Pov Dimas.
"Selamat ya, semoga langgeng, ini kadonya," ucapan selamat dari wanita yang berbaris bersama rombongan tamu yang lain. Suaranya tidak asing ditelinga ku. Sambil menyerahkan kado amplop coklat, ia membuka kerudung dan kacamata yang tadi digunakannya.Aku terkejut bukan main. Keringat bercucuran diwajahku."Ne.. Nela?" kata ku gugup.segera kutarik dia kebelakang menanyakan semuanya."Dari mana kamu tahu?" tanya ku lagi."kenapa mas Kaget?" jawabnya santai.tentu saja aku kaget, aku tidak pernah membetitahu dia soal ini, bagimana dia bisa tahu?Amplop yang tadi dibawa nya ternyata surat gugatan cerai. Aku tidak terima jika dia menceraikan ku.Ibu dan Nela terus bertengkar. Tidak puas - puasnya ibu menghina Nela. Tidak hanya itu, balasan Nela juga sunguh keterlaluan dia menghina ibuku. Nela pun pergi setelah diusir ibu.Setelah kepergian Nela aku mendengar suara ribut - ribut didepan, ternyata Nela dan Ririn sedang bertengkar hebat.aku melihat wajah Ririn dicakar Nela.Tak menerima perlakuan Nela, aku segera menyuruhnya pergi dari sini. Memalukan!!bukanya pergi, Nela menaiki panggung pelaminan dan berbicara disana mengunakan mic."Para tamu sekalian yang terhormat, yang ada diacara mewah dan megah ini, aku mau menyampaikan kalau pria ini, pria yang menikah yang hari ini menikah adalah suami sah saya, sah negara dan sah secara agama! dan sekarng dia menikah dengan wanita ini, wanita yang sesang hamil ini, tanpa ijin dari saya, apalagi, wanita ini hamil diluar nikah dengan suami saya. Apa bedanya sama perempuan murahan diluar sana? miris!"Semua tamu undangan berbisik- bisik, ada yg geleng kepala, ada yg maki- maki."Padahal lebih cantik istri sah.""Suami Farah ternyta suami orang, Ihh pelakor dong," kata sesorang sambil tertawa."Padahal cowoknya jelek banget,""Ihh kok Farah bisa gatel gitu,"umpatan demi umpatan bersahutan dibalakng.Sunguh ini memalukan. Citraku hancur. Nela benar- benar keterlaluan!**********"Kurang ajar kamu sekarng!!! membentak ibu dan juga adik ku, lalu membuat pengakuan seperti tadi!" bentakku kepada Nela, ketika aku sampai di rumah malam itu juga.Nela yang sedang mengemas pakaiannya seketika menoleh ke arahku."Masi mau pulang kamu ternyata?!" balas nya sinis."Ini rumah ku, kamu istriku, tidak akan aku menceraikan kamu!" bentak ku lagi.lagi - lagi Nela menangkapi ucapan ku dengan santay tanpa takut dengan suara bentakan."Baiklah, aku akan pergi dari sini, jika kamu tidak meceraikanku! Aku yang akan mengurusnya" Ujar Nela sedikit meninggi.Dia keluar dari kamar sembari menarik kopernya."Mau kemana kamu?" tanya ku dengan suara tinggi."Tidak ada urusan dengan mu." ketus nya."Aku ngak akan biarkan kamu pergi! tetap disini, karna kamu sudah tahu aku menikah lagi, maka terimalah Farah Sebagai Madu mu," Ucapku."Tidak! aku tidak mau! kamu tidak pikir perasaanku mas? hah?! kamu bahkan menanam benih dirahimnya. Sedangkan aku? aku yang sedari dulu ingin punya anak, kamu selalu banyak alasan!" Hardik Nela dengan suara meninggi.Aku memang belum menginginkan anak dari Nela, karena belum siap. Dan juga aku masi mau bebas. Tapi, entah kenapa aku bisa menghamili Farah. Padahal sudah ku perlakukan Farah seperti Nela juga."Ceraikan Dia Dimas!" Tiba - tiba ibu teriak dengan suara tinggi."Tapi bu,""Tidak ada tapi - tapi, dia wanita tidak berguna, kasar, dan tidak sopan," ucap ibu."Sebelum ibu nyuru, aku juga sudah mengguat cerai," hardik Nela."Baguslah, kalau kamu tahu diri , bisa apa kamu tanpa anak saya, hah?! kerjanya cuma dirumah saja, dapat uang bulanan dari anak saya!!" pekik ibu sinis."Uang bulanan yang gak seberapa itu? dan selalu di rampas ibu dari tangan ku itu! hah?!" ucapan Nela kali ini membuatku binggung."Apa maksutmu?" tanya ku."Sudah- sudah, pergi kamu dari rumah ini, aku tidak sudi melihat muka kamu. Wanita miskin!!" balas ibu."Asal mas tahu, uang bulanan untuk ku di rampas oleh ibu." Tukas Nela.Ak menatap ibu penuh tanya."Jangan percaya dia Dim, ibu ngak rampas ibu minta baik - baik, ibu pinjam untuk bantu keuangan Ririn. Ririn yang waktu itu lagi kesulitan, tapi istri serakah mu ini mala, membentak ibu dan mendorong ibu hingga terjatuh," jelas ibu sambil terisak.Aku menatap Nela, sungguh keterlaluan sekali dia terhadap ibuku."Drama lagi deh, air mata palsu," Sindir Nela membuat darahku mendidih.Tega sekali dia membuat menangis wanita yang sudah melahirkanku ini."Kurang ajar kamu! hari ini juga Aku talak kamu!" bentak ku dengan suara meninggi"Kata itu yang dari tadi aku ingin dengar," jawab Nela santai, bahkan tidak ada sedikitpun raut wajah ketakutan di wajahnya, apalagi penyesalan.Nela lalu berlalu pergi dari rumah ini, dan memasuki Mobil yang sedari tadi berada di depan.Mobil siapa itu? apakah mobil Nela? tidak! dia tidak bisa menyetir. Yang ku lihat dia memasuki jok depan. Kenapa dia tidak menggunakan motor? seketika aku melihat motor nya sudah tidak ada di tempat parkir.Mungkin saja itu Aina Sahabatnya.B E R S A M B U N G.....Dengan dijemput Aina aku pun pergi dari Rumah itu. Aku melihat Mas Dimas melihat ku memasuki mobil dengan tatapan binggung."Sekarng kita mau kemana?" tanya Aina."Ke toko saja, aku tinggal di sana untuk sementara," jawab ku.Aina menganguk dan terus menyetir, membela jalan yang kini mendung menyekimuti kota. Aku hanya punya toko di ruko Aina, terpaksa aku harus tinggal disini sementara. Tidak apa, di ruko itu sudah ada tempat tidur karna, memang aku sengaja menyiapkan untuk karyawanku kalau mau istirahat. Tidak mungkin aku nginap di rumah Aina, apalagi dia sudah bersuami dan punya anak. aku takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. seperti di filem - filem ikan terbang. "Apakah kamu menyesal?" tanya Aina. "Tentu saja tidak, rasa benci sudah melebihi rasa cintaku untuk mas Dimas," Jelasku. "Aku ingin pulang, tapi aku malu dengan papa dan mama," lanjut ku lagi."Nel, dengar ya, buang rasa malumu itu orang tua mu berhak tahu atas semua ini, kamu Tidak boleh egois sama perasaanmu s
PERCERAIAN."Apa?! kurang ajar si Dimas, berani- berani nya dia selingkuh, dan menikah lagi belakang kamu," Marah papa yang tadi ikut mendengar ceritaku.Aku menceritakan semuanya selama hampir dua tahun aku hidup bersama suamiku itu."Aku sudah mencari tahu seluk beluk Farah, Istri siri mas Dimas, dan ternyata dia bekerja sebagai manager disalah satu perusahan cabang Kak Bima di Kota," jelasku.Kak Bima adalah kaka kandung ku, yang sekarng tinggal di Kalimantan. Kak Bima sedang membuka usaha baru disana, bersama istri mbak Mila, dan dua anak nya, Bella dan Nando. "Bima, sekarang juga pecat Manager kamu yang ada di perusahan cabang di kota, namanya Farah," kata papa yang sedang telpon dengan Kak Bima......"Panjang ceritanya, ini masalah adikmu, Nela." jawab papa......."Tidak ada tapi- tapian, papa tunggu kabar nya besok!" tukas papa dengan nada tinggi."Kurang ajar Dimas, emang dari dulu aku tidak menyukai dia!!" kata papa penuh emosi."Mama juga, apalagi ibu mertua mu itu Nel, mu
Pov Dimas "Kok bisa kamu dipecat?" Tanya ku pada Farah yang baru menjadi istriku."Ngak tau mas, tiba- tiba saja aku dipecat. Katanya CEO asli yang langsung menyuru memecatku, padahal aku tidak pernah berbuat salah terhadap CEO ku itu." Jawab Farah. "Siapa nama CEO kamu?" tanyaku penasaran. Apa salah Farah sehingga dia pecat istriku ini?"Pak Bima Ferdian Prasetya," Jawab istriku yang membuatku mematung.Bima Prasetya? namanya sama seperti nama kakaknya Nela, Nela Feradina Prasetya."kenapa wajahmu mas? kamu kenal?" Tanya Farah binggung. "Seperti nama Kakanya Nela," gumam kecilku yang didengar Farah."Hah?! kamu udah gila? Nela mantan istri miskin mu itu? masa punya kaka yang CEO sih? ngaco kamu, mungkin namanya sama," Tukas Farah sambil terkekeh.Dia segera membuka gawainya, dan menunjukan foto kepadaku. "Nih, lihat CEO ku pak Bima. Ini waktu dia ada tugas disini. Mana mungkin pak Bima yang ganteng punya saudari kek Nela dekil itu. Katanya Keluarga pak Bima ini orang terkaya di k
Setelah perpisahan dengan Mas Dimas, aku sudah tidak mendengarkan kabarnya lagi, mungkin dia sudah bahagia bersama istri barunya itu. Toko kueku, sudah naik daun atas bantuan kak Bima, yang ikut membantu aku mempromosi toko ini. Aku sudah mempekerjakan tiga karyawan, dua membantuku membuat kue dan satu menjaga didepan sebagai kasir. Seminggu lagi aku akan pindah ke Toko lebih besar dan luas agar nantinya bisa lebi leluasa lagi. Toko ruko Aina ini minimas sehingga keliahatan sesak kalau banyak barang apalagi, tempat istirahat karyawan juga tidak ada, kasihan mereka kalau kerja capek butuh istirahat.Hari ini, aku mendapatkan orderan banyak dari perusahan Multimedia yang terkenal di kota ini. Dengan bantuan dua karyawanku Vita dan Lili akhirnya selesai juga seratus kota kue. Kami menyimpan didalam mobil dan bergegas ke tempat pemesanan. Awalnya akan diambil sendri oleh salah satu karyawan perusahan itu, tapi karena sibuk, jadinya aku yang akan mengantarkan pesanan mereka.Setibanya di
Restoran dengan nuansa Barat, bersih dan indah. aku mengamati disekeliling dengan tatapan kagum. 'Mewah sekali tempat ini.' gumam ku dalam hati.Waktu akuu mencari tahu info tentang restoran ini dinstagram, katanya restoran ini tidak pernah sepi selalu didatangi banyak orang. "Daritadi datang nya?" Sapa Robi, yang sudah berdiri dibelakang saat aku masi menikmati pemandangan didalam restoran. "Eng- engak baru kok," "Silakan duduk Nel," ajaknya.Aku pun duduk berhadapan dengan Robi."Bagus Restoran mu," pujiku."Maksih, tapi masi perlu di renovasi lagi." Jawabnya. Renovasi apalagi, ini saja udah bagus banget."Emang mau diapain lagi?" tanya ku penasaran. "Ada deh, nanti pasti kamu tahu. Oh iya kamu mau minum apa?" tanya nya."Apa aja boleh." "Pilih aja, gratis kok buat tamu sepesialku ini," kelakarnya sambil tersenyum manis."Iya, aku tahu Gratis," jawabku sambil terkekeh.Akhirnya aku memesan minuman dan snack."Sambil menunggu pesanan nya, kita bahas kerja sama nya." Kata Robi
Toko dengan dua lantai itu kini sudah jadi. Ini lah toko kue baru ku, dengan bantuan karyawanku kami menyusun rak- rak didalam toko dan peralatan pembuatan kue di dapur. "Ini taruh nya di mana bu?" "Disitu Mit," "Baik bu.""Nanti Rak ini, diletakan di depan saja ya, biar bisa dipandang dari luar," "Siap bu." Aku mengamati mereka yang sedang meletakan barang- barang toko."Bagus toko kamu," ujar seseorang, sontak aku menoleh ke belakang."Eh Robi, kok kamu tahu aku disini?" tanyaku heran."Tadi aku ke toko kamu, terus kata Aina kamu udah pindah. Dia juga ngasi alamat ini ke aku," jelas Robi."Ohh gitu, sorry ya aku belum bilang kamu, soalnya masi sibuk." "Ngak apa, santay aja. Ada yg bisa aku bantu gak?" tanya Robi."Gak usa, ini udh mau selesai kok. Oh iya kamu ada perlu sama aku?" tanya ku."Iya, tapi bukan perlu soal pekerjaan," ucapnya."Trus?" binggungku. "Cuma ngajak ngobrol aja, cari teman ngobrol, tapi kalau kamu sibuk aku pulang aja," tukasnya. "Eh, gakpapa santay aja,
Tak terasa sudah dua bulan lebih, aku menjalin kerjasama dengan Robi. Hari- hari ku lewati bersama nya tapi, aku tidak tahu kehidupan pribadi dia seperti apa."Bi, aku kok gak pernah lihat istri mu dimana dia?" tanya ku kala itu.Robi pun terkejut lalu tertawa."Aku belum Nikah." Jawaban yang membuat ku terkejut.apa? Robi belum menikah? "Kenapa kamu belum menikah?" tanya ku penasaran. Dia terdiam."Dulu, aku mencintai seorang gadis. Dia cantik, pintar dan mandiri, setelah tamat SMA aku tak mengetahui kabarnya lagi. Tapi aku percaya, takdir akan mempertemukan kembali aku dan dia. Seiring berjalannya waktu yang lama sekali aku sama sekali tidak mengetahui kabarnya aku pikir rasa ini sudah sirna, hingga beberapa bulan lalu akhirnya aku kembali bertemu dia diwaktu yang tidak terduga. Dan rasa cinta ku tumbuh kembali tapi, sayangnya dia sudah menikah." Aku hanya diam mendengar cerita Robi."Terus?" karena Robi terdiam dan aku sangat penasaran aku terus bertanya."Tamat." Jawabnya sambil
Pov Robi. "Pak ini berkas yang harus bapak tanda tangani." kata sekertaris ku. Setelah menandatangani berkas - berkas itu, aku pun menuju ke ruang meeting. Setelah selesai meeting, karena lapar aku hendak pergi ke cafe terdekat untuk mengisi perut. Sebenarnya aku punya Restoran sendiri, tapi kali ini aku pengen mencoba makanan di restoran orang. Sial! hujan, Untung aku sudah sampai di parkiran Resotran Tapi, tetap saja pakaian ku sedikit basah. Segera aku masuk ke dalam cafe itu dan mencari tempat agak jauh dari kerumunan orang banyak agar bisa menikmati waktu sendiri. Tapi, mataku tertuju pada dua gadis yang sedang asyik becerita bercanda gurau. Sepertinya aku mengenali mereka, Ya. Mereka adalah Nela dan Aina sahabat ku waktu SMA, bisa dibilang sahabat karena kami sering bersama waktu itu, heheh. Aku menghampiri mereka berdua. "Apakah aku boleh duduk disini?" tanya ku dengan memasang senyum termanis.Dua gadis itu menoleh dengan tatapan binggung dan sedikit kaget."Ro-, Robi?" tany