalam hati.Menjengkelkan bukan kalau mengetahui pengganggunya adalah Ayahnya sendiri? Revanno tidak mengerti, apa juga tujuan Ayahnya kesini?Ayah Revanno duduk di sofa, tepat di sebelah Revanno. Sedangkan Starla memasuki kamarnya. Mungkin saja dia ingin mengganti pakaiannya yang di mata Revanno kelewat menggoda itu.Rasanya saat ini Revanno ingin menyusul Starla saja masuk ke dalam kamarnya dan bergelut di atas ranjang tanpa busana.“Tumben sekali kamu tidak pergi ke Klub. Ada gadis baru di sana.”Ya, begitulah Ayah Revanno. Sifat Ayah dan anak itu memang tidak jauh berbeda. Walaupun kehidupan Revanno sekarang cukup sukses dan banyak di segani orang, namun di balik itu semua ia mempunyai keluarga yang cukup berantakkan. Ibunya sudah pergi meningg
“Ini sepatumu.” Revanno menyerahkan kotak sepatu itu ke Starla.Starla hanya melempar tatapan curiga pada Revanno. Mereka baru kenal dan resmi menjadi Bos dan sekretaris sehari tadi. Tapi bagaimana bisa Bos gilanya itu sudah menyusahkan seperti ini? Bisa gila Starla jika harus berhadapan dengan orang gila seperti Revanno.Revanno yang tidak suka mendapat tatapan tak menyenangkan dari Starla hanya bisa berdecak, seolah gadis di depannya itu menganggap kalau dirinya penjahat.“Cepat pakai, astaga! Atau kamu mau aku menelanjangimu di sini.” Revanno langsung tersenyum ketika melihat bibir Starla mengerucut begitu mendengar ancaman darinya.Revanno dan Starla melangkah masuk ke dalam Klub. Tidak lupa tangan jahil Revanno pun melingkar di pinggang ramping Starla. Musik yang keras langsung menyambut kedatangan mereka. Dengan bantuan cahaya remang-remang, Revanno menuntun Starla menuju meja bartender.Sebenarnya ini adalah acara peresmi
Revanno memijat lembut pangkal hidungnya. Matanya terpejam berusaha mengontrol emosinya. Bisa-bisanya wanita berisik itu membuatnya merasa seperti ingin mati? Revanno yakin jika Starla tadi sangat menikmati permainannya. Lalu kenapa wanita itu harus mengatakan hal bodoh yang bahkan membuatnya ingin meledak?Revanno kembali menghisap batang rokoknya lalu menghembuskan asapnya ke udara. Seolah asap racun nikotin itu mampu membawa pergi amarahnya saat ini. Revanno melirik ke dalam, dan ia melihat Starla sudah kembali merapikan dress yang di kenakannya. Wanita itu kini tengah bermain dengan ponselnya di atas ranjang.Revanno memicing ke arah Starla. Bagaimana bisa Starla bersikap seperti itu? Wanita lain mungkin akan dengan senang hati memberikan tubuhnya pada Revanno, tanpa harus ia minta sekalipun. Tapi Starla ... Ah, Revanno hanya berharap semoga wanita bermulut berisik itu masih normal.Sudahlah! Toh, Revanno masih punya banyak waktu untuk bisa menda
Pukul lima sore, Starla mengikuti Revanno dan juga Pak Wicaksana yang merupakan klien baru di perusahaan Nexus. Mereka pergi ke pusat perbelanjaan kota yang kebetulan baru di buka beberapa hari lalu. Pusat perbelanjaan itu merupakan proyek antara perusahaan Nexus dan perusahaan milik Pak Wicaksana. Sebagai pemilik saham terbesar tentu Revanno harus memastikan produk yang di pasarkan sudah sesuai dengan kriterianya atau belum.Selesai melihat-lihat dan berkeliling, Revanno memutuskan untuk berpisah dengan Pak Wicaksana. Dan memilih untuk melanjutkannya sendiri dengan Starla. Meski baru di buka beberapa hari tetapi pusat perbelanjaan tersebut sudah sangat ramai. Tiba-tiba saja Revanno dan Starla sudah berada di lantai tujuh.Lantai tujuh merupakan lantai dimana pakaian dari brand-brand ternama berada. Mata Starla seketika aktif. Ia tidak bisa memungkiri jika matanya juga bisa khilaf kalau berada di mall dan melihat deretan busana-busana bagus dan bermerk tentunya