Share

Bab 6

Suara Di Bilik Iparku (6)

(Suamiku diarak warga karena berselingkuh)

**

Tubuhku masih tertegun di depan pintu masuk rumah saat baru saja pulang dari rumah Bu Wati. Tepatnya setelah mengikuti Mas Akbar yang baru saja melabraknya yang sudah menyebarkan videonya saat diarak warga karena berselingkuh.

Pikiranku berkecamuk, memikirkan perkataan Bu Wati mengenai rumah tanggaku dan Mas Akbar.

Aku menarik nafas panjang, saat mengingat kejadian beberapa saat yang lalu.

"Mbak, sebenarnya gimana, sih? Kok Mas Akbar bisa selingkuh? Sama iparnya pula."

Astaga. Aku kira mau membicarakan apa, ternyata dia hanya ingin mengorek informasi dariku. Belum juga kering luka di dalam hatiku, Bu Wati sudah berusaha memperdalam lukanya lagi.

Bu Wati, adalah seorang janda dengan harta yang terbilang cukup banyak di lingkungan ini. Berbekal dengan usaha tinggalan suaminya yang telah meninggal, ia tak perlu repot-repot lagi mencari uang meski anak-anaknya masih sekolah di perguruan tinggi.

"Em ... Aku nggak tau, Bu. Semua terjadi begitu aja," jawabku singkat karena memang sedang tak ingin membahas masalah itu lagi.

Bu Wati mencebik, lalu mengibaskan tangannya yang ada beberapa gelang terpasang di sana.

"Lho, kok bisa nggak tau. Jadi istri itu yang peka, ngerti sama gelagat suaminya yang mencurigakan. Masa bisa sampai kecolongan seperti itu. Di rumah sendiri pula," tandasnya semakin memojokkanku.

"Kalau jadi aku ya, Mbak. Punya suami itu dijaga, diperhatiin, biar kalau ada apa-apa yang mencurigakan aku bisa langsung paham," ujarnya lagi.

"Introspeksi diri sendiri, kurangnya apa, kok bisa suaminya selingkuh. Terlebih sama iparnya sendiri. Parah banget."

"Sudah, Bu? Kalau sudah saya mau pamit pulang dulu," kataku tanpa memperdulikan semua perkataannya.

Bukan aku tak bisa menjawab tuduhan dan pernyataannya tentangku, tapi memang saat ini aku benar-benar sedang tak ingin berdebat dengan siapapun. Lagipula, menurutku Bu Wati terlalu lancang dengan mencampuri urusan rumah tanggaku.

"Lhooo ... Diajak ngobrol malah ngibrit pergi. Nggak sopan. Pantas aja suamimu selingkuh! Kamunya aja ternyata kaya gitu!" teriak Bu Wati ketika aku telah berhasil melewati pagar rumahnya.

Hatiku kembali geram, ternyata apa yang terjadi dalam rumah tanggaku ini ada pihak yang juga menyalahkanku.

Benarkah kalau memang karena sikapku sendiri? Sehingga Mas Akbar selingkuh dengan Hanum?

Huufftt haaahh

Kudorong pintu rumah pelan, berusaha menahan air mata yang telah menggenang di pelupuk mata. Tak ada seorang pun yang tau tentang seluk beluk rumah tanggaku, pun bagaimana sikap Mas Akbar kepadaku saat di rumah.

Memang kuakui di mata masyarakat Mas Akbar adalah sosok lelaki yang sangat dikagumi banyak orang. Pembawaannya yang santai dan wibawa membuatnya sangat disegani oleh para tetangga sekitar.

Namun, apa yang terjadi di dalam rumah nyatanya sangat berbanding terbalik dengan apa yang ia suguhkan di luar rumah. Bagai bermuka dua, saat Mas Akbar terlihat manis ketika dihadapan orang tapi terlihat acuh ketika bersamaku, istrinya.

Meskipun begitu, tak jarang Mas Akbar juga bersikap manis kepadaku meskipun hanya bisa dihitung dengan jari.

"Astaga. Apa-apaan ini?" kataku ketika melihat seisi rumah berantakan bak kapal pecah sedangkan tak kulihat keberadaan Mas Akbar.

Aku berjalan menyusuri rumah, melihat sekeliling yang sama berantakannya dengan ruang depan.

"Sudah puas kamu!"

Tiba-tiba saja aku terlonjak saat suara bariton Mas Akbar mengagetkanku, rupanya ia tengah terduduk di dalam kamar bekasnya memadu kasih dengan Hanum.

Aku menatapnya yang terlihat sangat marah, "sudah puas kamu membuat suamimu ini malu? Diarak keliling desa, dihina tetangga, direndahkan. Kamu puas sekarang?" cecarnya menghakimiku.

Namun, bukan rasa takut lagi yang aku rasakan. Melainkan rasa puas ketika ia marah karena merasa malu atas perbuatannya.

"Puas, sangat puas. Terlebih saat semua pasang mata melihatmu yang tengah digelandang warga karena perbuatan hinamu dan Hanum. Itu belum seberapa, Mas. Masih ada banyak kejutan yang akan menunggumu setelah ini. Apa kamu tidak berfikir kalau apa yang kamu dapatkan ini adalah hasil dari perbuatanmu sendiri? Semua tak akan seperti ini jika kamu tidak berselingkuh, kan?" tandasku telak.

Ia semakin terlihat marah, lalu berdiri dan menghampiriku. Wajah garangnya terlihat sangat menakutkan, tapi sekarang bukan saatnya lagi aku takut dengannya melainkan perbuatan buruk serta semena-menanya ini harus dilawan. Ternyata diamku selama ini dijadikan hal lumrah untuk Mas Akbar hingga ia berani berbuat curang kepadaku.

"Katakan sekali lagi!" tandasnya saat ia sampai di depanku.

Aku membalas tatapan tajamnya, kini aku bak menjelma seperti seekor singa yang baru saja diberi kebebasan oleh tuannya.

"Aku puas. P-u-a-s! Sangat puas!"

Plakkk

Satu tamparan keras Mas Akbar layangkan di pipi kiriku hingga membuat badanku sedikit terhuyung kesamping.

Kukepalkan tanganku dan beralih menamparnya secara bergantian.

"Panas di pipiku ini tak sebanding dengan rasa sakit dan terbakarnya di dalam hati sini. Kamu dengar! Adapun aku sekarang masih bertahan di rumah ini, semua ini karena orang tuamu yang mengidap penyakit jantung! Andai aku tak punya perasaan pasti saat ini juga aku sudah melabrak kediaman orang tuamu dan mengatakan yang sebenarnya."

Ia terlihat pias ketika aku mengatakan tentang orang tuanya. Apa sebelum ini ia sama sekali tak memikirkan tentang perasaan orang tuanya? Hingga ia dengan teganya meniduri istri adiknya sendiri? Benar-benar bejat.

"Kenapa diam? Jawab! Apa perlu aku menelepon ibumu sekarang? Iya? Baiklah ... Aku akan telepon sekarang, ya," tandasku mengancam, padahal sejujurnya aku pun tak tega jika saat ini harus berkata jujur pada mertuaku.

Mas Akbar bagai orang yang kehilangan akal, sebentar baik, sebentar jahat, bahkan sebentar kasar, sebentar berubah menjadi lembut. Ia jatuh tersungkur di depanku, memegang kedua lulutku dengan air mata menggenang di kedua matanya.

"Maaf, aku minta maaf ...."

Air matanya tumpah, ia menangis sesegukan dengan terus memegangi lututku. Haruskah aku memaafkannya? Tapi, rasa sakit yang ia torehkan ini terlalu dalam untuk kumaafkan.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Lea Octa
dasar laki laki edan .... bisa nya berbuat kasar ga sadar diri
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status