Share

Titah Tapak Malaikat

Birawa yang kaget begitu lolos dari serangan angin deras segera melompat berdiri, dia melihat tak jauh darinya berdiri seorang memakai topeng berwarna hitam yang tadi menyerangnya.

"Siapa kamu?, kenapa menyerangku?" tanya Birawa bingung.

"Kau tak usah banyak tanya sebab, hari ini kamu layak mampus di sini!" bentak suara orang itu mengagetkan Birawa.

Dia melihat di depannya orang yang menggunakan topeng hitam itu menyerangnya dengan menggunakan tongkat bambu. Serangan yang di lakukan penyerang sangat cepat sehingga membuat Birawa kelabakan meladeninya.

Setelah meladeni serangan sebanyak dua puluh jurus Birawa mengernyitkan keningnya sebab dia merasa kalau penyerang sepertinya tidak berniat membunuhnya.

"Mungkinkah ini Kakek Tapak Malaikat?" gumam Birawa yang menjadi bengong.

Bukkk.... Bukkk....

"Aaaaaa...."

Aksi bengong Birawa berapa saat membuat badannya menjadi makanan tongkat penyerang sehingga tubuhnya menggelundung membentur bebatuan yang ada di sana. Birawa berusaha bangkit dengan cara menekan rasa sakit yang muncul ditubuhnya.

"Apakah hanya segitu kesaktian yang kamu miliki untuk menghadapi dunia yang tak karuan sekarang ini?" Orang yang menyerangnya bertanya dengan suara mengejek.

"Siapa kamu?" tanya Birawa bingung.

Dengan enteng orang yang menyerangnya membuka topeng yang membungkus kepalanya, begitu topeng terbuka sejenak Birawa menjadi bengong.

"kakek...." teriaknya dengan nyaring sebab orang yang ada di depannya tidak lain merupakan Kakek Tapak Malaikat.

"Birawa, dengan kesaktian yang kamu miliki saat ini kamu tidak akan mampu bertahan lama di luar sana, apalagi sampai bermimpi untuk merebut Kerajaan kembali, sekarang berdirilah aku akan menempa dirimu menjadi pendekar tiada tanding!" Kakek Tapak Malaikat berkata dengan sorot mata tajam.

"Baik kek," jawab Birawa patuh tanpa sedikitpun dia mengeluarkan kata bantahan.

Birawa di bawah bimbingan Tapak Malaikat terus saja berlatih menempa diri siang dan malam. Birawa hanya berhenti berlatih saat istirahat sebentar dan ketika mengisi perutnya selebihnya waktu terus Birawa gunakan untuk berlatih.

Berkat tekadnya yang kuat hanya dalam waktu dua belas bulan menempa diri sudah membuat Birawa menjadi pribadi yang berbeda dari sebelumnya.

Suatu malam saat Birawa sedang asik latihan dia dipanggil oleh Kakek Tapak Malaikat untuk menghadapnya, dengan takzim Birawa bersimpuh di hadapan tokoh sakti mandera guna itu.

"Pangeran Birawa, sudah dua belas bulan kamu berlatih di sini ditambah satu bulan semadi, sekarang kamu sudah menjadi pribadi yang berbeda, di luar sana hanya ada beberapa tokoh yang bisa menandingi kamu sekarang itupun semuanya sudah menarik diri dari dunia persilatan, besok pagi kamu keluarlah dari jurang ini, kamu temui Ayah kamu bersama keluarga yang lain, mereka sekarang sembunyi di tempat rahasia yang bernama Kertajaya, kasihan selama ini keluargamu terus memikirkan kamu, ingat satu hal kamu sekarang merupakan buronan dari raja yang sekarang, jadi ketika keluar dari sini kamu jangan menunjukkan jati diri kamu, selain itu jika tidak terlalu di perlukan kamu harus menahan diri supaya tidak menggunakan kesaktian terlebih jurus Tapak Malaikat yang sudah kamu kuasai, tapi sebelum kamu pergi, malam ini kamu harus berendam di dalam Telogo Jiwo untuk menyempurnakan kekuatan yang kamu miliki." Kakek Tapak Malaikat berkata panjang lebar.

"Baik kek, aku akan melaksanakannya," jawab Birawa dengan patuh kepada tokoh sakti yang sudah menjadi gurunya itu.

"Perlu kamu ingat ketika kamu di luar selain membantu Ayahmu merebut kembali kerajaan, aku akan memberikan satu tugas khusus buat kamu, namun sekarang juga kamu harus mulai berendam di Telogo Jiwo, supaya kekuatan Malaikat yang kamu kuasai lebih sempurna lagi." Tapak Malaikat berkata kepada Birawa.

"Baik kek," jawab Birawa dengan patuh.

Tanpa menunda Birawa segera menuju ke dalam ruangan goa yang paling dalam untuk berendam di dalam telaga yang dimaksud. Telaga tersebut merupakan sebuah kolam air berwarna merah darah yang selalu mendidih, dan mengeluarkan asap juga berwarna merah.

Ketika Birawa berdiri di pinggir telaga itu serta merta hidungnya langsung menciup bau menyengat yang menyesakkan napasnya. Tanpa ragu dia melepas pakaiannya dan langsung menceburkan diri kedalam kolam berwarna merah darah tersebut.

********

Ketika sinar mentari kelihatan menembus sela-sela goa, Birawa keluar dari Telogo Jiwo, Birawa yang baru keluar dari dalam telaga merasakan gerakannya sangat ringan seperti kapas.

Selain itu Birawa merasakan setiap gerak badannya berisi tenaga yang sangat dahsyat. Dengan cepat Birawa langsung menuju tempat Kakek Tapak Malaikat berada.

Birawa melihat tokoh sakti yang menjadi gurunya itu berdiri di mulut goa menghadap matahari yang baru terbit dan berwarna kekuningan di langit.

"Kamu sudah selesai berendam di Telogo Jiwo?" tanya Tapak Malaikat berkata tanpa menoleh.

"Iya kek, aku sudah berendam di Telogo Jiwo," jawab Birawan sambil menunduk takzim.

"Sekarang kamu ganti pakaian kamu dan temui aku di tempat biasa!" perintah Kakek Tapak Malaikat kepada Birawa.

Kakek Tapak Malaikat menatap Birawa yang duduk bersimpuh di hadapannya dengan sorot mata tajam, sementara Birawa hanya menunduk saja melihat kakek itu menatapnya demikian.

"Birawa, sekarang kamu akan meninggalkan goa ini, namun sebelum kamu meninggalkan tempat ini ada beberapa hal yang perlu aku sampaikan kepadamu." Kakek Tapak Malaikat kepada Birawa.

"Iya kek," jawab Birawa dengan khidmat.

"Setelah keluar dari sini kamu tanggalkan semua yang kamu punya selama ini termasuk rahasiakan status Pangeran yang kamu punya, mulai sekarang kamu memakai nama Tapak Malaikat," jelas si kakek kepada Birawa.

"Tapi kek, bukankah itu nama kakek?" tanya Birawa bingung.

Melihat Birawa bingung si kakek tersenyum, matanya menerawang jauh sebelum dia berkata lagi.

"Tapak Malaikat bukan merupakan namaku, namaku yang sebenarnya Amoksa Saloka, gelar itu aku peroleh dari guruku yang sebelumnya dipakai oleh dia, sekarang kamu yang harus memakai gelar itu dalam membasmi kejahatan," jawab Kakek Tapak Malaikat yang asli bernama Amoksa Saloka.

"Namun kek, apakah aku pantas menerima gelar yang besar itu, dan apa arti dari gelar itu kek?" tanya Birawa lagi yang tak dapat menyembunyikan perasaan heran bercampur bingung.

"Birawa, kamu lebih dari pantas menerima gelar itu, adapun arti gelar itu Malaikat merupakan makhluk agung yang sangat patuh pada pencipta, sementara tapak merupakan perwakilan dari perbuatan dan tapak tanganlah yang di pakai untuk menghukum kejahatan di dunia ini jadi Tapak Malaikat merupakan Penghukuman Makhluk Agung Atas Kehahatan, kamu harus ingat selama kamu menyandang gelar itu jangan sekali-kali kamu mengotorinya dengan perbuatan yang salah, dan jika nanti kamu mempunyai murid gelar itu harus kamu turunkan pada muridmu, apakah kamu paham?" tanya Si Kakek kepada Birawa.

"Iya kek aku paham," jawab Birawa.

"Satu hal lagi setelah keluar dari sini aku tidak melarang kamu untuk melakukan apapun namun apapun yang kamu lakukan harus selalu di jalan yang benar, dan aku tidak melarang kamu untuk membantu Ayahmu merebut tahta asal semuanya kamu lakukan dengan cara yang benar dan rasa keadilan," jelas Si Kakek lagi.

"Baik Kek,aku akan ingat apa yang Kakek katakan, bukankah Kakek kemarin pernah bilang kalau ada tugas yang harus aku lakukan?" tanya Birawa kepada Si Kakek.

"Benar sekali, sebenarnya tugas ini sudah aku lakukan seumur hidupku namun sampai aku menyendiri di sini aku belum mampu menyelesaikan tugas ini aku harap kamu yang akan bisa menyelesaikannya," jelas Si Kakek kepada Birawa.

"Tugas apa kek?" tanya Birawa dengan penasaran yang sangat besar.

######

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status