Share

Bab 7, Jangan Menyerah

Dengan sangat cepat, Elf itu melesat dan menyerang Okiku. Namun, dengan begitu elegan gadis itu dapat dengan mudah menghindari setiap serangannya yang membuat Elf itu begitu terkejut, layaknya seseorang yang dapat melihat sepersekian detik lebih cepat.

"Kau, dapat merasakan alam disekitarmu?" Tanyanya, dengan wajah tersenyum lebar.

"Mungkin," jawab Okiku.

"Hahaha, kau lebih menarik dari apa yang ku bayangkan!" Elf tersebut begitu menikmati pertarungan itu.

"Kalau begitu, ijinkan aku untuk sedikit lebih serius kepadamu," ucapnya, kini dia mengeluarkan sebuah busur yang terbuat dari kayu pepohonan.

"Terima ini!" Pekiknya, melepaskan puluhan anak panah kearah gadis itu. Dengan refleknya yang begitu hebat, Okiku menangkis seluruh anak panah itu bahkan tanpa mencabut pedangnya yang sekali lagi membuat Elf itu terkejut.

"Heh! Lumayan untuk seukuran bocah ingusan. Namaku Elric, sebutkan namamu, bocah!" Teriaknya, sambil terus menyerang Okiku dengan membabi-buta.

"Okiku, Okiku Musashi," ucap gadis itu. Tiba-tiba, Elf itu tampak begitu terkejut dan menghentikan serangannya.

"Kau, apa mungkin kau anak Musashi?" Tanya Elf bernama Elric itu.

"Kau mengenal ayahku?" Tanya Okiku yang terkejut.

"Ya, ayahmu adalah sahabat karibku. Kami berdua pernah menjadi anggota dari satu tim yang sama, berkelana melewati dunia yang luas, menghadapi dan mengalahkan musuh-musuh yang kuat," kenang Elric dengan nada penuh nostalgia.

"Kami mendapatkan gelar pahlawan dari masyarakat luas dan ayahmu diberi julukan Sword Saint, berkat keahliannya dalam memainkan pedang. Saat kami merasa petualangan kami telah usai, kami memilih untuk menikah dengan wanita yang kami cintai dan mendirikan keluarga," lanjut Elric.

Namun, suatu hari dalam hujan deras yang mengguyur, Musashi datang mendatangiku dengan seorang bayi di pelukannya, lalu dia memintaku untuk- "Cukup, Elric!" Musashi yang tiba-tiba muncul, memotong cerita Elric.

Semua orang terkejut dengan kedatangan Musashi yang begitu mendadak, "Okiku, kau sudah sembuh, lalu kenapa kau tak pulang, Nak?" tanya Musashi dengan nada khawatir.

Tiba-tiba, sesuatu muncul dari balik kegelapan yang selama ini telah menelan pandangan gadis itu. "Gunakan kekuatanku, hancurkan mereka yang telah merenggut kebahagiaanmu! Hancurkan mereka tanpa ampun!" teriak entitas misterius itu dalam pikirannya. Kekuatan yang mengerikan itu bangkit, merasuki dan berusaha merenggut kendali tubuh gadis itu.

Dari luar, darah segar tiba-tiba membasahi bibir Okiku, disusul oleh rasa sakit yang begitu luar biasa hingga membuatnya berteriak dalam penderitaan.

Elric dan Musashi, yang menyaksikan hal itu, terperanjat dan segera berlari menuju gadis itu. "Sial! Segelnya mulai melemah!!" seru Musashi dengan panik, namun mereka dihadang oleh Ryu.

"Cepatlah beranjak dari sana, jika tidak dihentikan, bencana apokaliptik akan menimpa kita semua!" teriak Musashi dengan suara bergetar.

"Tidak ada yang bisa memerintahku selain Majikanku!" balas Ryu, yang berusaha melindungi Okiku, melepaskan seluruh kekuatannya hingga membuat tanah di bawah mereka berguncang hebat.

Tiba-tiba, langit berubah menjadi merah darah, diikuti oleh badai angin yang begitu dahsyat hingga merobohkan bangunan di sekitarnya, menerbangkan segala sesuatu ke udara dengan keganasan.

Retakan besar muncul di atas langit kota, "Sial, jika segel itu pecah, dia akan bangkit dan kita semua akan binasa! Kita harus menghentikannya, apapun yang terjadi!" teriak Musashi dengan suara penuh keputusasaan.

"Tidak ada waktu lagi, kau harus membunuh anakmu sendiri untuk mencegah kebangkitan makhluk itu, apa kau sanggup?" tantang Elric, yang membuat Musashi terdiam dalam kebingungan.

"Biar aku yang menghadapi orang ini, cepat bunuh anakmu, Musashi!" ucap Elric, langsung menyerang Ryu dan berusaha memancingnya menjauh dari Okiku yang tengah terkapar karena kesakitan.

Dengan mata Musashi yang penuh ketidakpastian dan keraguan, ia menerjang ke depan, berusaha membunuh anaknya sendiri sebelum makhluk menakutkan itu bangkit kembali. Namun, tiba-tiba, gadis yang sebelumnya terus menderita sakit parah hingga wajahnya meringis, kini kembali berdiri.

Melihat perubahan itu, Musashi segera menghentikan serangannya, berpikir bahwa Okiku telah kembali sadar. Namun, pedang yang sebelumnya terjatuh dari tangan gadis itu, tiba-tiba bergetar dengan ganas dan kembali terbang ke tangan pemiliknya.

Perasaan putus asa dan ketakutan mulai merayapi setiap sudut hati mereka, membuat suasana menjadi semakin mencekam dan menakutkan.

"Hahahaha! Akhirnya! Aku bebas!!" Teriak entitas jahat itu yang kini telah mengambil alih tubuh Okiku. Musashi dan Elric, yang menyaksikan perubahan mengerikan itu, tanpa berpikir panjang langsung menyerang gadis itu dengan kekuatan segenap jiwa dan raga mereka. Namun, serangan mereka ditangkis dengan mudah, seolah tak lebih dari semut yang mencoba melawan gajah.

"Ah, aku bisa merasakannya. Kekuatan, kekuatan yang mengalir deras, merajalela di dalam tubuh ini!!" Teriak entitas itu lagi, suaranya bergema menembus angkasa, membuat udara sekitar menjadi bergetar.

Mereka merasakan keputusasaan yang dalam, seolah dunia telah runtuh dan harapan telah lenyap. Mereka berdiri di ambang kehancuran, melihat makhluk yang pernah mereka segel kini telah menguasai tubuh gadis itu.

"Sekarang, buka segel kedua dan lepaskan aku sepenuhnya-" Baru saja makhluk itu hendak membuka segel kedua, tiba-tiba tangan kiri gadis itu bergerak tidak terkendali dan meremas lehernya sendiri.

"Apa... apa yang kau lakukan? Bukankah ini yang kau inginkan, menghancurkan mereka yang telah membuatmu menderita," ujar makhluk itu, dengan suara yang gemetar mencoba meyakinkan gadis itu untuk menyerahkan tubuhnya dan membalaskan dendamnya kepada dunia.

"Jangan ikut campur balas dendam ku!!!" Pekik gadis itu dari dalam, yang langsung meremas lehernya sendiri untuk mencegah makhluk itu menguasainya.

Tekanan kekuatan yang jauh lebih kuat meluap dari tubuh gadis itu yang mengguncang atmosfer disekelilingnya, membuat Elric dan Musashi tak dapat bergerak karena tekanan yang mereka rasakan amatlah kuat.

"Kugh! Kekuatan apa ini?!" Makhluk itu berteriak, "Jika kau melanjutkannya, kita berdua akan mati!" ujarnya lagi, suaranya penuh dengan ketakutan.

"Okiku!! Jangan kalah dari makhluk itu, jangan biarkan dirimu diambil alih!" Teriak Musashi, ayahnya, yang terjatuh tak berdaya.

"Nona!" Ryu yang panik, tak mampu berbuat apa-apa. Dia hanya bisa menonton majikannya mencoba mencekik dirinya sendiri.

Berada di ambang kehancuran, dunia kini terjerumus dalam kekacauan yang disebabkan oleh terbukanya segel pertama, memicu retakan dimensi yang mengancam keberadaan mereka.

Dua puluh sembilan tahun yang lalu, para pahlawan Musashi, Elric, Cassandra dan Claire berhasil dengan susah payah menutup portal yang menghubungkan dunia mereka dengan dunia lain. Namun, mereka tidak menyadari bahwa entitas jahat dari dimensi yang jauh mengawasi mereka.

Setelah keberhasilan itu, dunia kembali pulih dan manusia bangkit dari kehancuran. Sepuluh tahun berlalu, Musashi menikah dengan Cassandra dan mereka sedang menantikan kelahiran anak pertama.

Namun, kebahagiaan mereka terhenti ketika retakan muncul di langit kota Seoul. Retakan itu mengeluarkan entitas yang menakutkan, tanpa mata namun kuat dan tak terkalahkan, menghancurkan segalanya di hadapannya.

Dalam keputusasaan, Claire, salah satu pahlawan generasi sebelumnya, mengorbankan dirinya untuk menyegel jiwa entitas itu ke dalam janin yang dikandung Cassandra. Tubuh entitas itu kemudian disegel kembali ke dalam dimensi lain.

Kehilangan Claire yang berjiwa mulia sangat dirasakan oleh semua orang. Namun, dunia tetap damai berkat pengorbanannya. Namun, penderitaan Musashi baru saja dimulai.

Beberapa bulan kemudian, Cassandra mengalami kontraksi dan melahirkan. Namun, Cassandra meninggal dunia dalam proses melahirkan yang sulit. Musashi terkejut melihat kondisi anak mereka yang baru lahir. Anak perempuan itu tidak dapat membuka matanya dan tubuhnya lumpuh. Musashi, menganggap anak itu sebagai kutukan, memutuskan untuk menyembunyikannya dari dunia luar. Ia membawa anaknya ke sebuah vila terpencil di tengah hutan berkabut, dengan seorang pelayan yang akan merawatnya.

Dalam keputusasaan, Musashi mencari bantuan dari Elric, berharap bahwa kemampuan penyembuhan Elric dapat menyembuhkan anaknya. Namun, mereka menemui kegagalan. Anak itu tetap tidak bisa disembuhkan, bahkan dengan keahlian penyembuhan terbaik.

Musashi mulai membenci anaknya, menyalahkan keadaannya yang malang. Ia berusaha menyembunyikan anaknya dari dunia luar, menjauhkannya dari sorotan media. Anak itu terkurung di vila terpencil, di tengah hutan berkabut, hanya dengan seorang pelayan yang merawatnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status