Share

Hari Pertama Bekerja

Revanno memijat lembut pangkal hidungnya. Matanya terpejam berusaha mengontrol emosinya. Bisa-bisanya wanita berisik itu membuatnya merasa seperti ingin mati? Revanno yakin jika Starla tadi sangat menikmati permainannya. Lalu kenapa wanita itu harus mengatakan hal bodoh yang bahkan membuatnya ingin meledak?

Revanno kembali menghisap batang rokoknya lalu menghembuskan asapnya ke udara. Seolah asap racun nikotin itu mampu membawa pergi amarahnya saat ini. Revanno melirik ke dalam, dan ia melihat Starla sudah kembali merapikan dress yang di kenakannya. Wanita itu kini tengah bermain dengan ponselnya di atas ranjang.

Revanno memicing ke arah Starla. Bagaimana bisa Starla bersikap seperti itu? Wanita lain mungkin akan dengan senang hati memberikan tubuhnya pada Revanno, tanpa harus ia minta sekalipun. Tapi Starla ... Ah, Revanno hanya berharap semoga wanita bermulut berisik itu masih normal.

Sudahlah! Toh, Revanno masih punya banyak waktu untuk bisa mendapatkan tubuh itu. Revanno yakin jika Starla tak mungkin bisa lolos dari genggamannya. Dan gara-gara kejadian ini membuat keinginan Revanno untuk mendapatkan tubuh Starla semakin besar. Aneh memang! Kenapa ia harus rela bersabar untuk tidur dengan wanita itu? Biasanya saja ia tinggal asal tunjuk untuk mendapatkan wanita yang bisa ia ajak bermain di atas ranjang.

Baru kali Revanno benar-benar merasa bodoh.

Revanno menikmati hisapan terakhir rokoknya lalu membuang putungnya ke tempat sampah. Lalu ia segera merogoh ponsel untuk menghubungi anak buahnya.

Kekesalan Revanno semakin memuncak ketika ia kembali masuk ke dalam dan Starla hanya bersikap biasa saja. Seperti orang yang tidak merasa berdosa sama sekali.

‘Ah ... Lihatlah! Wanita itu sudah membuat milikku terasa tersiksa dan sekarang malah bersikap seperti itu,’ batin Revanno.

“Kamu nggak merasa bersalah sedikitpun padaku?”

Starla hanya mengernyit ketika di tanya seperti itu oleh Revanno.

Revanno berharap Starla akan langsung merasa bersalah setelah mendengar ucapannya. Namun, responnya ternyata di luar dugaan.

“Kamu ingin mengantarku pulang atau aku naik taksi,” ujar Starla datar.

Arrrgghhh! Revanno mengerang dalam hati.

Lihat saja, sebentar lagi Revanno pasti akan membalas perbuatan Starla. Revanno akan membuat mulut berisik itu kapok karena mendesah semalaman.

Revanno segera menyambar kunci mobilnya dengan cepat dan langsung berjalan mengikuti Starla yang saat ini sudah berada di depan pintu.

Tunggu ... Kenapa Revanno mau saja mengikuti perintah Starla? Bukankah harusnya Starla yang mengikuti perintahnya? Ah, persetan dengan status Bosnya. Revanno benar-benar sudah terlanjur kesal dengan Starla.

***

Hari pertama bekerja. Starla sudah berdoa sebanyak mungkin sebelum ia berdiri dan memencet bel pintu apartemen yang berada tepat di sebelah apartemennya. Apartemen milik siapa lagi kalau bukan milik Bosnya, Revanno?

Pintu terbuka dan menampilkan sosok Revanno yang tampaknya baru saja selesai mandi. Pria itu terlihat tengah menggosok rambutnya yang masih basah menggunakan handuk kecil.

‘Tampan,’ batin Starla.

“Kamu terlambat!”

Starla langsung mengerjap setelah mendengar ucapan Revanno dan mengikuti Revanno masuk ke dalam apartemennya.

Apa yang baru saja ia pikirkan? Ah, sepertinya otaknya kini sudah mulai tak waras? Tapi ... Kenyataannya memang begitu, Starla tidak bisa berpaling menatap wajah itu. Revanno sangat tampan.

“Mulai besok kamu harus sudah siap berada di sini setiap pagi. Kalau bisa sebelum aku terbangun.” Revanno masih sibuk mengeringkan rambutnya. “Tugas pagimu sebelum berangkat ke kantor adalah menyiapkan semua keperluan dan kebutuhanku, mengerti?!”

Lagi-lagi Starla hanya mengerjap lalu mengangguk. Ada apa dengan dirinya? Ayolah Starla, fokus!

Niat ingin fokus Starla justru kembali terbuyar ketika Revanno membuang handuk kecilnya ke atas sofa. Starla memelotot ketika melihat otot perut Revanno yang kelewat six pack itu. Bahkan Starla semakin melotot saat menyadari kalau sejak tadi Revanno hanya memakai handuk sebatas pinggang saja.

Duh, kemana saja matanya dari tadi? Ah, gara-gara wajah Bos gila itu Starla jadi tidak bisa fokus.

“Ikut Aku!” Perintah Revanno. Bagai anjing penurut, Starla langsung mengekor di belakang Revanno begitu saja.

Tunggu dulu, kenapa aura Revanno pagi ini berbeda sekali? Ah iya, Starla baru ingat, pria ini kan sedang marah dengannya. Gara-gara nafsunya semalam yang harus ia hentikan secara paksa. Starla tertawa dalam hati.

Hingga akhirnya mereka tiba di kamar Revanno. Kamar yang tak kalah mewah dari milik Starla. Bahkan Starla akui kalau di apartemen Revanno jauh lebih mewah, dari furniture hingga hiasan maupun pajangan di apartemennya merupakan barang mewah semua.

“Setiap pagi kamu harus menyiapkan semua kebutuhanku mulai dari baju kerja, dasi, sepatu, jam tangan hingga sarapan,” ujar Revanno menjelaskan. Kini ia tengah bersandar di lemari pakaiannya.

“Hah? Kamu serius? Kok aku jadi seperti pembantu sih bukan sekretaris.” Starla berdecak sebal.

“Hey! Ingat kamu sudah setuju dengan semua perjanjian kerja yang sudah kamu tanda tangani.” Revanno bersedekap ke arah Starla.

Skakmat! Kalau sudah membawa perjanjian kerja, Starla benar-benar sudah tidak bisa berkutik.

“Baiklah,” ujar Starla pada akhirnya. Ia hendak keluar untuk memesankan sarapan untuk Revanno. Namun, tiba-tiba Revanno menyela.

“Mau kemana kamu?”

“Mau memesankan sarapan untukmu,” jawab Starla malas.

“Kamu sudah lupa dengan apa yang aku katakan barusan? Siapkan baju kerjaku.” Revanno mengingatkan.

Starla menelan ludahnya. Jujur, ia sudah tidak tahan kalau harus memandang Revanno dengan keadaan seperti itu terlalu lama. Sungguh rasanya Starla ingin bersandar di dada Revanno yang kelewat bidang itu. Bisa-bisa malah ia sendiri yang akan khilaf kalau di suguhi pemandangan menggiurkan seperti itu.

“B-besok saja deh. Aku janji,” ucap Starla.

Mata Revanno menyipit lalu setelah itu seringainya muncul. Sejak tadi ia terlalu serius menjalankan tugasnya sebagai Bos sampai ia lupa kalau dirinya tengah berdua dengan Starla.

“Apa kamu ingin melihatnya?” Revanno menaikkan satu alisnya ke arah Starla. Mode mesum Revanno seketika kembali muncul.

“Hah?” Starla kaget di tatap seperti itu oleh Revanno, karena saat ini tatapannya sudah berubah menjadi tatapan mesum. “A-apa?”

“Sesuatu yang ada di dalam sini.” Revanno dengan gamblangnya menunjuk bagian depannya yang masih berbalut handuk itu.

“Apa? Kamu gila ya!” Teriak Starla.

Revanno terkekeh. “Perlu kamu ketahui. Punyaku sangatlah besar. Aku jamin kamu pasti akan menyukainya.” Mata Starla langsung memelotot. “Lihat, kamu pasti langsung membayangkannya, kan? Kemarilah. Daripada hanya membayangkannya lebih baik langsung pegang saja.”

Revanno hendak mendekati Starla. Namun, dengan cepat Starla berbalik arah dan berjalan keluar sambil berteriak.

“Dasar pria mesum!”

Starla keluar dari kamar Revanno dengan keadaan marah dan kesal. Sedangkan Revanno malah asyik tertawa mendengar Starla yang baru saja mengumpatinya.

***

Revanno dan Starla berangkat ke kantor menggunakan mobil yang sama, yaitu mobil Revanno. Mereka duduk di kursi belakang sedangkan di depan ada seorang sopir pribadi Revanno yang sudah Starla suruh datang sejak pagi tadi.

Semua karyawan langsung menunduk hormat ketika Revanno memasuki kantor. Memang tak bisa di pungkiri aura Revanno benar-benar sangat berwibawa dan pantas di sebut sebagai Bos oleh mereka. Tubuhnya begitu sempurna bagai sosok-sosok yang sering di gambarkan dalam sebuah cerita novel.

Revanno memasuki ruang kerjanya di ikuti Starla. Mau bagaimana lagi Bosnya itu sudah memindahkan meja kerjanya agar menjadi satu ruangan dengannya.

“Apa aja tugasku hari ini?” Tanya Revanno begitu ia mendudukkan dirinya di kursi kebesarannya.

Starla dengan cepat mengambil Tab miliknya dan mendekati Revanno. Ia bersyukur karena sebelumnya sudah mempelajari cara menjadi sekretaris yang tanggap dan cekatan, karena Starla pikir ia akan bekerja dengan Bos yang super profesional. Bukannya bekerja dengan Bos yang super duper mesum seperti Bosnya yang sekarang.

“Jam sembilan pagi ada meeting di lantai 30 mengenai peluncuran produk baru. Di lanjut jam dua belas siang ada jadwal makan bersama dengan Manager Hans.” Revanno terus fokus menatap bibir Starla yang tengah membacakan jadwal kerjanya hari ini. “Dan jam tiga sore ada pertemuan dengan klien untuk menandatangani proyek baru.”

“Hanya itu saja?” Tanya Revanno dengan senyum yang tak bisa Starla artikan.

“I-iya. Apa masih ada yang kurang?” Starla balik bertanya polos.

“Tentu,” jawab Revanno singkat.

“Apa?” Starla kembali membuka Tab-nya.

“Tidur denganku tentunya.” Revanno lalu terkekeh.

Apa katanya? Mata Starla langsung membulat. Bisa tidak sih sehari saja otak Bos mesumnya itu jauh-jauh dulu dari pikiran tidur dan tidur?

“Pak Revanno, please. Ini di kantor,” ujar Starla.

“Memangnya kenapa kalau di kantor? Kita bisa langsung saja melakukannya sekarang ... Di sini.” Revanno menyeringai jahat.

Starla hanya bergidik. Revanno benar-benar Bos gila yang mesum. Mendadak ia kepikiran sesuatu namun Starla segera menggeleng, berharap apa yang di pikirkannya itu tidaklah benar.

“Kamu tahukan apa alasanku meminta agar kita menjadi satu ruangan?” Revanno kini sudah berdiri di depan Starla. Tangannya dengan cepat menarik pinggang Starla hingga menepis jarak keduanya. “Supaya aku bisa dengan mudah menyetubuhimu, Starla.”

Jantung Starla langsung berdetak hebat, karena sedetik setelah itu Revanno langsung meremas sesuatu yang berada di balik rok belakangnya.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Nur Janah
saya sudah baca bab in
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status