Aku dan Kekasih Suamiku (26)
.
Untuk beberapa saat kedua orang yang baru saja kubongkar rahasianya itu terdiam, terlebih dihadapan Lusi. Mana mungkin mereka akan mengakui kebobrokan masalalunya di hadapan anaknya?
"Pa, Ma. Kenapa diam? Katakan apa yang sebenarnya terjadi."
Aku tersenyum kecut, melihat orang yang hendak menghancurkan rumah tanggaku nyatanya justru akan hancur dengan sendirinya. Mungkin ini yang dinamakan 'karma'.
"Pak Akbar, Bu Hanum. Kenapa? Lebih baik jujur, bukan?"
"Lancang kamu!" bentak perempuan yang duduk di atas kursi roda itu.
Bukan aku ingin menjadi wanita yang jahat, hanya saja mereka sudah lebih dulu menjahatiku. Mungkin dulu ibuku diam, dan menerima semuanya. Namun, aku tak terima. Mereka harus mendapatkan sanki atas apa yang sudah dilakukannya.
Kulihat Pak Akbar menarik rambutnya kasar, lalu menatapku dan Lusi secara bergantian. Bisa kulihat jelas bahwa dia tengah tertekan dengan keadaan saat ini.
Aku dan Kekasih Suamiku (27)“Kamu sudah tahu kalau Lusi kecelakaan?” tanya ibu ketika aku baru saja pulang bekerja.Aku memicingkan mata, “dari mana Ibu tahu?”Wanita yang telah melahirkanku itu tersenyum, lalu berjalan mendekat ke arahku. “Apa kamu pikir gara-gara Ibu tidak perna bertanya padamu mengenai masalahmu lantas Ibu tidak tahu?”Sampai ibu berkata demikian pun aku masih belum paham mengenai apa yang beliau maksud. Memang selama ini aku sangat jarang sekali menceritakan masalah pribadiku pada ibu maupun bapak karena aku takut jika apa yang kuceritakan akan menganggu pikirannya.“Bu ….”“Sayang … selama ini Ibu dan Bapak hanya diam, tapi diamnya kami bukan karena tidak perduli melainkan kami memilih mengawasimu seperti sebelumnya,” kata ibu lagi memotong pembicaraanku.“Selama ini Ibu pun kesana kemari mencari informasi tentangmu dan semua yang berhubungan denganmu. Semua itu kulakukan karena semata-mata kami tidak ingin ada yang menyakiti hatimu, Nak.”Kedua mataku berkaca-k
Aku dan Kekasih SuamikuPart 28Satu tahun kemudian ...."Sarapannya sudah siap, Mas," ucapku pada Mas Chandra ketika aku baru saja menyiapkan dua lembar roti tawar dengan selai kacang di atasnya, juga susu hangat di samping piringnya."Iya, sebentar," jawabnya dari kamar.Aku tersenyum tipis, lalu melanjutkan menyiapkan sayuran yang hendak kumasak untuk makan siang. Namun, sebelum itu aku mengelus lembut perutku yang mulai menyembul.Ya, tepat bulan ini usia kandunganku sudah memasuki bulan ke tujuh, rencananya sepulang dari kantor Mas Chandra akan mengantarkanku pergi ke dokter untuk kontrol bulanan.Tak berselang lama, Mas Chandra menghampiriku dengan melingkarkan tangannya di perut buncitku. Dia menciumi pipiku brutal hingga aku meletakkan pisau yang kugunakan untuk mengupas bawang."Ini masih pagi, Mas," ledekku, membuatnya terkekeh kecil lalu melepaskanku."Kamu cantik banget hari ini," ujarnya.Aku mendengus, lalu mundur darinya. "Jadi aku cantiknya hari ini saja?"Dia tak han
Suara Di Bilik Iparku(Suamiku di arak warga karena berselingkuh)**"Hanum, aku begitu mencintaimu. Kamu bagai candu buatku. Aku harap hubungan kita tidak sampai ketahuan oleh Anisa, istriku. Untung saja Anisa tidurnya kaya kebo, mau gempa sebesar apapun nggak bakal bangun. Jadi aku bisa bermesraan denganmu."Kuremas dadaku sendiri ketika kudengar suara Mas Akbar merayu Hanum, iparku, istri adiknya sendiri di dalam bilik Hanum yang tengah ditinggal oleh suaminya pergi keluar kota. Aku terbangun saat kurasakan perutku mulas ingin ke kamar mandi, tapi langkahku terhenti ketika mendengar suara mesra dari dalam bilik iparku.Sejak kapan mereka memiliki hubungan terlarang ini? Bahkan kini mereka berani bermesraan di belakangku. Tega sekali!Aku yang masih mendekatkan telingaku di daun pintu bilik Hanum seakan lemas tak bertenaga. Bingung, entah apa yang harus aku lakukan sekarang."Tidak akan, Sayang. Hubungan kita akan
Suara Di Bilik Iparku (2)(Suamiku diarak warga karena berselingkuh)**"Arak saja, Mbak, Mas. Aku ridho," tuturku final, membuat suami dan iparku yang baru saja ketahuan berselingkuh itu tertunduk semakin dalam.Rasa sakit hati yang mereka torehkan di dalam hatiku begitu dalam. Bagaimana bisa mereka memadu kasih di dalam rumah yang kami jadikan sebagai tempat dalam membangun sebuah cita-cita dan harapan bersama? Terlebih ia melakukannya dengan iparnya sendiri, istri dari adik laki-lakinya. Keterlaluan!Kedua orang terdekatku itu pias ketika Mas Agus dan Mbak Mawar menyerahkan semua keputusan pada ketua RT dan para warga. Hanum mulai menangis, mengusap pelan pipinya yang telah basah. Sedangkan Mas Akbar hanya tertunduk dengan kedua tangannya yang saling meremas.Rasakan sendiri, Mas. Apa kamu pikir diamku tak pernah ada batasnya? Kamu lihat sendiri, kan? Sekali aku tahu kelakuan burukmu, tamatlah riwayatmu."
Suara Di Bilik Iparku (3)(Suamiku diarak warga karena berselingkuh)**Hari sudah menjelang pagi saat Mas Akbar dan Hanum sampai kembali di rumah usai diarak warga karena hubungan terlarang yang mereka lakukan di rumahku dan Mas Akbar. Hanum tampak pucat, sepertinya sepanjang jalan banyak pasang mata yang menyaksikan saat mereka tengah diarak karena ketahuan berselingkuh.Mas Agus menjatuhkan tubuhnya di atas sofa ruang tamu, begitu pun Mas Akbar dan Hanum. Sedangkan Pak RT hanya berdiri di samping Mas Akbar sampai aku memberikan tempat untuknya."Mbak Anisa, maaf jika saya selaku RT melakukan hal ini. Tapi saya harap kejadian ini tak terulang lagi," tuturnya dengan nada rendah.Aku bisa paham, kejadian seperti ini merupakan aib keluarga. Tak seharusnya banyak pasang mata menyaksikan akibat perbuatan mereka, tapi aku sungguh tidak mau jika suatu saat nanti mereka akan melakukan hal yang sama."Mas Agus, Mbak Mawar, maaf j
Suara Di Bilik Iparku (4)(Suamiku diarak warga karena berselingkuh)**"Istri nggak ada guna! Ditinggal cari nafkah malah selingkuh. Tak main-main selingkuhnya sama kakak kandungku sendiri. Dasar murah*n!" hardik Bara saat ia telah sampai di rumahku pukul sembilan pagi.Sejak Subuh tadi aku tak beranjak dari tempat dudukku selain hanya mengerjakan sholat Subuh. Sedangkan Mas Agus dan Mbak Mawar hanya pulang sebentar untuk mengurusi anak-anak mereka yang hendak berangkat ke sekolah.Pernikahanku dan Mas Akbar yang berjalan hampir dua tahun ini juga belum dikaruniai seorang anak, pun begitu juga dengan pernikahan Hanum dan Bara. Mereka menikah setahun yang lalu, tapi Tuhan belum menitipkan buah hati pada mereka."Mas, maaf. Aku khilaf," bela Hanum ketika kedua mata Bara mulai memerah karena amarah pada istrinya itu.Mas Akbar hanya tertunduk dalam, sepertinya ia benar-benar telah menyesali perbuatan hinanya it
Suara Di Bilik Iparku (5)(Suamiku diarak warga karena berselingkuh)**Aku tak tahu bagaimana jalan fikiran Mas Akbar, bisa-bisanya ia akan melabrak Bu Wati yang sudah mengunggah video saat ia tengah diarak warga karena kedapatan selingkuh dengan Hanum, Iparku. Seharusnya ia malu, bukannya malah melabrak Bu Wati. Aneh memang.Mas Akbar terlihat sangat marah dan lantas berjalan ke arah rumah Bu Wati yang jaraknya tak terlalu jauh dari rumah. Aku hanya mengikutinya dari belakang tanpa berniat mencegahnya yang hendak melabrak tetangga kami itu."Bu ... Bu Wati. Keluar!" teriaknya lantang di depan pintu rumah Bu Wati, membuatku berhenti seketika di depan pagar rumah Bu Wati.Tak puas dengan panggilannya yang memekakkan telinga, Mas Akbar pun juga menggedor pintu rumahnya kasar bak orang kesetanan. Hingga tak berselang lama, keluar lah sang tuan rumah dengan wajah tak kalah garangnya dengan Mas Akbar."Lho, Mas A
Suara Di Bilik Iparku (6)(Suamiku diarak warga karena berselingkuh)**Tubuhku masih tertegun di depan pintu masuk rumah saat baru saja pulang dari rumah Bu Wati. Tepatnya setelah mengikuti Mas Akbar yang baru saja melabraknya yang sudah menyebarkan videonya saat diarak warga karena berselingkuh.Pikiranku berkecamuk, memikirkan perkataan Bu Wati mengenai rumah tanggaku dan Mas Akbar.Aku menarik nafas panjang, saat mengingat kejadian beberapa saat yang lalu."Mbak, sebenarnya gimana, sih? Kok Mas Akbar bisa selingkuh? Sama iparnya pula."Astaga. Aku kira mau membicarakan apa, ternyata dia hanya ingin mengorek informasi dariku. Belum juga kering luka di dalam hatiku, Bu Wati sudah berusaha memperdalam lukanya lagi.Bu Wati, adalah seorang janda dengan harta yang terbilang cukup banyak di lingkungan ini. Berbekal dengan usaha tinggalan suaminya yang telah meninggal, ia tak perlu repot-repot lagi mencari uang meski anak-anaknya ma