Happy Reading and Enjoy~
Ruangan itu gelap dan lembab, bau busuk dan besi karat menguar menjadi satu. Terdengar suara nyaring antara besi yang bertemu dengan kulit, tapi tidak ada jeritan.
Segala mimpi buruk ada di tempat ini, mimpi yang akan terus di simpan tanpa kemampuan untuk membuang.
Seorang gadis kurus dengan tangan dan kaki dirantai meringkuk di sudut ruangan. Matanya menatap was-was tempat yang menjadi akhir dari takdirnya.
Bukan hanya dia yang berada di ruangan ini, puluhan wanita lain juga menunggu giliran.
Mereka akan dijual.
Berita itu seharusnya menjadi berita yang membahagiakan, tergantung pada siapa yang membeli. Nasib mereka akan berubah seiring dengan pemiliknya.
Nathalie menelan ludah dengan susah payah, kerongkongannya kering. Rasa haus yang mencekik membuatnya terpaksa mengerang untuk memanggil algojo berbadan besar yang berdiri di pintu luar.
Dan tentu saja suara sekecil apapun akan terdengar di telinga mereka yang tajam.
Pintu dibuka dengan kasar. Seorang algojo yang membawa cambuk di tangannya memeriksa satu persatu wanita yang berada di sana, mencari sumber suara yang menghasilkan keributan.
Sebuah erangan tidak bisa dikatakan sebagai keributan, tetapi dalam ruangan sunyi itu helaan napas yang terlalu kuat juga bisa menjadi gangguan dalam pendengaran.
Nathalie mengangkat tangannya takut-takut, memberi isyarat bahwa dialah yang mengerang tadi. Algojo itu mengangkat alisnya sebelah, tangannya sudah terangkat bersiap melayangkan cambuk ke tubuh Nathalie yang penuh luka.
Buru-buru Nathalie menunjuk tenggorokannya, dengan sorot sendu berharap air dapat mengalir di sana.
"Kau mau minum?"
Nathalie mengangguk antusias. Algojo itu tersenyum miring, melepas cambuk dari tangannya dan mulai menurunkan resleting celananya. Dia berjalan ke arah Nathalie, mengarahkan juniornya tepat di depan bibir Nathalie.
"Buka mulutmu," perintahnya dengan suara tegas.
"Aku akan memberimu minum."
Nathalie membelalakkan matanya dan langsung beringsut mundur sembari menggeleng-geleng takut. Air matanya mengancam keluar. Diantara puluhan wanita yang berada di sana hanya dialah yang memiliki reaksi terhadap apapun tindakan yang dilakukan padanya.
Jika wanita lain akan menurut dengan pandangan kosong, karena jiwa mereka sudah mati. Hanya tersisa tubuh tanpa pikiran. Itulah yang menjadi penyebab dirinya malam ini akan dijual dengan harga yang paling tinggi dan wanita terakhir sebagai penutup pelelangan.
"Atas dasar apa kau menolak, pelacur!" Algojo itu membentak, lalu mendekat dan menjambak rambut Nathalie.
Menangkup belakang kepalanya untuk mengarahkan wajah Nathalie ke juniornya.
Sebelah tangannya yang lain digunakan untuk mencengkram dagu Nathalie. Memaksa agar bibir itu terbuka. Dan tentu saja tidak perlu waktu lama sampai cairan kuning cair membasahi bibir beserta wajah gadis malang itu.
Tidak bisa menghindar dengan tubuhnya yang kecil dan lemah, mau tidak mau cairan kuning itu masuk ke dalam mulutnya dan berhenti tepat di ujung kerongkongannya.
Nathalie langsung memuntahkannya, bau pesing menguar dari hidungnya, membuat kepalanya terasa sakit.
Bukannya merasa kasihan, algojo itu tanpa perasaan melayangkan cambuknya ke tubuh Nathalie yang penuh luka.
"Kau pikir siapa dirimu bisa memuntahkannya begitu saja. Dengar pelacur, aku bersumpah kau tidak akan bisa menikmati minuman lezat manapun selain dari air seniku."
Satu tamparan kuat mendarat mulus di wajah Nathalie, membuat tubuhnya limbung dan telinganya berdengung. Sudut bibirnya sendiri sudah berdarah, sebelum luka lama sembuh sudah ada luka baru.
Satu algojo menghampiri mereka, melihat bergantian ke arah Nathalie dan juga temannya.
"Kau lupa kalau hari ini mereka dijual? Jangan menyakiti mereka lebih parah atau pelanggan yang berminat semakin sedikit."
Algojo yang memberinya air seni itu tertawa hingga tubuhnya berguncang.
"Wajah dia cantik, dan dia satu-satunya perawan yang masih tersisa. Kau juga tau bahwa dia tidak terpengaruh pada obat kita, kan? Dia masih memiliki reaksi, hal yang mustahil jika dia tidak laku malam ini. Aku hanya memberinya sedikit pelajaran, tidak perlu khawatir seperti itu."
Sebelum pergi, algojo itu meludah dan mendarat tepat di atas paha Nathalie.
Hal ini sudah biasa, dan menjadi makanan sehari-hari bagi para gadis yang berada di tempat terkutuk ini. Mereka akan dijadikan budak dan diperlakukan sesuka hati, hidup mereka tidak penting lagi.
Yang lebih parah, terserah pada majikan ingin menjadikan mereka sebagai apa.
Jika mereka mendapat majikan kejam yang menginginkan mereka menjadi anjing, maka mereka akan melaksanakannya. Makan langsung dengan mulut, memakai kalung anjing, dan menggonggong ketika dipanggil.
Seharusnya itu lebih baik dari pada harus tinggal selamanya di dalam ruangan gelap lembab yang mengerikan ini, makan makanan busuk setiap hari, lalu mendapat perlakuan kasar. Tapi jika dipikir kembali, seorang dominan tidak mungkin lebih baik dibanding para algojo yang berada di sini.
Nathalie sendiri tidak tahu mengapa dirinya berakhir di tempat mengerikan ini, ia tidak mengingat apapun. Yang diingatnya hanyalah ruangan gelap kosong penuh binatang yang menjadi tempatnya untuk tidur setiap hari.
Bentakan algojo yang menyuruh mereka untuk segera bersiap-siap dan membersihkan diri menggema di langit-langit ruangan.
Mandi menjadi impian mereka, terutama Nathalie. Mungkin wanita-wanita lain tidak terlalu mempermasalahkannya, sebab tubuh mereka hanya berisi jiwa kosong.
Satu persatu mereka dibawa ke sebuah kamar mandi yang terdapat bak besar. Tidak seperti kebanyakan orang pada umumnya, mereka duduk berjejer di lantai kamar mandi yang dingin, lalu para algojo menyiram tubuh mereka secara brutal.
Tidak ada acara mandi secara bersih dan puas, masih dengan kekasaran yang sama. Para algojo itu menyabuni tubuh dan juga rambut mereka secara acak, sesekali melakukan pelecehan terhadap wanita yang memang sudah tidak perawan.
Sementara para wanita yang masih perawan, lebih dulu selesai mandi termasuk Nathalie. Ia dibawa ke dalam ruangan lalu dipakaikan baju tipis. Tidak bisa benar-benar dikatakan sebagai baju, sebab dari segala arah memperlihatkan lekuk tubuhnya.
Lalu mereka dibawa ke ruangan gelap yang tampak bersih diantara puluhan ruangan yang berada di sana. Ruangan itu yang menjadi tempat mereka menunggu giliran.
Gelap dan senyap, sudah menjadi keadaan yang wajar. Hingga rasa kantuk tiba-tiba menyerangnya, Nathalie jatuh tertidur. Rasanya ia belum pernah merasakan kenyamanan seperti ini, tubuhnya terasa segar terkena air dan juga tempat yang lembab tanpa ada bau busuk.
Hanya beberapa menit setelah Nathalie memejamkan mata, perutnya ditendang dengan kuat. Membuatnya sontak membuka mata dan langsung beringsut.
Hanya dirinya yang tersisa di sana, para wanita yang berada di ruangan yang sama dengannya tadi sudah tidak ada.
Seorang algojo berbadan besar menarik rambutnya hingga membuat tubuhnya berdiri.
"Jalan! Sudah giliranmu."
Nathalie diseret tanpa tahu dirinya mau dibawa kemana, hingga sebuah tirai di singkap, puluhan manusia berada di sana. Dan dirinya menjadi sorotan, dipaksa duduk di sebuah bangku kosong yang berada tepat di tengah-tengah panggung.
Seketika ia meringkuk, mencoba menghindar dari puluhan manusia dan juga cahaya lampu yang menyakitkan mata.
"Lihat ke depan dan duduk tegak, kalau tidak cambuk ini berakhir di tubuhmu!"
Itu sebuah ancaman, dan ia sudah terbiasa mendengarnya. Matanya melirik takut-takut ke arah cambuk kasar yang berada di tangan algojo, menelan ludahnya gugup, ia mencoba duduk tegak, meski kepalanya menunduk dalam.
"Dia harta karun kami, cantik dan masih perawan. Dia satu-satunya budak yang masih memiliki reaksi, tapi tenang saja. Jika dia berbuat macam-macam, Anda bisa membawanya pada kami untuk diisolasi."
Tawaran hargapun dimulai. Hari ini dirinya punya manjikan baru, tapi … ini jugalah kesempatannya untuk melarikan diri.
Bersambung ....
Happy Reading and Enjoy~Saat harga berhenti pada 1jt usd seorang pria bertubuh gempal berseru."Buka bajunya, kami ingin melihat tubuhnya. Budak ini yang paling spesial dan sampai pada harga tinggi. Kami akan rugi jika dia benar-benar tidak perawan."Beberapa pria lain yang mendengar itu mengangguk setuju. Nathalie langsung beringsut mundur, berniat turun dari bangku tinggi yang didudukinya. Sayangnya algojo yang berdiri tak jauh dari tempatnya duduk langsung sigap menghampirinya.Menahan kedua bahu Nathalie dan langsung menarik bajunya lepas hingga tubuhnya terekspos."Jauhkan tanganmu darinya, 10jt usd aku akan membelinya."Suara lantang itu menghentikan sorak sorai para pria yang ingin melihat inti tubuh Nathalie. Tatapan mereka beralih secara bersamaan ke arah lelaki yang memakai tuxedo navy dengan topeng rubah."Ada yang bisa menawar lebih
Happy Reading and Enjoy~Arthur mengubah gaya tidurnya, berbalik ke kanan lima menit lalu kembali telungkup. Tidak sampai tiga menit ia mengubahnya lagi menghadap ke kiri. Begitu terus sampai menjelang pagi.Sejak kejadian beberapa bulan lalu tidurnya selalu gelisah. Ia teringat kejadian mengerikan yang bahkan tidak bisa diingatnya. Meskipun masalah selesai karena kembarannya itu memilih menikah dengan sahabatnya, tetapi tetap saja rasa bersalah menghantuinya.Karena perbuatannya Ara memilih menikah yang membuat kembarannya itu tidak bahagia. Arthur mengerang frustrasi. Mungkin hanya dirinya yang seperti ini, mungkin sekarang Ara sedang tidur nyenyak. Kembarannya itu tidak terlalu mempermasalahkan apa yang terjadi.Mereka berdua punya perasaan yang sama. Yang berbeda hanya cara dalam memelihara rasa yang mereka miliki. Jika Ara menganggap kejadian itu sebuah dosa yang menyangkup keberuntungan, maka Arthu
Happy Reading and Enjoy~Arthur tidak tau apakah perbudakan tempat Nathalie berada memaksa mereka makan dengan gaya anjing atau tidak, tapi melihat bagaimana Nathalie makan sepertinya tempat itu memang mengajarkan budak-budak mereka makan dengan gaya hewan.Setelah memandikan dan memakaikannya baju, Arthur menghidangkan makanan yang langsung dilahap Nathalie dengan rakus. Gadis itu meletakkan piringnya di lantai lalu makan langsung dengan menggunakan mulutnya, mengabaikan sendok beserta garpu yang tersedia.Sadar bahwa Arthur memperhatikannya, gadis itu menatap Arthur sengit bercampur takut. Seolah-olah Arthur akan mengambil makanan gadis itu.Nathalie sendiri memilih membawa piringnya menghadap ke arah lain, memunggungi Arthur.Arthur meringis, ia merasa punya hewan dalam wujud manusia. Dia berjalan mendekati Nathalie, berjongkok di hadapannya sembari tersenyum lembut.
Happy Reading and Enjoy~''Tidak ada masalah yang serius selain luka-lukanya yang cukup parah. Satu-satunya masalah serius adalah kejiwaannya. Aku tidak mau tahu apa yang sudah kau lakukan pada wanita ini karena itu bukan urusanku, tapi karena sekarang dia adalah pasienku, maka ini sudah menjadi tanggung jawabku.''Arthur menahan senyum. Wanita tua yang sialnya dokter khusus yang ditugaskan untuknya ini selalu ingin tahu semua urusannya, lalu mengadukannya pada Lucas dengan tambahan sedikit bumbu dramatis.''Tidak ada yang perlu kau ketahui, Irene. Aku hanya menolongnya, bilang pada daddy anaknya ini sudah menjadi lebih dewasa dan baik.''Irene terbatuk, dengan salah tingkah menaikkan kacamatanya.''Aku tidak pernah bilang apapun kegiatanmu pada Lucas. Jangan membuatku seolah-olah terlihat menjengkelkan.''''Kau bahkan tidak sadar jika dirimu menyebalkan.'' Arthur berdec
Happy Reading and Enjoy~Arthur mengangkat alisnya sebelah, sedikit gugup melihat Ara yang menajamkan pandangannya.''Gadis yang di dapat di tengah jalan? Jangan pikir aku tidak tahu siapa dia, kau lupa Alex punya kegemaran yang sama denganmu?''''Baiklah, baiklah.'' Arthur menggenggam kedua bahu Ara, mendorongnya masuk ke kamar.''Aku memang tidak pernah bisa membohongimu. Dia budak yang kubeli dari klub, kuyakin Alex juga tahu.''''Kau tidak biasanya beli budak apalagi memeliharanya. Jangan bilang karena masalah itu.''Arthur menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.''Tentu saja bukan. Aku hanya butuh barang untuk bermain-main. Akhir-akhir ini aku sedikit bekerja keras karena masalah Allard dan aku butuh sesuatu yang bisa membuat pikiranku segar.''Ara mengibaskan tangannya ke udara. ''Terserah padamu, tapi bukankah dia terlihat seperti
Happy Reading and Enjoy~Nathalie semakin beringsut di balik bahu Arthur. Menatap takut ke arah lelaki bermanik abu di hadapannya. Kedua tangannya meremas jas Arthur hingga kusut.Arthur menghela napas. ''Bisakah kau tidak memperhatikannya. Lihat, dia bahkan seperti kelinci yang ketakutan.''''Kau yakin dia bukan mata-mata yang dikirim musuh padamu? Biasanya musuh mengirim wanita yang terlihat lugu dan polos untuk membuat orang-orang seperti kita merasa kasihan.'' Allard berdecih, menatap tidak suka ke arah Nathalie.''Aku membelinya langsung saat pelelangan, bagaimana bisa dia mata-mata. Lagipula klub David's terkenal dengan pelayanan dan transaksinya.''Allard mengangkat kedua bahunya dengan gaya acuh tak acuh.''Mungkin aku yang terlalu khawatir. Aku akan menyuruh pelayan mengantar makan padanya di depan pintu. Aku bahkan belum pernah men
Happy Reading and Enjoy~Nathalie meringkuk di sudut kamar, punggungnya menyentuh ranjang. Ia sudah melakukan semuanya, sudah belajar lebih baik lagi.Bahkan dirinya sudah bisa makan tanpa berserakan, ia juga sering mandi. Semua sudah dilakukannya, tapi kenapa Arthur masih belum menjemputnya?Nathalie menyentuh lantai marmer ruangannya dengan jari telunjuk, membentuk lingkaran secara berulang-ulang. Ia mengerutkan dahi mendengar langkah kaki yang mendekat.Gelap dan sendiri membuatnya peka terhadap bunyi. Ini bukan jadwal makan, tapi mengapa ada orang yang datang? Apa mungkin itu Arthur?Ketika memikirkannya ia tersenyum lalu berdiri, berlari ke arah pintu dan mengintip dengan antusias. Lalu seketika senyumnya padam, Nathalie tidak mengenal orang itu. Bahkan pakaiannya tidak seperti pakaian yang biasa mengantarkan makanan padanya.Lalu siapa
Happy Reading and Enjoy~ ''Selamat ulang tahun, Nathalie.'' Nathalie tersenyum lembut, gadis itu menoleh ke arah kekasihnya. ''Kau menyiapkan semua hadiah ini untukku?'' tanyanya dengan suara pelan. Tom mengangguk lalu mengecup dahi Nathalie dengan sayang. ''Aku akan melakukan apapun untuk membuatmu senang.'' Waktu itu ulang tahunnya yang ke-25. Tepat saat Tom ingin melamarnya. Suasanya cukup meriah hingga tidak ada yang sadar semabuk apa Nathalie pada malam itu. Para tamu juga mabuk dan tidak terlalu menyadari apa yang terjadi. Nathalie sendiri sudah berdiri dengan kepala berdenyut, langkahnya menjadi tidak stabil. Gadis itu datang ke kamar yang sudah dipesan Tom untuk merayakan ulang tahun kedewasaannya. Seperti janjinya pada lelaki itu, ia akan tidur dengan Tom tepat pa