Share

Terpaksa Berhenti Di Puncak Gairah

“Ini sepatumu.” Revanno menyerahkan kotak sepatu itu ke Starla.

Starla hanya melempar tatapan curiga pada Revanno. Mereka baru kenal dan resmi menjadi Bos dan sekretaris sehari tadi. Tapi bagaimana bisa Bos gilanya itu sudah menyusahkan seperti ini? Bisa gila Starla jika harus berhadapan dengan orang gila seperti Revanno.

Revanno yang tidak suka mendapat tatapan tak menyenangkan dari Starla hanya bisa berdecak, seolah gadis di depannya itu menganggap kalau dirinya penjahat.

“Cepat pakai, astaga! Atau kamu mau aku menelanjangimu di sini.” Revanno langsung tersenyum ketika melihat bibir Starla mengerucut begitu mendengar ancaman darinya.

Revanno dan Starla melangkah masuk ke dalam Klub. Tidak lupa tangan jahil Revanno pun melingkar di pinggang ramping Starla. Musik yang keras langsung menyambut kedatangan mereka. Dengan bantuan cahaya remang-remang, Revanno menuntun Starla menuju meja bartender.

Sebenarnya ini adalah acara peresmian Klub milik teman Revanno yang bernama Daniel, yang merupakan salah satu bentuk kerjasama dengan Ayah Revanno. Namun, peresmiannya sudah berakhir sekitar dua jam yang lalu dan sekarang adalah acara pestanya. Revanno melihat Starla sudah meneguk segelas wine, dan entah kenapa menurut Revanno wanita berisik itu kini mulai jadi pendiam.

Revanno memutar pandangannya dan ia melihat seseorang melambai padanya. Oh itu adalah teman-temannya, Daniel dan Justin bersama dengan pasangannya masing-masing tentunya.

“Ayo kesana!” Ajak Revanno dengan sedikit berteriak, karena suara musik yang begitu keras.

“Nggak! Aku di sini saja,” tolak Starla.

“Oh, jadi kamu sudah lupa dengan ancamanku tadi? Menurutlah, Starla. Kamu itu sekretarisku sekarang.” Lagi-lagi Revanno mulai mengancam.

Starla tidak punya pilihan. Ia yakin Revanno pasti tahu kalau dirinya mulai jengah. Namun, sepertinya Bos brengseknya itu tak peduli sama sekali.

“Wanita baru lagi?” Daniel bertanya saat Revanno dan Starla sudah berdiri di hadapannya.

“Satu wanita, satu malam,” imbuh Justin sambil tertawa.

Revanno menatap Starla yang saat ini tengah mengernyit ke arahnya. Starla memang belum mengenal teman-teman laknatnya itu. Jadi, Revanno memutuskan untuk memberi tatapan tajam ke arah dua temannya.

“Dia sekretaris baruku,” ujar Revanno singkat, lalu mengajak Starla duduk.

“Jadi ini sekretaris yang kamu—“ Revanno langsung menyumpal mulut Daniel dengan camilan yang ada di atas meja, lalu menatapnya tajam. “Sialan kamu, Rev!” Maki Daniel.

Namun, pada akhirnya Daniel dan Justin hanya bisa mengangguk dan menatap Starla. Tatapan mereka seolah mengatakan 'sekretaris yang sebentar lagi akan berakhir di ranjang kan?’

Acara terus berlanjut. Revanno dan teman-temannya sudah menghabiskan beberapa botol wine. Kini kedua teman laknatnya itu tengah asyik bercumbu dengan pasangan masing-masing. Melihat kelakuan tidak tahu malu dari kedua temannya membuat Revanno langsung berdiri dan menarik tangan Starla.

“Mau kemana?” Tanya Starla yang kaget karena tangannya langsung di tarik oleh Revanno.

“Kita pulang! Atau kamu mau kita ikut bergabung dengan mereka.” Revanno tersenyum ke arah Daniel dan Justin yang tengah asyik berbuat mesum dengan wanitanya.

“Nggak!”

Revanno tersenyum. “Ya. Tenang saja aku nggak seperti mereka kok. Aku lebih suka melakukannya dengan cara yang berkelas, seperti di dalam kamar contohnya,” ujar Revanno lalu tersenyum semakin lebar.

Starla hanya bisa memutar bola mata jengah. Apa yang orang gila itu katakan barusan? Cara yang berkelas? Apa pria itu lupa kalau dia juga pernah asal menyosor Starla di Klub waktu itu.

Berkelas dari Hongkong?

“Ya sudah ayo. Aku juga capek ingin tidur,” ujar Starla pada akhirnya.

Revanno hanya tersenyum melihat Starla yang menurut saja ketika ia menyeret tangannya.

Jujur saja, sejak tadi Revanno menahan diri untuk tidak menyentuh Starla. Terasa menyiksa memang. Ingin sekali Revanno segera merobek dress yang Starla gunakan lalu bermain dengan sesuatu yang ada di dalamnya.

Tiba-tiba seorang anak buah Revanno mendekat dan menyerahkan sebuah kartu.

“Tunggu dulu ...” Starla menahan tangannya ketika Revanno hendak menariknya masuk ke dalam lift. “Jangan bilang kalau kamu ingin mengajakku menginap di hotel ini.”

Revanno terkekeh. Ternyata otak wanita berisik itu cukup cerdas. Tapi masih jauh lebih cerdas dirinya pastinya.

“Aku nggak mengajakmu. Tapi ini perintahku,” ujar Revanno santai.

Starla mulai protes. “Tapi Aku nggak mau—“

Revanno menatap Starla dengan alis terangkat. “Ingat perjanjian kerjanya, sekretaris di larang menolak perintah Bos!” Ingatnya pada Starla.

Starla menganga, menatap Bos gila yang kini sudah berada di dalam lift dengannya.

“Aku nggak mau!” Sentak Starla.

“Fucking with your wish. Aku sudah nggak tahan, Starla.” Kata Revanno.

Revanno langsung mengangkat kedua tangan Starla ke atas kepalanya, dan menahan tangan mungil itu dengan salah satu tangannya ketika pintu lift tertutup. Tanpa aba-aba, Revanno langsung menempelkan bibirnya pada bibir Starla. Menjilat dan menggigit pelan agar bibir seksi Starla terbuka. Dan ya ... Starla akhirnya membalas ciumannya.

“T-tunggu dulu,” ucap Starla di sela-sela ciumannya.

Namun, Revanno tak menghiraukannya. Ia terus mencium dan bermain pada bibir Starla. Kini lidahnya mulai menyusup masuk ke dalam mulut Starla, menyusur dan mengeksplore seluruh rongga mulutnya tanpa memberi Starla kesempatan untuk bicara.

Saat Starla hampir kehabisan napas, barulah ciuman Revanno beralih ke leher jenjangnya. Jilatan dan gigitan-gigitan kecil Revanno tidak mampu membuat Starla menahan desahannya.

Mata Revanno semakin tertutup oleh kabut gairah yang sejak tadi ia bendung. Ciumannya kembali ke bibir Starla dan salah satu tangannya kini mulai berani meraba dan meremas pelan dada Starla. Dan Starla kembali mengerang.

Revanno sudah tidak tahan. Ia ingin Starla tahu bahwa dirinya begitu menginginkannya sekarang.

Jika tidak di tuntaskan, ini benar-benar akan menyiksa!

Adegan di dalam lift itu terpaksa Revanno hentikan ketika pintu lift terbuka.

Revanno mengeram, kegiatannya menuju surga dunia harus terhenti. Revanno menatap Starla yang tengah merapikan penampilannya lalu seringai nakal muncul di sudut bibirnya.

“Revanno, tolong dengarkan aku. Aku nggak bisa—akkhh!” Starla kaget ketika dengan tiba-tiba Revanno menggendong tubuhnya. “Turunkan aku, brengsek!” Teriak Starla. Namun, Revanno terlihat tidak peduli. Ia segera membawa masuk Starla ke dalam kamar hotel.

“Sudah dua kata nggak sopan keluar dari mulutmu. Jadi, dua kata dua kali bercinta,” ucap Revanno lalu meletakkan Starla ke atas ranjang.

“T-tunggu dulu.” Starla masih mencoba untuk protes.

Revanno tahu kalau Starla pasti tidak akan menyerah. Maka dari itu ia segera menindih tubuh wanita itu, lalu menyatukan dahinya dengan dahi Starla.

“Aku nggak pernah bermain-main dengan perkataanku, Starla.” Kata Revanno dengan suara seksinya yang membuat Starla gugup setengah mati.

Revanno segera menahan kedua tangan Starla sebelum wanita itu memberontak. Lalu dengan cepat ia kembali mencium bibir ranum yang memabukkan itu. Revanno mulai mencecapnya perlahan, menikmati rasa manis dan lembut luar biasa. Starla mulai membalas, mengikuti irama yang Revanno lalukan pada bibirnya. Jujur, Starla memang tak bisa menolak sentuhan yang Revanno berikan. Entah dirinya yang memang menyukainya atau memang Revanno yang pintar membuatnya bergairah?

Ciuman Revanno beralih ke leher Starla. Membuat Starla mendongak sambil menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan desahan bodoh yang selalu tak bisa ia tahan sama sekali.

Starla tiba-tiba tersentak ketika Revanno tanpa permisi langsung menarik dress yang Starla gunakan ke bawah, hingga menampilkan kedua dada yang masih terbungkus bra berenda itu.

Tangan Revanno tak tinggal diam, ia segera menggerakkan tangannya ke dada Starla. Meremas dan memberikan sensasi yang membuat Starla tak mampu menahan desahannya.

“Revanno, ahh.”

“Yes, babe.” Revanno membalas dengan seringai yang tidak bisa di lihat oleh Starla.

Kini tangan Revanno berhasil menurunkan bra milik Starla, hingga benda kenyal tersebut kini terpampang jelas di hadapan Revanno. Segera Revanno mengarahkan mulutnya untuk menghisap puncaknya yang sudah menegang itu.

“Revanno!” Starla mendongak sembari menjambak rambut Revanno. Matanya terpejam merasakan gelenjar aneh yang mulai membakar tubuhnya.

“Yeah, say my name, babe,” ujar Revanno di sela-sela aktivitasnya.

Starla tidak menjawab apapun. Sejak tadi jantungnya berdegup kencang. Bingung dengan reaksi apa yang harus ia berikan. Revanno begitu handal dalam hal ini.

Mulut Revanno terus saja bermain dengan kedua dada Starla. Membuat kepala Starla terasa pening. Ia hanya mampu memejamkan mata, mendongak dan merasakan kenikmatan yang Revanno berikan. Revanno terus memainkan kedua dada Starla secara bergantian dengan mulutnya.

Starla merasakan tangan Revanno mulai bergerak membelai perutnya, lalu semakin turun ke pahanya. Memberikan sentuhan abstrak dan meninggalkan gelenjar panas dalam setiap sentuhannya. Ketika tangan Revanno hendak mengarah ke inti dirinya, Starla segera menahan tangan kekar tersebut.

“Jangan!” Starla menahan sambil menggigit bibir bawahnya, karena sejak tadi mulut Revanno terus saja bermain di dadanya.

“Jangan berhenti maksudmu,” balas Revanno cepat. Ia lalu menggigit puncak dada Starla sedikit keras hingga membuat wanita itu memekik.

Sial! Starla sudah tidak tahan.

“Stop!” Starla berusaha mendorong dada Revanno sekuat tenaga. Napasnya terengah dan wajahnya begitu memerah. Mungkin ia memang sangat menikmati permainan yang Revanno berikan, tetapi untuk saat ini ia belum siap.

“Kenapa?” Revanno bertanya heran.

“A-aku nggak bisa malam ini,” ujar Starla masih dengan napas terengah, dan mata Revanno semakin menyipit. “A-aku sedang datang bulan,” imbuhnya kemudian.

Mata Revanno seketika menajam begitu mendengar ucapan itu. Alasan macam apa itu? ‘Miliknya’ bahkan sudah berdiri tegak sejak tadi. Dan sekarang dengan gamblangnya, Starla menyuruhnya untuk berhenti. Lalu siapa yang akan menuntaskan ini? Apa Revanno harus mengocoknya sendiri begitu?

Sial!

“Kenapa baru menghentikannya sekarang, ketika aku sudah di puncak gairah?!” Revanno terlihat mengacak rambutnya frustrasi.

Sejujurnya Starla ingin sekali tertawa melihat ekspresi Revanno saat ini. Tapi ia harus mengurungkan niatnya tersebut.

“Aku sudah ingin bilang tapi kamu nggak mau mendengarkanku,” ujar Starla menahan senyum.

Bodoh!

Revanno mengerang, lalu berjalan menuju balkon mengabaikan miliknya yang sejak tadi sudah minta ingin di puaskan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status