"Kalau aku bilang aku kaya, mungkin semua harta benda ku jatuh ke tangan Mas Dimas dan ibu mertuaku. Mungkin juga aku tidak tahu sifat asli mereka," jelasku pada Aina.
Aku dan Aina menyusun rencana sedemikian rupa hingga, tak sadar sudah sore. akhirnya aku pamit pulang walaupun sebenarnya malas sekali aku pulang.----------Dua bulan berlalu, usaha toko kue semakin berkembang. Sekarng, penghasilanku diluar dugaan, bukan hanya hasil kue saja, tapi juga hasil dari proyek rancang baju bersama rekan-rekan mbak Fika.Mas Dimas tetap sama seperti dulu, masi saja izin lembur dan selalu pulang pagi."Mas, kok kamu sering lembur?" tanyaku waktu kami sarapan bersama."Mau gimana lagi? ini tugas kantor," jawab mas Dimas."Ohiya dek, uang bulanan kamu mas potong ya, lima ratus ribu buat ibu. Soalnya ada hajatan nanti di rumah saudara ibu jadi, ibu butuh uang," lanjut mas Dimas."Loh, kok gitu mas? trus lima ratus ribu untuk sebulan gitu?" tanyaku tak percya."iya, kamu cukup- cukupkan saja ya," ujar nya."Gak bisa mas, lima ratus ribu mas pikir cukup hah! bayar listrik, bayar air, bers mau abis, perlengkapan dapur, stok makanan di kulkas, perlengkapan kamar mandi. mas pikir lima ratus ribu cukup sebulan? klo mas maksa, yaudah aku cukupin tapi jangan salahkan aku kalau belum sebulan kita ngak makan!!" tegas ku.Bukanya aku gak mau gunakan uangku, tapi mas Dimas ini makin didiamin makin ngelunjak. sudah banyak dia boongin aku jadi, aku tidak percya lagi dengannya."Loh Nel, kok kamu perhitungan banget sama ibu ku, itu ibu loh. Kamu harus cukup - cukupin dong. Jadi istri itu harus hemat!!" hardik mas Dimas tak mau kalah.Aku hanya senyum kecut."Terserah kamu mas, tapi kamu juga harus nerima konsekuensinya!" balas ku.Mas Dimas hanya Diam, dan melanjutkan sarapan nya.********"Dim, dimas," suara yang tak asing lagi memanggil mas Dimas. Siapa lagi klo bukan ibu"Dimasss," pangil ibu lag.iAku segera kedepan menghampiri ibu."Ada apa bu?" tanya ku saat pintu dibuka."Dimas mana? aku perlu anak ku bukan kamu!" jawab ibu judes."Mas Dimas ngak ada, belum pulang kantor." kata ku tak kalah judes."Bilang dia, ke rumah ibu kalau nanti dia sudah pulang." Ujar ibu lalu berlalu pergi.Ada apa sih ibu mertua ini, udah tahu jamnya ngantor masih saja datang nyariin anak sulungnya itu.Selang beberapa jam mas Dimas pulang."Ibu tadi datang nyari kamu, katanya kamu disuruh ke rumah ibu kalau udah pulang," Jelasku.Mas Dimas hanya mengangguk dan berlalu ke rumah ibu, tanpa membersikan diri terlebih dahulu. Sepertinya ada seusatu yang disembunyikan mereka. Diam - diam aku mengikuti mas Dimas ke rumah ibu lewat pintu belakang. Disana mereka sedang berbincang, sepertinya penting."Cepat kamu nikahin Farah," kata ibu."Tapi bu, Dimas belum siap bilang ke Nela," sangah Mas Dimas."Halah, jangan perdulikan istri miskin dan mandul itu. Lihat Farah, dia kurang apa? kaya, cantik, baik, bisa memberikan anak. Sekarang saja dia lagi mengandung anak mu Dimas! ingat!" tukas ibu.deg!jadi, wanita itu lagi hamil anak mas Dimas? tega sekali mas Dimas menanam benih dirahim wanita lain, sedangkan aku? dia selalu pake pengaman kalau saat dia minta jatah. Alasanya karena belum siap punya anak karena keadaan ekonomi. Dan ibu, bisa - bisanya dia bilang aku mandul lagi- lagi dia bilang aku miskin tanpa tahu seluk beluk keluargaku.Waktu menikah dulu orng tua ku memang tinggal di kontrakan karena rumah kami masi di renovasi. Bukan hanya itu papa dan mama selalu berpenampilan bisa- biasa saja jadi, keluarga suamiku ini berpikir aku dari kalangan bawah. Papa tak mau orang- orang tahu kalau keluarganya kaya. Karena jaman sekarng sifat orang dilihat berdasarkan seberapa banyak harta yang dimiliki."Mas tenang saja, mbak Nela ngak akan tahu, nanti acarnya di rumah mbak Farah jadi ngak ketahuan," kata Ririn adik iparku yang julid.Baiklah, kalian tunggu pembalasanku, akan aku kasih kejutan dihari pernikahan kamu Mas!Aku lalu berlalu pergi dari rumah ibu. Segera aku mengirim pesan ke Aina menceritakan semuanya.[What? mertuamu tahu dan malah mendukung pernikahan mereka?] balas Aina.[Iya Na aku saja kaget, sakit hati banget. aku selalu tidak di angap di keluarga ini"] balas ku dengan emot sedih.Sedih sih iya tapi, rasa geram lebih dominasi.[Baiklah, kita tunggu permainan mereka, jangan sedih Nel, keluarga seperti itu tidak pantas ditangisi!][Aku mau kamu cari tahu dimana rumah wanita itu. Nanti acara pernikahan di rumahnya.] Suru ku pada Aina, yang aku tahu dia sangat gercep kalo soal stalking kehidupan orang.[Siap bos, aku akan cari tahu.] Balsnya.sebuah senyum miring menghiasi wajahku,'Aku ikut permainan mu mas!'********"Dek, besok mas akan tugas diluar kota," Kata mas Dimas."Hmm," jawab ku."Kamu kenapa?" tanya mas Dimas."Ngak," jawab ku singkat."Dek mas kangen," rayunya sambil melingkarkan tanganya di pinggang ku.Sudah pasti itu tandanya dia minta jatah.Enak saja kamu sudah bersetubuh dengan wanita, lain dan sekarng kamu minta jatah mu di aku? ohh tidak bisa!Segera ku tepis tangannya. Aku tau dia kaget dengan tingkah ku ini. Biasanya kalau dia begini aku dengan senang hati melayaninya."Kenapa dek? kamu enggak mau?" tanya mas Dimas."Bukan gitu mas, aku lagi datang bulan ngak bisa melayani mas dulu," jawabku berbohong.Mas Dimas langusng membalikan tubuh dengan wajah kesal.*****Keesokan harinya, mas Dimas sudah bersiap untuk berangkat. Setelah berpamitan dengan ku, tak lupa dia memberikan aku uang lima ratus ribu katanya, untuk uang dapur. Setelah mas Dimas pergi aku menutup pintu dan bersiap mau ke toko kueku.tok tok tok....Pintu diketuk.Siapa sih, pagi- pagi sudah datang. Ku intip di jendela ternyata yang datang ibu mertua dan Ririn."Ada apa bu? Rin? pagi- pagi udah datang? kalau cari mas Dimas dia gak ada, lagi tugas di luar kota." Sapa ku malas."Siapa yang nyari Dimas? ibu nyari kamu," kata ibu.Ngapain dia nyari aku? Tumben."Masak apa mbak?" tanya Ririn yang langsung masuk ke dapur nyari makan."Wah ada ayam.. aku bungkus ya mbak, sama sayur ini juga, bungkusin mbak," perintahnya."Perintah aja kamu, ngak tahu malu, datang ke rumah orng langsung main bungkus- bungkus Saja, pake perintah lagi," Hardik ku."Biasa aja kali mbak," jawabnya sambil bungkus sendiri.Aku mals berdebat jadi, ku biarkan saja dia mengambil makanan dimeja. hitung- hitung bagi- bagi untuk faskir miskin. Ups!"Kenapa bu nyari aku?" tanya ku."Jangan basa- basi, mana uang yang tadi dikasih Dimas? buat ibu saja, ibu ada keperluan." perintah ibu."Apaan nih bu, ibu kan udah ada jatah malahan lebih kan? jata bulanan aku itu, udah dipotong mas Dimas karena katanya ibu ada hajatan. Makanya, aku dapat lima ratus ribu bulan ini, emang ibu pikir itu cukup?" Tukas ku mulai geram."Heh! mbak cepat berikan uang itu, ibu lebih perlu dari pada mbak! kelihtan mbak ngak bersyukur dengan uang bulanan dari mas ku! makanya, kerja bantu suami biar ngak jadi beban suami!" hardik Ririn tanpa sadar diri.Dasar tidak sadar diri dia pikir dia kerja? harap suami serabutan aja bangga. Malas sekali aku berdebat dengan dua wanita ini.B E R S A M B U N G...."Heh! mbak cepat berikan uang itu, ibu lebih perlu dari pada mbak! kelihtan mbak ngak bersyukur dengan uang bulanan dari mas ku! makanya kerja bantu suami biar ngak jadi beban suami!" hardik Ririn tanpa sadar diri.Dasar tidak sadar diri, dia pikir dia kerja? harap suami serabutan aja bangga. Malas sekali aku berdebat dengan dua wanita ini. ________Petengkaran masi berlanjut."Emang kamu kerja? harap suami serabutan aja bangga!" Sindirku keras.wajah Ririn pias seketika."Jaga mulut kamu wanita mandul!! sudah mandul, miskin, berlagak sok kuasa uang anak ku dasar tidak tahu malu!!" bentak ibu."Ohh, jadi selama ini ibu pikir aku mandul hah? tanya sama anak ibu kenapa aku tidak hamil!!" balasku tak mau kalah.Segera ku ambil uang lima ratus ribu yang tadi mas Dimas berikan kepadaku, aku lempar uang itu ke hadapan ibu."Ambil tuh uang ngak seberapa, aku tidak butuh!" Hardik ku "Dasar, tidak tahu bersyukur kamu! udah miskin tidak bersyukur pula," kata ibu, lalu berlalu pergi dari hadap
Pov Dimas."Selamat ya, semoga langgeng, ini kadonya," ucapan selamat dari wanita yang berbaris bersama rombongan tamu yang lain. Suaranya tidak asing ditelinga ku. Sambil menyerahkan kado amplop coklat, ia membuka kerudung dan kacamata yang tadi digunakannya.Aku terkejut bukan main. Keringat bercucuran diwajahku."Ne.. Nela?" kata ku gugup.segera kutarik dia kebelakang menanyakan semuanya."Dari mana kamu tahu?" tanya ku lagi."kenapa mas Kaget?" jawabnya santai.tentu saja aku kaget, aku tidak pernah membetitahu dia soal ini, bagimana dia bisa tahu?Amplop yang tadi dibawa nya ternyata surat gugatan cerai. Aku tidak terima jika dia menceraikan ku. Ibu dan Nela terus bertengkar. Tidak puas - puasnya ibu menghina Nela. Tidak hanya itu, balasan Nela juga sunguh keterlaluan dia menghina ibuku. Nela pun pergi setelah diusir ibu. Setelah kepergian Nela aku mendengar suara ribut - ribut didepan, ternyata Nela dan Ririn sedang bertengkar hebat.aku melihat wajah Ririn dicakar Nela.Tak
Dengan dijemput Aina aku pun pergi dari Rumah itu. Aku melihat Mas Dimas melihat ku memasuki mobil dengan tatapan binggung."Sekarng kita mau kemana?" tanya Aina."Ke toko saja, aku tinggal di sana untuk sementara," jawab ku.Aina menganguk dan terus menyetir, membela jalan yang kini mendung menyekimuti kota. Aku hanya punya toko di ruko Aina, terpaksa aku harus tinggal disini sementara. Tidak apa, di ruko itu sudah ada tempat tidur karna, memang aku sengaja menyiapkan untuk karyawanku kalau mau istirahat. Tidak mungkin aku nginap di rumah Aina, apalagi dia sudah bersuami dan punya anak. aku takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. seperti di filem - filem ikan terbang. "Apakah kamu menyesal?" tanya Aina. "Tentu saja tidak, rasa benci sudah melebihi rasa cintaku untuk mas Dimas," Jelasku. "Aku ingin pulang, tapi aku malu dengan papa dan mama," lanjut ku lagi."Nel, dengar ya, buang rasa malumu itu orang tua mu berhak tahu atas semua ini, kamu Tidak boleh egois sama perasaanmu s
PERCERAIAN."Apa?! kurang ajar si Dimas, berani- berani nya dia selingkuh, dan menikah lagi belakang kamu," Marah papa yang tadi ikut mendengar ceritaku.Aku menceritakan semuanya selama hampir dua tahun aku hidup bersama suamiku itu."Aku sudah mencari tahu seluk beluk Farah, Istri siri mas Dimas, dan ternyata dia bekerja sebagai manager disalah satu perusahan cabang Kak Bima di Kota," jelasku.Kak Bima adalah kaka kandung ku, yang sekarng tinggal di Kalimantan. Kak Bima sedang membuka usaha baru disana, bersama istri mbak Mila, dan dua anak nya, Bella dan Nando. "Bima, sekarang juga pecat Manager kamu yang ada di perusahan cabang di kota, namanya Farah," kata papa yang sedang telpon dengan Kak Bima......"Panjang ceritanya, ini masalah adikmu, Nela." jawab papa......."Tidak ada tapi- tapian, papa tunggu kabar nya besok!" tukas papa dengan nada tinggi."Kurang ajar Dimas, emang dari dulu aku tidak menyukai dia!!" kata papa penuh emosi."Mama juga, apalagi ibu mertua mu itu Nel, mu
Pov Dimas "Kok bisa kamu dipecat?" Tanya ku pada Farah yang baru menjadi istriku."Ngak tau mas, tiba- tiba saja aku dipecat. Katanya CEO asli yang langsung menyuru memecatku, padahal aku tidak pernah berbuat salah terhadap CEO ku itu." Jawab Farah. "Siapa nama CEO kamu?" tanyaku penasaran. Apa salah Farah sehingga dia pecat istriku ini?"Pak Bima Ferdian Prasetya," Jawab istriku yang membuatku mematung.Bima Prasetya? namanya sama seperti nama kakaknya Nela, Nela Feradina Prasetya."kenapa wajahmu mas? kamu kenal?" Tanya Farah binggung. "Seperti nama Kakanya Nela," gumam kecilku yang didengar Farah."Hah?! kamu udah gila? Nela mantan istri miskin mu itu? masa punya kaka yang CEO sih? ngaco kamu, mungkin namanya sama," Tukas Farah sambil terkekeh.Dia segera membuka gawainya, dan menunjukan foto kepadaku. "Nih, lihat CEO ku pak Bima. Ini waktu dia ada tugas disini. Mana mungkin pak Bima yang ganteng punya saudari kek Nela dekil itu. Katanya Keluarga pak Bima ini orang terkaya di k
Setelah perpisahan dengan Mas Dimas, aku sudah tidak mendengarkan kabarnya lagi, mungkin dia sudah bahagia bersama istri barunya itu. Toko kueku, sudah naik daun atas bantuan kak Bima, yang ikut membantu aku mempromosi toko ini. Aku sudah mempekerjakan tiga karyawan, dua membantuku membuat kue dan satu menjaga didepan sebagai kasir. Seminggu lagi aku akan pindah ke Toko lebih besar dan luas agar nantinya bisa lebi leluasa lagi. Toko ruko Aina ini minimas sehingga keliahatan sesak kalau banyak barang apalagi, tempat istirahat karyawan juga tidak ada, kasihan mereka kalau kerja capek butuh istirahat.Hari ini, aku mendapatkan orderan banyak dari perusahan Multimedia yang terkenal di kota ini. Dengan bantuan dua karyawanku Vita dan Lili akhirnya selesai juga seratus kota kue. Kami menyimpan didalam mobil dan bergegas ke tempat pemesanan. Awalnya akan diambil sendri oleh salah satu karyawan perusahan itu, tapi karena sibuk, jadinya aku yang akan mengantarkan pesanan mereka.Setibanya di
Restoran dengan nuansa Barat, bersih dan indah. aku mengamati disekeliling dengan tatapan kagum. 'Mewah sekali tempat ini.' gumam ku dalam hati.Waktu akuu mencari tahu info tentang restoran ini dinstagram, katanya restoran ini tidak pernah sepi selalu didatangi banyak orang. "Daritadi datang nya?" Sapa Robi, yang sudah berdiri dibelakang saat aku masi menikmati pemandangan didalam restoran. "Eng- engak baru kok," "Silakan duduk Nel," ajaknya.Aku pun duduk berhadapan dengan Robi."Bagus Restoran mu," pujiku."Maksih, tapi masi perlu di renovasi lagi." Jawabnya. Renovasi apalagi, ini saja udah bagus banget."Emang mau diapain lagi?" tanya ku penasaran. "Ada deh, nanti pasti kamu tahu. Oh iya kamu mau minum apa?" tanya nya."Apa aja boleh." "Pilih aja, gratis kok buat tamu sepesialku ini," kelakarnya sambil tersenyum manis."Iya, aku tahu Gratis," jawabku sambil terkekeh.Akhirnya aku memesan minuman dan snack."Sambil menunggu pesanan nya, kita bahas kerja sama nya." Kata Robi
Toko dengan dua lantai itu kini sudah jadi. Ini lah toko kue baru ku, dengan bantuan karyawanku kami menyusun rak- rak didalam toko dan peralatan pembuatan kue di dapur. "Ini taruh nya di mana bu?" "Disitu Mit," "Baik bu.""Nanti Rak ini, diletakan di depan saja ya, biar bisa dipandang dari luar," "Siap bu." Aku mengamati mereka yang sedang meletakan barang- barang toko."Bagus toko kamu," ujar seseorang, sontak aku menoleh ke belakang."Eh Robi, kok kamu tahu aku disini?" tanyaku heran."Tadi aku ke toko kamu, terus kata Aina kamu udah pindah. Dia juga ngasi alamat ini ke aku," jelas Robi."Ohh gitu, sorry ya aku belum bilang kamu, soalnya masi sibuk." "Ngak apa, santay aja. Ada yg bisa aku bantu gak?" tanya Robi."Gak usa, ini udh mau selesai kok. Oh iya kamu ada perlu sama aku?" tanya ku."Iya, tapi bukan perlu soal pekerjaan," ucapnya."Trus?" binggungku. "Cuma ngajak ngobrol aja, cari teman ngobrol, tapi kalau kamu sibuk aku pulang aja," tukasnya. "Eh, gakpapa santay aja,