Suara Di Bilik Iparku (9)
(Suamiku diarak warga karena berselingkuh)**
"Mbak, kalau bisa tolong pindahkan 80% uang di dalam rekening ini ke dalam nomor ini, ya. Maaf, tadi suamiku, yang memiliki rekening ini berpesan begitu. Beliau tidak bisa hadir sendiri ke bank karena sedang ada urusan yang sangat penting," tuturku saat petugas bank itu tengah mengecek rekening Mas Akbar.
Aku memang sengaja sedikit berbohong agar semua yang kulakukan ini terlihat lebih meyakinkan.
Petugas itu pun mengangguk, lalu kembali fokus pada layar komputernya. Mungkin hal ini bisa saja terjadi karena aku memegang surat kuasa yang ditanda tangani oleh Mas Akbar sendiri. Syukurlah, seakan alam pun ikut merestui ketika aku tengah di sakiti oleh Mas Akbar.
Aku tergagap, lamunanku buyar ketika sopir taksi yang kukendarai menginjak pedal rem kuat.
"Oh, maaf, Mbak. Itu tadi ada anak kecil tiba-tiba lari," katanya meminta maaf padaku
Suara Di Bilik Iparku (10)(Suamiku diarak warga karena berselingkuh)Pov Hanum**Aku ingin mati! Tidak ada gunanya aku hidup! Semua sudah sia-sia!"Buka mulutmu! Kamu bisu!" hardik Mas Bara untuk kesekian kalinya ketika ia mendesakku agar berkata jujur perihal hubunganku dengan Mas Akbar, kakak kandungnya.Air mataku sudah tak dapat lagi keluar setelah sepanjang perjalanan pulang Mas Bara memakiku dengan segala sumpah serapah. Kini, aku tengah duduk tersungkur di bawah kakinya yang lagi-lagi memakiku hingga telah habis harga diriku."Dasar murahan, lebih baik kamu kaw*n sana sama kuda jantan biar puas sekalian! Jadi perempuan nggak ada bersyukurnya!" teriak Mas Bara lantang. Memang kuakui aku terlalu gegabah dengan mengikuti alur perasaanku pada kakak iparku, sehingga kini aku menuai apa yang telah kuperbuat."Aku kurang apa? Katakan! Semua kebutuhan dari ujung rambut hingga ujung kaki sudah kupenuhi,
Suara Di Bilik Iparku (11)(Suamiku diarak warga karena berselingkuh)Pov Hanum II**Aku mengepal tangan kuat ketika Mas Bara lebih membiarkanku mati daripada membelaku. Apa dia sudah tidak cinta denganku sehingga tidak mau memperjuangkanku?Dasar Mbak Anisa, gara-gara dia sekarang aku harus seperti ini. Lagian kenapa sih Mbak Anisa harus sekatrok itu membiarkan aku dan Mas Akbar diarak warga? Bukannya jaman sekarang itu udah biasa seorang suami suka sama perempuan lain? Dianya saja yang tidak bisa memuaskan suaminya, pakai nyuruh-nyuruh Mas Agus sama Mbak Mawar ngarak aku sama Mas Akbar segala. Lihat saja, aku nggak bakal terima kalau sampai rumah tanggaku dengan Mas Bara hancur karena ini!"Kenapa diam? Mati sana kalau mau mati. Mau aku pasangkan dulu talinya buat gantung diri?" cecar Mas Bara membuatku semakin muak.Suami apa dia? Harusnya aku mengancam seperti itu dia luluh, tidak malah menyuruhku seperti
Suara Di Bilik Iparku (12)(Suamiku diarak warga karena berselingkuh)**[Bara, apa kamu tahu kalau setiap bulannya Mas Akbar transfer uang ke rekening Hanum?]SendKuhela nafas panjang, aku harus memastikan apakah Bara tahu tentang uang yang selalu suamiku kirimkan untuk istrinya. Jika ia tidak tahu, maka mereka berdua benar-benar keterlaluan.Tak hanya tubuh saja yang mereka bagi, melainkan juga materi. Apa Mas Akbar dan Hanun sama sekali tidak punya hati? Membagi seluruh kepunyaan kami. Apa belum cukup semua yang telah akudan Bara lakukan kepada mereka. Keterlaluan!Sekitar sepuluh menit, tak kudapatkan balasan dari Bara. Karena hari sudah menjelang malam, aku memutuskan untuk beranjak dan masuk ke dalam kamar mandi untuk membasuh tubuhku yang sangat penat ini.Gemericik air yang mengalir lewat kran membuat pikiranku sedikit lebih tenang, dinginnya air yang mengguyur tubuhku seakan mengangkat sediki
Suara Di Bilik Iparku (13)(Suamiku diarak warga karena berselingkuh)**"Mbak, Mas. Aku sama Anisa ikut mobil kalian saja, ya. Badanku sedikit kurang enak badan, nggak kuat nyetir sendiri," tutur Mas Akbar ketika kami telah berkumpul di depan rumah Mas Agus hendak berangkat ke rumah orang tuanya.Kedua kakaknya itu hanya terdiam, lalu masuk ke dalam mobil fortuner miliknya."Anisa, kamu di belakang sama aku, ya." Mbak Mawar meneriakiku dari seberang mobil, sedangkan Mas Agus telah lebih dulu masuk ke dalamnya.Hatiku miris, ketika melihat Mas Akbar benar-benar diacuhkan oleh kakaknya. Aku hanya tersenyum, lalu masuk ke dalam mobil mengikuti Mbak Mawar. Selama ini Mas Akbar tak pernah mengijinkan aku untuk belajar menyetir mobil, katanya hanya kan membuang anggaran rumah tangga kalau sampai aku minta dibelikan mobil sendiri.Kami berjalan dalam diam, terlebih dengan Mas Agus yang duduk bersebelahan deng
Suara Di Bilik Iparku (14)(Suamiku diarak warga karena berselingkuh)**Kutundukkan kepalaku di atas pusara ibu mertuaku. Tangisan pilu Mbak Mawar dan Wulan masih terdengar jelas di telingaku.Mereka sangat kehilangan wanita yang telah melahirkannya itu. Terlebih kepergian ibu sangat mendadak dan juga sedikit banyaknya atas tragedi yang menimpa anak lelaki dan menantu perempuannya.Miris, ketika nyawa seorang ibu harus melayang karena ulah anaknya sendiri. Mas Akbar dan Hanum benar-benar tak punya hati. Mereka seakan hanya memperdulikan hasrat dan nafsunya saja tanpa memperdulikan perasaan orang-orang terdekatnya.Entah, akan jadi apa manusia seperti mereka. Kini, bahkan orang yang paling berjasa dalam hidup mereka harus meninggalkan kami terlebih dahulu karena rasa sakit dalam hatinya yang ia bawa sampai mati.Dua hari berselang setelah aku mundur dari menantu keluarga ini ibu sakit parah dan akhirnya mengh
Suara Di Bilik Iparku (15)(Suamiku diarak warga karena berselingkuh)**"Bara, tolong ... Bawa dia keluar," ucap Mas Agus memberi perintah pada adik iparnya tanpa memandang Hanum sedikitpun.Sedangkan Wulan masih menangis sesegukan di pelukanku. Ia sangat terpukul dengan kepergian ibunya, wajar jika ia bersikap seperti ini. Para kerabat yang masih tinggal di rumah ini pun ikut menangis, mereka merasa kasihan dengan nasib Wulan.Bara diam bergeming. Namun, sedetik kemudian ia melangkah dan menarik Hanum yang terduduk di lantai dapur."Mas, tolong. Maafkan aku, aku memang salah. Tapi berikan aku kesempatan lagi. Bagaimanapun juga aku juga masih menantu di rumah ini," tutur Hanum membela diri, membuat beberapa kerabat kami saling berbisik."Dasar wanita tak tahu diri! Pergi kamu dari sini!" racau Wulan lagi membuat suasana semakin panas.Kupeluk erat adik iparku itu, selain untuk menenangkannya aku tak i
16 Suara Di Bilik Iparku (16)(Suamiku diarak warga karena berselingkuh)Tadi malam, akhirnya kuputuskan untuk tidur di rumah orang tua Mas Akbar. Jika bukan karena kasihan pada Wulan, aku sudah tak akan mau tidur di sana lagi karena aku telah memutuskan untuk sejenak menjauh dari Mas Akbar dan keluarganya sampai luka di hatiku sembuh.Pagi ini aku bersiap-siap, memasukkan beberapa barang yang semalam aku keluarkan di kamar Wulan seperti cas ponsel, peralatan make-up dan mukena. Wulan sudah tak nampak lagi di dalam kamarnya, mungkin ia sedang di luar membantu Mbak Mawar beres-beres usai acara semalam.Memang sudah menjadi kebiasaan warga di tempat ini jika ada seseorang yang meninggal akan diadakan acara tahlilah selama tujuh hari berturut-turut. Rencananya aku hanya akan datang kemari tanpa menginap lagi, karena sungguh ... Berhadapan dengan Mas Akbar bak menyiram air garam di atas lukaku."Mbak, jadi balik?" tanya Wulan tiba-tiba membuyarkan lamuna
Suara Di Bilik Iparku (17)(Suamiku diarak warga karena berselingkuh)Hatiku berkecamuk saat bapak menanyakan tentang rumah tanggaku dengan Mas Akbar. Beberapa hari setelah kepulanganku ke rumah ini, aku sama sekali belum menceritakan tentang masalah yang sebenarnya terjadi antara aku dan Mas Akbar, bahwasannya kami baru saja mengalami pertengkaran hebat karena perbuatan buruk Mas Akbar."Nisa, rumah tanggamu baik-baik saja, kan?" tanya bapak sekali lagi saat aku tak kunjung menjawab pertanyaannya.Aku menghela nafas panjang, lalu kembali menghampiri kedua orang tuaku yang masih duduk di sofa ruang tamu. Di satu sisi aku tak ingin mereka tahu kabar ini dari orang lain, tapi di sisi lain aku sangat takut jika kabar yang akan kusampaikan ini pada akhirnya hanya akan membuat kesehatan kedua orang tuaku memburuk.Jantungku berdegup kencang. Aku sadar, meski sekuat apapun aku menyembunyikan masalah ini, cepat atau lambat mereka pasti akan tahu juga. Dan s