Share

Bab 2 Kelakuan Suami

"Loh, ibu ngapain di kamarku?" tanyaku kaget.

"Mau ambil uang anakku yang tadi dia kasih ke kamu," jawab ibu dengan nada agak gugup.

Astaga! Gini amat punya mertua.

"Lah, itu kan uang Nela. Kalau ngambil tanpa izin itu namanya mencuri loh Bu. Mas Dimas kan ngasih juga untuk makan dan minum sehari-hari," tukasku tak terima.

Wajah ibu merah merona dan jengkel. Sepertinya dia tidak terima aku bilang pencuri.

"Berani sekali, kamu bilang ibu curi uangmu! Itu uang Dimas anakku! Paling kamu pake buat keperluan kamu sendiri kan!?" kata ibu tanpa rasa bersalah.

"Gimana sih ibu ini, kan Mas Dimas udah ngasih aku, jadi itu uang aku dong. Ibu kan sudah dapat jatah bulanan dari Mas Dimas juga," kataku tak mau kalah. Enak saja dia mau mengambil uang bulanan itu. Bisa saja aku kasih, toh aku juga punya penghasilan. Tapi aku tidak mau dan tidak suka caranya seperti itu.

"Halah, tadi katanya nggak masak, mending uangnya buat ibu beliin makanan buat kalian aja," hardik ibu sambil berlalu pergi.

Aku hanya geleng kepala melihat kelakuan mertuaku itu.

Akhirnya niat mandi dibatalkan, takut ibu datang lagi. Bukannya pelit, tapi lihat saja kelakuannya sudah sangat keterlaluan. Masuk kamar orang sembarangan dan mau mengambil uang yang bukan haknya. Akhirnya aku membersihkan rumah. Menyapu, mengepel dan mencuci pakaian, lalu mandi. Setelah membersikan diri, aku langsung ke toko Aina untuk menitipkan jajanan yang sudah kubuat tadi pagi.

Sesampainya di toko, Aina langsung menghampiriku padahal belum juga aku masuk.

"Nel, untung kamu cepat datangnya," kata Aina.

"Kenapa, Na?" tanyaku heran, apalagi wajahnya seperti tidak biasa.

"Tadi, banyak banget orang yang datang nanya jajanan ini, sampai bosan aku jawab bilang belum datang mbak, mas, dek," jawabnya sambil tertawa.

"Wah, makin banyak yang suka ya sama jajanan buatanku ini," ucapku pada Aina.

"Iya Nel, banyak yang suka, aku juga suka banget sama kue-kue buatan kamu ini. Tidak hanya aku, karyawanku di ruko ini juga sering jajan di sini tau," kata Aina.

"Makasih ya Na, udah mau direpotin," kataku sambil tersenyum.

"Santai aja kali. Oh iya Nel, orang yang menempati rukoku yang di sebelah mau pindah. Kalo kamu mau pake, pake saja dulu buat jualan di situ," saran Aina.

Memang dari awal aku sudah bilang ke Aina kalau aku mau membuka toko kue dan rencanya mau pake rukonya untuk berjualan, karena tempat yang stategis. Bukan hanya sekolah, tapi kantor-kantor juga banyak di dekat ruko ini. Aina memiliki beberapa ruko di daerah sini, sahabatku ini memang kaya, bukan hanya ruko dia juga punya kontrakan juga. Seharusnya, penghasilanku bagi dua dengan Aina, karena aku memakai toko untuk menitipkan daganganku, tapi selalu dia tolak dengan alasan 'duitku udah banyak'. Ada-ada aja sahabatku ini.

"Beneran Na? Info ya kalau udah kosong. Tapi Na, aku takut ngak diizinin sama Mas Dimas. Nitip jualan aja aku masih sembunyi-sembunyi dari dia," pungkasku.

"Kamu cari orang aja buat jagain. Nanti, kalau suamimu berangkat kerja, kamu ke sini untuk kontrol. Dan kalau udah jamnya suamimu pulang, baru dah kamu pulang," jelas Aina sambil menyodorkan uang hasil kemarin.

"Ya udah deh, nanti aku pikir-pikir lagi," jawabku sambil berdiri hendak pulang.

"Jangan lama pikir, keburu diambil orang," kata Aina.

"Iya-iya, aku pulang ya. Makasih, Na," kataku lalu berlalu pergi.

Aina hanya mengangguk dan melambaikan tangan.

Aku menyalakan mesin motor dan meninggalkan parkiran ruko Aina.

Aku melaju dengan kecepatan sedang. Karena matahari yang menyengat dan membuat tenggorokanku kering, akhirnya aku memutuskan untuk mampir di cafe sebentar. Cafe favoritku waktu masin bujang.

Aku memilih tempat di pojok kanan di dekat jendela. Setelah itu kupesan minum saat pelayan datang.

Beberapa menit kemudian pelayan datang dengan membawa pesananku. Aku menikmati jus jeruk kesukaanku dengan suasana cafe yang begitu kalem.

Sontak mataku, tertuju pada dua pasangan yang masuk ke dalam cafe ini. Kutajamkan penglihatan, dan ternyata itu Mas Dimas bersama wanita yang tidak aku kenal.

Apa itu teman Mas Dimas ya? Tapi kok mereka kelihatan mesra banget kek orang pacaran. Peganggan tangan, dan si cewek sandar-sandar di bahunya Mas Dimas.

Karena penasaran, aku pindah duduk agak dekat dengan dua pasangan itu agar bisa nguping.

Mereka lalu memesan makanan.

"Sayang, abis dari cafe kita ke mall ya, kan kamu udah janji," kata wanita itu dengan suara manja.

Apa? Sayang?!

"Iya dong, Sayang. Belanja apapun yang kamu mau. Aku kan baru abis gajian," jawab Mas Dimas enteng.

Fix, Mas Dimas selingkuh! Wanita itu pasti selingkuhannya!

"Beneran, Mas? Tapi istri kamu tahu nggak?" tanya wanita itu.

"Ya enggaklah. Dia itu istri bodoh, nggak akan mungkin tahu. Dia aja nggak tahu gajiku berapa. Yang dia tahu aku setiap bulan ngasih uang bulanan tak seberapa," kata Mas Dimas enteng.

Deg!

Tega banget Mas Dimas ngomong begitu!

Seketika rasa benci dalam diri mulai bergejolak. Karena tak tahan, aku pun pergi dari cafe ini. Sebelumnya, aku memangil pelayan untuk membayar minuman tadi. Sebelum aku pergi tak lupa aku foto kelakuan da*jal Mas Dimas dan wanita itu.

BERSAMBUNG

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status