Sesuai dengan kesepakatan yang telah Revanno katakan. Jika Starla menyanggupi persyaratan yang ia berikan, maka ia akan memberikan semua fasilitas yang Starla butuhkan, termasuk semua kebutuhan wanita itu. Berhubung Starla mengatakan kalau ia tidak memiliki tempat tinggal. Jadi Revanno dengan sekejap langsung membelikan sebuah apartemen mewah untuk Starla—sekretaris barunya.
Pukul enam sore mereka berdua sudah tiba di apartemen baru Starla.Awalnya Starla merasa tidak percaya jika Revanno benar-benar memberikan apartemen mewah itu untuknya. Apalagi setahu Starla, apartemen itu adalah apartemen mahal yang biasa di huni oleh kalangan elite saja. Diam-diam hal itu membuat Starla curiga. Apakah memang Revanno sebaik itu? Atau mungkin ada maksud lain?“Ini apartemen untuk kamu,” ujar Revanno ketika mereka berdua sudah masuk ke dalam apartemen.“Kamu—““Aku bos kamu,” ucap Revanno mengingatkan.Starla berdecih. “Anda serius memberikan apartemen ini untuk saya?”Revanno dengan santainya mengangguk. “Ya. Tentu saja aku serius,” ujarnya singkat.Starla tersenyum dalam hati. Ternyata walaupun otak Bosnya sedikit bermasalah. Tapi di sisi lain Bosnya juga orang yang baik. Starla mengangguk sebelum kemudian ia menatap Revanno, hendak mengucap terima kasih, tapi .…“Dan apartemenku berada tepat di sebelah apartemen ini,” imbuh Revanno tersenyum mencurigakan.Seketika senyum yang nyaris Starla keluarkan perlahan menyurut setelah mendengar ucapan Revanno.Apa maksudnya ini? Apa jangan-jangan— Ah, sial! Starla paham sekarang. Jadi Bosnya ini sengaja memberi Starla apartemen yang bersebelahan dengan apartemen milik pria itu.Sungguh tidak terduga. Revanno rupanya jauh lebih licik dari yang Starla duga.Revanno yang mengetahui perubahan ekspresi wajah Starla pun hanya bisa mengulum senyum. Dalam hatinya ia bersorak menang, karena pasti saat ini Starla sudah tidak bisa berkutik lagi.“Baiklah kalau begitu. Terima kasih Pak Revanno atas apartemennya ini. Dan, sekarang … silakan Anda keluar karena saya ingin beristirahat,” ujar Starla yang berusaha tersenyum.Revanno tampak memelotot setelah mendengar ucapan Starla. Bagaimana bisa wanita itu menyuruhnya keluar? Hey, bukankah seharusnya mereka akan menghabiskan malam yang panas malam ini?“Tunggu! Tunggu dulu.” Revanno mengangkat tangannya hendak protes.Starla hanya tersenyum. “Sekali lagi terima kasih, Pak,” ujarnya mengusir Revanno.Revanno mengeram dalam hati ketika Starla mendorong tubuhnya hingga keluar dari pintu apartemen Starla.“Tapi, Starla—““Selamat malam, Pak Revanno. Semoga Anda bermimpi indah.” Kata Starla cepat memotong ucapan Revanno.Revanno hendak membuka mulutnya lagi, namun Starla sudah lebih dulu menutup pintu apartemennya.Sial!Berani sekali wanita itu. Revanno mengacak rambutnya frustrasi. Haruskah ia sekarang menggedor-gedor pintu apartemen yang ada di hadapannya ini? Tidak. Ia mana mau melakukan hal memalukan seperti itu. Ya, walaupun terkadang dirinya memang tak punya malu.Akhirnya, setalah cukup lama berpikir. Revanno memutuskan untuk masuk ke apartemennya sendiri agar bisa mendinginkan kepala yang terasa hampir mendidih.Sementara itu, di dalam apartemen Starla. Ia berjalan menyusuri apartemen mewah itu dengan tatapan takjub. Ia terus melangkah sampai kakinya masuk ke dalam sebuah ruangan yang ia yakini sebagai kamar tidurnya. Kamar yang ternyata juga tak kalah mewah dan bagus.“Ternyata bagus juga selera Bos gila itu,” gumam Starla yang tersenyum.Setelah puas melihat-lihat isi kamar. Starla memutuskan untuk segera membereskan pakaian ke dalam lemari, kemudian ia bersiap untuk mandi.Saat ini jam baru saja menunjukkan pukul delapan malam. Dan Starla baru saja selesai mandi. Rasanya semua beban dalam tubuhnya langsung terangkat setelah di guyur dengan air dingin tadi.Starla sengaja hanya memakai bikini dan di balut dengan handuk kimono. Ya, ia sengaja tidak memakai baju sebelum memutuskan untuk tidur nanti.Tiba-tiba Starla mendengar ponselnya berbunyi. Satu pesan masuk dan itu dari Vania—temannya.From Vania:Bagaimana apartemen barumu? Dan bagaimana Bos barumu? Selain rumor yang mengatakan kalau dia tampan, ternyata di baik hati juga ya? Harusnya tadi kamu mengenalkannya padaku terlebih dahulu, sebelum kamu pindah ke apartemen pemberian Bosmu itu.Starla hanya mendengus setelah membaca pesan dari Vania. Selesai bekerja tadi Starla langsung kembali pulang, dan mengatakan kepada Vania kalau ia akan pindah ke apartemen barunya. Starla mengatakan kalau apartemen tersebut merupakan fasilitas yang di berikan oleh Bos barunya. Dan tentunya Starla tidak mengatakan bagian, kalau ia mendapat fasilitas itu karena ia telah menyepakati sebuah perjanjian gila dengan Bosnya.Starla tidak mungkin menceritakan semua itu kepada Vania. Bukan karena ia tidak mempercayai Vania. Hanya saja Starla merasa kalau itu memang hal yang seharusnya memang tidak perlu ia ceritakan kepada siapapun. Cukup ia dan Revanno saja yang mengetahui soal perjanjian gila itu.Selesai membalas pesan dari Vania, Starla segera melempar ponselnya ke atas kasur. Dan bertepatan dengan itu, ia mendengar bell apartemennya berbunyi.“Hay, my sexcretary .…”Starla hanya mengernyit. Kenapa manusia gila ini kemari lagi? Dan apa katanya tadi 'sexcretary'? Starla merasa bahwa saat ini kesabarannya benar-benar sedang di uji. Apalagi setelah mengucap kalimat itu, Revanno langsung masuk begitu saja ke dalam apartemennya, tanpa memperdulikan Starla yang masih mematung di depan pintu.“Kamu mau apa lagi sih?!” Tanya Starla saat melihat Revanno merebahkan tubuh di atas sofa.Oke, Starla berusaha berfikir bahwa ini apartemen pemberian dari Bosnya. Jadi, terserah pria itu mau melakukan apa. Starla tidak mau terlalu ambil pusing.“Aku hanya ingin mengenal sekretarisku lebih dalam,” jawab Revanno santai. Sedangkan Starla hanya memutar bola matanya malas. “Kamu nggak akan berniat untuk melarikan diri besok, kan?”“Kemungkinan akan begitu,” balas Starla sekenanya.Seketika Revanno langsung melempar tatapan tajam ke arah Starla—sekretaris barunya.“Sekarang lebih baik Anda kembali ke apartemen Anda sendiri. Saya ingin beristirahat, Pak Revanno,” ujar Starla yang berusaha sopan.Ia berusaha menarik lengan Revanno sekuat tenaga, supaya pria yang berstatus sebagai Bosnya itu keluar dari apartemennya. Tapi apalah daya Starla di banding tubuh kekar itu?Revanno masih tampak berbaring di sofa dan Starla masih berusaha menariknya. Dan saat Starla mulai lengah, Revanno membalas menarik tangan Starla.Dan, bug!Starla terjatuh tepat di atas dada bidang Revanno yang terlapisi kaos hitam tipis. Mata Starla langsung membulat saat menyadari bahwa sekarang ia tengah mengenakan pakaian yang cukup terbuka alias mengundang gairah.Deg!Sedangkan Revanno mulai merasakan gelenjar aneh mengalir dalam tubuhnya. Dada Starla menempel tepat di dadanya, dan tentu saja itu langsung membuatnya berpikir yang 'iya-iya'.Bagaimana tidak? Wanita berisik yang resmi menjadi sekretarisnya itu saat ini hanya memakai handuk kimono yang menampilkan hampir setengah paha mulusnya. Bahkan junior Revanno sudah mulai bereaksi saat matanya berhasil menatap jelas warna pakaian dalam yang Starla kenakan.Revanno diam sejenak. Membiarkan desiran aneh menjalar ke tubuhnya. Dan tampaknya Starla pun melakukan hal yang sama.Ketika Starla hendak bangkit, Revanno segera merengkuh pinggang wanita itu dan menahan tengkuknya agar bibir Starla menyatu dengan bibirnya.Benar-benar memabukkan.Revanno mulai mencium bibir Starla, ciuman yang sangat lembut dan hati-hati pada awalnya. Namun, perlahan berubah menjadi sebuah lumatan yang lebih dalam dan menuntut. Lidah Revanno mulai berani menerobos masuk untuk mengabsen tiap deretan gigi dan rongga mulut Starla.Di luar dugaan, Starla justru membalas lumatan yang Revanno berikan. Lidah mereka saling bertautan, saling mencecap untuk merasakan kenikmatan. Mata Starla pun terpejam seolah menikmati permainan panas yang Revanno berikan.Revanno tak berniat untuk menukar posisi, karena baginya Women On Top akan lebih menarik saat ini. Perlahan tangannya mulai berani masuk ke kimono bawah Starla yang memang sudah tersingkap. Tangan Revanno meraba dan meremas bagian bokong Starla dan .…“Aahh.”Desahan Starla terdengar begitu seksi di telinga Revanno. Bagaikan suporter agar dirinya terus melanjutkan aksinya.Revanno mulai menarik tali kimono Starla dan berhasil dengan mudah. Bibirnya mulai turun menjelajahi lehernya. Namun, sesuatu tiba-tiba membuat Revanno mengumpat.Bel berbunyi dan Starla langsung berdiri.Bagaimana mungkin? Kepala Revanno terasa pening mendadak. Ia sedang di liputi gairah untuk bercinta dengan Starla. Tapi dalam sekejap bel bodoh itu menghancurkannya.Revanno menatap Starla yang tanpa merasa bersalah langsung berjalan meninggalkannya yang sudah berada di puncak gairah.Starla berjalan ke arah pintu sambil membenarkan tali kimononya. Dalam hatinya ia sangat puas, dan ingin terkekeh ketika membayangkan wajah Revanno yang frustrasi saat ini.“Apa benar putraku berada di sini?”Starla tampak mengernyit bingung. Matanya menatap pria paruh baya yang saat ini berdiri di depan pintu apartemennya. Bahkan di umurnya yang sudah tidak muda lagi, pria paruh baya itu masih terlihat tampan dan juga … menggoda. Yeah, menggoda. Dia terlihat seperti Sugar Daddy idaman para wanita masa kini.“Revanno,” lanjut pria paruh baya itu. Membuyarkan lamunan Starla.Mata Starla seketika membulat. Ia terkejut bukan main. Bagaimana ini? Pakaiannya masih sama. Dan pasti pria paruh baya yang Starla yakini sebagai ayah Revanno ini akan berpikir yang tidak-tidak tentang apa yang sudah ia lakukan bersama putranya.Oh, astaga! Rasanya Starla ingin menjerit sekeras-kerasnya.Revanno seketika menoleh saat mendengar namanya di sebut. Tak lama, seorang pria paruh baya masuk dengan pandangan lurus tertuju padanya.‘Ah, dia Ayahku.’ Revanno mengeram dalam hati.Menjengkelkan bukan kalau mengetahui pengganggunya adalah Ayahnya sendiri? Revanno tidak mengerti, apa juga tujuan Ayahnya kesini?Ayah Revanno duduk di sofa, tepat di sebelah Revanno. Sedangkan Starla memasuki kamarnya. Mungkin saja dia ingin mengganti pakaiannya yang di mata Revanno kelewat menggoda itu.Rasanya saat ini Revanno ingin menyusul Starla saja masuk ke dalam kamarnya dan bergelut di atas ranjang tanpa busana.“Tumben sekali kamu tidak pergi ke Klub. Ada gadis baru di sana.”Ya, begitulah Ayah Revanno. Sifat Ayah dan anak itu memang tidak jauh berbeda. Walaupun kehidupan Revanno sekarang cukup sukses dan banyak di segani orang, namun di balik itu semua ia mempunyai keluarga yang cukup berantakkan. Ibunya sudah pergi meningg
“Ini sepatumu.” Revanno menyerahkan kotak sepatu itu ke Starla.Starla hanya melempar tatapan curiga pada Revanno. Mereka baru kenal dan resmi menjadi Bos dan sekretaris sehari tadi. Tapi bagaimana bisa Bos gilanya itu sudah menyusahkan seperti ini? Bisa gila Starla jika harus berhadapan dengan orang gila seperti Revanno.Revanno yang tidak suka mendapat tatapan tak menyenangkan dari Starla hanya bisa berdecak, seolah gadis di depannya itu menganggap kalau dirinya penjahat.“Cepat pakai, astaga! Atau kamu mau aku menelanjangimu di sini.” Revanno langsung tersenyum ketika melihat bibir Starla mengerucut begitu mendengar ancaman darinya.Revanno dan Starla melangkah masuk ke dalam Klub. Tidak lupa tangan jahil Revanno pun melingkar di pinggang ramping Starla. Musik yang keras langsung menyambut kedatangan mereka. Dengan bantuan cahaya remang-remang, Revanno menuntun Starla menuju meja bartender.Sebenarnya ini adalah acara peresmi
Revanno memijat lembut pangkal hidungnya. Matanya terpejam berusaha mengontrol emosinya. Bisa-bisanya wanita berisik itu membuatnya merasa seperti ingin mati? Revanno yakin jika Starla tadi sangat menikmati permainannya. Lalu kenapa wanita itu harus mengatakan hal bodoh yang bahkan membuatnya ingin meledak?Revanno kembali menghisap batang rokoknya lalu menghembuskan asapnya ke udara. Seolah asap racun nikotin itu mampu membawa pergi amarahnya saat ini. Revanno melirik ke dalam, dan ia melihat Starla sudah kembali merapikan dress yang di kenakannya. Wanita itu kini tengah bermain dengan ponselnya di atas ranjang.Revanno memicing ke arah Starla. Bagaimana bisa Starla bersikap seperti itu? Wanita lain mungkin akan dengan senang hati memberikan tubuhnya pada Revanno, tanpa harus ia minta sekalipun. Tapi Starla ... Ah, Revanno hanya berharap semoga wanita bermulut berisik itu masih normal.Sudahlah! Toh, Revanno masih punya banyak waktu untuk bisa menda
Pukul lima sore, Starla mengikuti Revanno dan juga Pak Wicaksana yang merupakan klien baru di perusahaan Nexus. Mereka pergi ke pusat perbelanjaan kota yang kebetulan baru di buka beberapa hari lalu. Pusat perbelanjaan itu merupakan proyek antara perusahaan Nexus dan perusahaan milik Pak Wicaksana. Sebagai pemilik saham terbesar tentu Revanno harus memastikan produk yang di pasarkan sudah sesuai dengan kriterianya atau belum.Selesai melihat-lihat dan berkeliling, Revanno memutuskan untuk berpisah dengan Pak Wicaksana. Dan memilih untuk melanjutkannya sendiri dengan Starla. Meski baru di buka beberapa hari tetapi pusat perbelanjaan tersebut sudah sangat ramai. Tiba-tiba saja Revanno dan Starla sudah berada di lantai tujuh.Lantai tujuh merupakan lantai dimana pakaian dari brand-brand ternama berada. Mata Starla seketika aktif. Ia tidak bisa memungkiri jika matanya juga bisa khilaf kalau berada di mall dan melihat deretan busana-busana bagus dan bermerk tentunya
“Kenapa? Apa mungkin dia pria yang pernah tidur denganmu?”Brengsek! Starla mengumpat dalam hati.Starla tahu kalau dirinya mantan pegawai Klub. Tapi ia bukanlah wanita jalang yang bisa di sewa pria manapun. Ya walaupun kenyataan sebenarnya hampir seperti itu, tapi setidaknya sampai saat ini Starla belum pernah tidur dengan pria-pria berhidung belang itu. Dan Starla tetap merasa kesal jika ada orang yang mengatakan hal seperti yang Revanno katakan barusan. Bukankah lebih tepat jika Starla itu di sebut sebagai penipu ketimbang wanita jalang?Starla berusaha membasahi tenggorokannya yang mulai terasa kering. “Bukan. Aku belum pernah tidur dengan mereka,” ujarnya jujur.Starla semakin gugup karena wajah Revanno kini semakin menunduk dan dekat dengan wajahnya. Starla bisa merasakan sapuan napas hangat Revanno mulai menerpa wajahnya.Secepat kilat Revanno berhasil mendaratkan bibirnya di atas bibir Starla, bibir yang sejak tadi membu
Starla tidak menyangka akan mendapatkan kehidupan yang seperti ini. Menjadi sekretaris Revanno sungguh suatu hal yang mampu merubah nasibnya. Revanno benar-benar memberikannya fasilitas yang sebelumnya tidak pernah ia bayangkan akan memilikinya. Sebuah apartemen mewah lengkap dengan isinya, gaji yang besar dan Revanno juga benar-benar membelikan sebuah mobil pribadi untuk Starla. Kini ada satu hal yang Starla yakini jika sosok Revanno Immanuel dengan segala kebrengsekan dan kemesumanya itu adalah orang yang selalu menepati janjinya. Walaupun sejauh ini ia belum berhasil mendapatkan 'seks’ bersama Starla. Namun, Revanno tetap memberikan apa yang sejak awal sudah ia janjikan kepada Starla. Mungkin banyak orang akan bertanya-tanya. Bagaimana bisa sorang sekretaris saja bisa hidup dengan begitu mewahnya? Dan Starla tak akan ambil pusing dengan pertanyaan tersebut. Karena inilah jalan yang ia ambil. Resiko yang harus ia jalani ketika ia memilih untuk menyetujui kontrak kerja dengan Revann
Sore ini Starla terlihat begitu terburu-buru ketika berjalan keluar dari salah satu Coffee Shop. Ini semua karena Bos gilanya. Revanno mengatakan kalau ia ingin minum Americano Coffee. Dan hal yang menjengkelkan adalah Revanno ingin Starla yang membelikannya langsung, ia tidak ingin orang lain yang membelikannya. Oke, peraturan pertama perintah Bos memang tidak bisa di ganggu gugat. Begitu Starla mendapatkan satu Cup Americano, ia segera berjalan sambil memperhatikan layar ponselnya yang terus berdering. Siapa lagi kalau bukan panggilan dari Bosnya? Starla terus berdecak dan mengumpat sepanjang perjalanan. Ia sengaja tidak ingin mengangkat panggilan itu dan memilih untuk memasukkan ponselnya kembali ke dalam tasnya. Namun, ketika Starla baru saja menggeser pintu Coffee Shop tersebut, tanpa sengaja ia menabrak seorang pria hingga membuat tasnya terjatuh. Dan tentu saja semua isi tasnya langsung berceceran. Starla semakin jengkel. Ayolah, ia sedang terburu-buru kenapa ada saja hambat
Revanno melepas ciumannya dengan napas memburu, begitupun juga dengan Starla. Wanita tersebut langsung meraup udara sebanyak-banyaknya untuk mengisi paru-parunya yang seakan kehabisan oksigen.“Sekarang kamu sudah siap, kan?” Tanya Revanno tanpa memperdulikan Starla yang masih sibuk mengatur napasnya.Starla langsung bersemu, pipinya terasa memanas dan jantungnya berdetak lebih cepat. Bagaimanapun juga ia tidak akan siap untuk kehilangan sesuatu yang berharga dari dirinya. Tapi, janji tetaplah janji. Starla yakin sebanyak dan sejauh apa ia menghindar, Revanno akan tetap meminta hal itu.“Kalau benar ini yang pertama bagimu. Aku akan melakukannya dengan pelan-pelan, nggak akan sakit. Aku janji,” rayu Revanno sambil mengusap pipi Starla yang bersemu.Starla masih diam, ia terlalu bingung untuk menjawab seperti apa. Karena sungguh ini benar-benar pengalaman pertamanya. Ia memang sudah sering berhadapan dengan situasi seperti saat ini, tapi ti