Share

Bab 5 Rahasia

"Kalau aku bilang aku kaya, mungkin semua harta benda ku jatuh ke tangan Mas Dimas dan ibu mertuaku. Mungkin juga aku tidak tahu sifat asli mereka," jelasku pada Aina.

Aku dan Aina menyusun rencana sedemikian rupa hingga, tak sadar sudah sore. akhirnya aku pamit pulang walaupun sebenarnya malas sekali aku pulang.

----------

Dua bulan berlalu, usaha toko kue semakin berkembang. Sekarng, penghasilanku diluar dugaan, bukan hanya hasil kue saja, tapi juga hasil dari proyek rancang baju bersama rekan-rekan mbak Fika.

Mas Dimas tetap sama seperti dulu, masi saja izin lembur dan selalu pulang pagi.

"Mas, kok kamu sering lembur?" tanyaku waktu kami sarapan bersama.

"Mau gimana lagi? ini tugas kantor," jawab mas Dimas.

"Ohiya dek, uang bulanan kamu mas potong ya, lima ratus ribu buat ibu. Soalnya ada hajatan nanti di rumah saudara ibu jadi, ibu butuh uang," lanjut mas Dimas.

"Loh, kok gitu mas? trus lima ratus ribu untuk sebulan gitu?" tanyaku tak percya.

"iya, kamu cukup- cukupkan saja ya," ujar nya.

"Gak bisa mas, lima ratus ribu mas pikir cukup hah! bayar listrik, bayar air, bers mau abis, perlengkapan dapur, stok makanan di kulkas, perlengkapan kamar mandi. mas pikir lima ratus ribu cukup sebulan? klo mas maksa, yaudah aku cukupin tapi jangan salahkan aku kalau belum sebulan kita ngak makan!!" tegas ku.

Bukanya aku gak mau gunakan uangku, tapi mas Dimas ini makin didiamin makin ngelunjak. sudah banyak dia boongin aku jadi, aku tidak percya lagi dengannya.

"Loh Nel, kok kamu perhitungan banget sama ibu ku, itu ibu loh. Kamu harus cukup - cukupin dong. Jadi istri itu harus hemat!!" hardik mas Dimas tak mau kalah.

Aku hanya senyum kecut.

"Terserah kamu mas, tapi kamu juga harus nerima konsekuensinya!" balas ku.

Mas Dimas hanya Diam, dan melanjutkan sarapan nya.

********

"Dim, dimas," suara yang tak asing lagi memanggil mas Dimas. Siapa lagi klo bukan ibu

"Dimasss," pangil ibu lag.i

Aku segera kedepan menghampiri ibu.

"Ada apa bu?" tanya ku saat pintu dibuka.

"Dimas mana? aku perlu anak ku bukan kamu!" jawab ibu judes.

"Mas Dimas ngak ada, belum pulang kantor." kata ku tak kalah judes.

"Bilang dia, ke rumah ibu kalau nanti dia sudah pulang." Ujar ibu lalu berlalu pergi.

Ada apa sih ibu mertua ini, udah tahu jamnya ngantor masih saja datang nyariin anak sulungnya itu.

Selang beberapa jam mas Dimas pulang.

"Ibu tadi datang nyari kamu, katanya kamu disuruh ke rumah ibu kalau udah pulang," Jelasku.

Mas Dimas hanya mengangguk dan berlalu ke rumah ibu, tanpa membersikan diri terlebih dahulu. Sepertinya ada seusatu yang disembunyikan mereka. Diam - diam aku mengikuti mas Dimas ke rumah ibu lewat pintu belakang. Disana mereka sedang berbincang, sepertinya penting.

"Cepat kamu nikahin Farah," kata ibu.

"Tapi bu, Dimas belum siap bilang ke Nela," sangah Mas Dimas.

"Halah, jangan perdulikan istri miskin dan mandul itu. Lihat Farah, dia kurang apa? kaya, cantik, baik, bisa memberikan anak. Sekarang saja dia lagi mengandung anak mu Dimas! ingat!" tukas ibu.

deg!

jadi, wanita itu lagi hamil anak mas Dimas? tega sekali mas Dimas menanam benih dirahim wanita lain, sedangkan aku? dia selalu pake pengaman kalau saat dia minta jatah. Alasanya karena belum siap punya anak karena keadaan ekonomi. Dan ibu, bisa - bisanya dia bilang aku mandul lagi- lagi dia bilang aku miskin tanpa tahu seluk beluk keluargaku.

Waktu menikah dulu orng tua ku memang tinggal di kontrakan karena rumah kami masi di renovasi. Bukan hanya itu papa dan mama selalu berpenampilan bisa- biasa saja jadi, keluarga suamiku ini berpikir aku dari kalangan bawah. Papa tak mau orang- orang tahu kalau keluarganya kaya. Karena jaman sekarng sifat orang dilihat berdasarkan seberapa banyak harta yang dimiliki.

"Mas tenang saja, mbak Nela ngak akan tahu, nanti acarnya di rumah mbak Farah jadi ngak ketahuan," kata Ririn adik iparku yang julid.

Baiklah, kalian tunggu pembalasanku, akan aku kasih kejutan dihari pernikahan kamu Mas!

Aku lalu berlalu pergi dari rumah ibu. Segera aku mengirim pesan ke Aina menceritakan semuanya.

[What? mertuamu tahu dan malah mendukung pernikahan mereka?] balas Aina.

[Iya Na aku saja kaget, sakit hati banget. aku selalu tidak di angap di keluarga ini"] balas ku dengan emot sedih.

Sedih sih iya tapi, rasa geram lebih dominasi.

[Baiklah, kita tunggu permainan mereka, jangan sedih Nel, keluarga seperti itu tidak pantas ditangisi!]

[Aku mau kamu cari tahu dimana rumah wanita itu. Nanti acara pernikahan di rumahnya.] Suru ku pada Aina, yang aku tahu dia sangat gercep kalo soal stalking kehidupan orang.

[Siap bos, aku akan cari tahu.] Balsnya.

sebuah senyum miring menghiasi wajahku,

'Aku ikut permainan mu mas!'

********

"Dek, besok mas akan tugas diluar kota," Kata mas Dimas.

"Hmm," jawab ku.

"Kamu kenapa?" tanya mas Dimas.

"Ngak," jawab ku singkat.

"Dek mas kangen," rayunya sambil melingkarkan tanganya di pinggang ku.

Sudah pasti itu tandanya dia minta jatah.

Enak saja kamu sudah bersetubuh dengan wanita, lain dan sekarng kamu minta jatah mu di aku? ohh tidak bisa!

Segera ku tepis tangannya. Aku tau dia kaget dengan tingkah ku ini. Biasanya kalau dia begini aku dengan senang hati melayaninya.

"Kenapa dek? kamu enggak mau?" tanya mas Dimas.

"Bukan gitu mas, aku lagi datang bulan ngak bisa melayani mas dulu," jawabku berbohong.

Mas Dimas langusng membalikan tubuh dengan wajah kesal.

*****

Keesokan harinya, mas Dimas sudah bersiap untuk berangkat. Setelah berpamitan dengan ku, tak lupa dia memberikan aku uang lima ratus ribu katanya, untuk uang dapur. Setelah mas Dimas pergi aku menutup pintu dan bersiap mau ke toko kueku.

tok tok tok....

Pintu diketuk.

Siapa sih, pagi- pagi sudah datang. Ku intip di jendela ternyata yang datang ibu mertua dan Ririn.

"Ada apa bu? Rin? pagi- pagi udah datang? kalau cari mas Dimas dia gak ada, lagi tugas di luar kota." Sapa ku malas.

"Siapa yang nyari Dimas? ibu nyari kamu," kata ibu.

Ngapain dia nyari aku? Tumben.

"Masak apa mbak?" tanya Ririn yang langsung masuk ke dapur nyari makan.

"Wah ada ayam.. aku bungkus ya mbak, sama sayur ini juga, bungkusin mbak," perintahnya.

"Perintah aja kamu, ngak tahu malu, datang ke rumah orng langsung main bungkus- bungkus Saja, pake perintah lagi," Hardik ku.

"Biasa aja kali mbak," jawabnya sambil bungkus sendiri.

Aku mals berdebat jadi, ku biarkan saja dia mengambil makanan dimeja. hitung- hitung bagi- bagi untuk faskir miskin. Ups!

"Kenapa bu nyari aku?" tanya ku.

"Jangan basa- basi, mana uang yang tadi dikasih Dimas? buat ibu saja, ibu ada keperluan." perintah ibu.

"Apaan nih bu, ibu kan udah ada jatah malahan lebih kan? jata bulanan aku itu, udah dipotong mas Dimas karena katanya ibu ada hajatan. Makanya, aku dapat lima ratus ribu bulan ini, emang ibu pikir itu cukup?" Tukas ku mulai geram.

"Heh! mbak cepat berikan uang itu, ibu lebih perlu dari pada mbak! kelihtan mbak ngak bersyukur dengan uang bulanan dari mas ku! makanya, kerja bantu suami biar ngak jadi beban suami!" hardik Ririn tanpa sadar diri.

Dasar tidak sadar diri dia pikir dia kerja? harap suami serabutan aja bangga. Malas sekali aku berdebat dengan dua wanita ini.

B E R S A M B U N G....

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status