Share

Bab 4 Pembohong

Sesampainya di ruko Aina, dan melihat- lihat ruko kosong itu, Aina masi harus ngecat ulang dan membersikan ruko itu dulu baru aku tempati katanya tadi.

"Makasih ya Na, udah mau bantu aku dan maksih banyak loh ruko nya, " Kata ku.

"Santai aja Nel, jugaan ruko ini kan kamu sewa di aku," kata nya sambil tertawa.

"Hahaha kaya dong kamu, ehh lupa kamu kan emang udah kaya," Kelakar ku.

"Hahaha apaan sih Nel, besok sepertinya kamu udah bisa masuk." Kata Aina.

"Kamu mau beli perlengkapan, buat toko kamu ini gak?" lanjut nya lagi.

"Duh, besok aja ya aku hari ini ada janji sama mbak Fika, biasalah cuan," Kata ku.

"Widihhh, mau kaya dong," tukas Alina terbahak.

Sahabat ku ini, memang tahu kalo sudah berurusan sama mbak Fika, brarti itu tentang cuan dan bukan sedikit tentunya.

"Yaudah deh, aku pergi dulu ya," pamit ku pada Aina.

"Hati- hati Nel,"

Aku pun pergi dari toko Aina, dan lanjut ke butik Mbak Fika.

******

"Hayy Nel, lama ya nunggunya?" Tanya mbak Fika padaku.

"Lumaya mbak," jawabku.

"Sorry, tadi ada meeting penting." Ujarnya.

"Oh iya Nel, tahu ngak, mbak manggil kamu kesini karena ada job besar banget. Gaun yang kamu Desain itu mau di rancang. Kamu tahu, tadi di meeting semua membahas gaun yang sudah kamu desain. Kata mereka itu sangat bagus dan mewah. Mereka setuju untuk kerja samanya jadi, mbak hubungi kamu tadi pagi. Tapi Nel, yang harus mendampingi para penjahit itu harus kamu. Dan kamu tahu sendiri kan yang ngerti soal desain yang kualitas terbaik itu cuma kamu aja.," jelas mbak Fika panjang lebar.

"Ooh begitu ya mbak, yaudah kapan mau merancang?" ujarku santay yang membuat mbak Fika melongo.

Biasanya kalo disuruh aku yang dampingi, selalu saja aku tolak karena alasan Mas Dimas tidak mengizini, jadinya aku tolak.

"Beneran kamu bersedia?" tanya mbak Fika memastikan.

"Iya, benaran mbak," jawabku pasti.

"Gimana dengan suami mu?" tanya mbak Fika lagi.

"Jangan pikirkan dia, nanti aku cari cara, mbak tenang saja." Jawabku.

"Baiklah." Ujar mbak Fika berbinar.

Aku dan mbak Fika bercerita mengenai dunia fashion.

Tig,

Tiba- tiba ada pesan dari aplikasi hijau ku.

Segera ku buka, dan ternyata yang mengirim pesan adalah Aina. Aina mengiri foto dengan pesan dibawahnya,

[Ini benar Suamimu Dimas? atau cuma mirip aja ya?] pesan dari Aina.

Mata ku melotot saat melihat isi pesan dari Aina.

Foto pertama Mas Dimas dan wanita lagi bermesrahan gandengan tangan.

Foto ke dua, mas Dimas mencium kening wanita itu.

Dada ku langsung bergemuruh. Rasa campur aduk antara, Sakit, benci, marah dan emosi. Tak terasah air mata ini jatuh begitu saja. Segera ku hapus karena ada mbak Fika disini. Memang aku sudah tahu dia berselingkuh, tapi kali ini rasanya sakit sekali lihatnya. Walaupun mas Dimas pelit dan biasa acuh tak acuh terhadapku, tapi rasa cinta ini masi ada untuknya. toh aku menikahi dia atas dasar cinta.

[kamu dimana sekarng Na? aku kesana.] aku membalas pesan Aina.

Pesan ku langsung tanda biru, artinya dia sudah membaca. Aina mengirim alamat dan aku pun segera kesana.

"Mbak, aku pamit dulu ya," Kata ku pada mbak Fika.

"Loh, kok cepat banget pulangnya Nel, main dulu lah disini." Tahan mbak Fika.

"Nela ada urusan lagi mbak, oh iya kapan mulai merancang gaun nya?" tanya ku yang sudah berdiri hendak pulang.

"Lusa udah mulai rancang, soalnya besok udah ada jadwal lain," jawab mbak Fika.

"Yaudah, kalo ada apa- apa kabarin ya mbak, aku pamit dlu." Kata ku berlalu pergi dan di antar mbak fika sampai didepan.

"Hati- hati ya Nel," kata mbak Fika melambaikan tangan.

Aku pun melajukan motor dengan kecepatan tinggi, ingin rasanya cepat sampai ke tempat mas Dimas.

******

"Nel, sini!" pangil Aina ketika aku masuk ke dalam cafe.

"Tau gak, aku tadi dengar katanya si cewek itu bilang gini 'makasi ya mas sayang belanjaanya, aku puas banget' gitu dengan suara manja. Jijik banget aku dengar," cerocos Aina.

"Sekarng, apa yang mau kamu lakukan Nel? mau labrak wanita j a l a n g itu?" lanjut Aina lagi.

Aku tak menjawab pertanyaan Aina. Aku mengambil ponsel dan menelpon mas Dimas

Drittt...

Drittt....

Itu ponsel mas Dimas yang bunyi, Terdengarnya sampai ke tempat persembunyiaan aku dan Aina

"Hallo dek," suara mas Dimas.

"Mas dimana?" tanyaku.

aku pake pengeras suara biar Aina juga dengar

"Di kantor, kenapa?" tanya nya.

"Di kantor? kok suara musik nya kayak di cafe sih?" celutuk ku.

"Kamu apaan sih dek, kok jadi curiga gini sama aku, aku di kan__, sayang telpon dari siapa?" tiba- tiba suara wanita diujung sana terdengar

tut tut tut...

Mas Dimas mematikan telepon.

"Tuh kan, dia bohong, katanya di kantor padahal jelas- jelas dia ada di cafe dengan gundiknya," geram Aina

"Kita labarak Na, aku udah gak kuat dengan ini semua." Kata ku sambil berjalan menuju arah mas Dimas dan Wanita itu.

"Jangan gegabah dulu, main cantik beb, kamu sekarng udh mulai banyak duit, dia gak tahu kalau kamu banyak harta. Gunakan itu untuk balas dendam aku akan bantu kamu." Tukas Aina

Aku pun nurut.

"Sekarng kita pulang dulu, tenangin diri kamu. Kita susun rencana balas dendam buat suami mu itu," Lanjut Aina.

Aku dan Aina pun pulang, bukan pulang rumah tapi ke Tokoh Aina. Sekalian aku juga mau menenangkan diri dengan cek gedung tokoh yang tadi dicat dan di bersikan oleh orang suruhan Aina.

********

"Apa rencana mu?" tanyaku pada Aina karena dia yang mengusulkan ini.

"Aku mau kamu bals dendam ke suami D a j a l mu itu." Jawab Aina.

"Caranya?"

Aina berbisik sesuatu ditelinga ku.

"Gimana setuju?" tanyanya.

Aku pun tersenyum setuju. Senyum jahat menghiasi wajah ku, sebentar lagi kamu akan

h a c u r mas!

"Kamu sih, ngapain mau nikah sama laki- laki seperti itu, coba dulu kamu dengar apa yang aku dan orangtuamu bilang," celutuk Aina.

Tiba- tiba, aku teringat dulu waktu orang tuaku tidak mengizinkan aku menikah dengan Mas Dimas. Tapi, karena cinta yang kuat akhirnya mereka menyetujui pernikahan ini.

"Kamu itu kaya, orang tuamu kaya, tapi mertua dan suami mu tahu nya mereka miskin, dan kamu selalu dapat hinaan dari merek heranya aku, kamu tetap bertahan." Lanjut Aina.

Aina ini tahu semua, seluk beluk keluarga ku.

"Kalau aku bilang aku kaya, mungkin sekarng semua harta bendaku jatuh ke tangan Mas Dimas dan ibu mertuaku. Mungkin juga aku tidak tahu sifat asli mereka," jelasku pada Aina.

Aku dan Aina menyusun rencana sedemikian rupa hingga tak sadar sudah sore. Akhirnya aku pamit pulang walaupun, sebenarnya malas sekali untuk pulang.

******

B E R S A M B U N G........

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status