Happy Reading and Enjoy~
''Tidak ada masalah yang serius selain luka-lukanya yang cukup parah. Satu-satunya masalah serius adalah kejiwaannya. Aku tidak mau tahu apa yang sudah kau lakukan pada wanita ini karena itu bukan urusanku, tapi karena sekarang dia adalah pasienku, maka ini sudah menjadi tanggung jawabku.''
Arthur menahan senyum. Wanita tua yang sialnya dokter khusus yang ditugaskan untuknya ini selalu ingin tahu semua urusannya, lalu mengadukannya pada Lucas dengan tambahan sedikit bumbu dramatis.
''Tidak ada yang perlu kau ketahui, Irene. Aku hanya menolongnya, bilang pada daddy anaknya ini sudah menjadi lebih dewasa dan baik.''
Irene terbatuk, dengan salah tingkah menaikkan kacamatanya.
''Aku tidak pernah bilang apapun kegiatanmu pada Lucas. Jangan membuatku seolah-olah terlihat menjengkelkan.''
''Kau bahkan tidak sadar jika dirimu menyebalkan.'' Arthur berdecak, ia mencondongkan tubuhnya ke arah Irene.
''Dua bulan yang lalu siapa yang mengadukan pada daddy kalau aku baru saja jatuh?''
Dokter tua sialan itu menaikkan kacamatanya, gerakan tubuhnya gelisah seolah-olah ingin cepat-cepat menyudahi percakapan ini.
''Daddy bahkan melarangku menggunakan motor lagi. Demi Tuhan, Irene. Aku terjatuh bukan karena ceroboh, tapi seseorang menabrakku dan itu tidak disengaja. Aku sudah menyelidiki identitas penabrak itu dengan terperinci, dan kupastikan dia bukan musuh siapapun. Bukan musuhku apalagi musuh daddy.''
Ia cukup paham perilaku ayahnya, meskipun mereka jarang berkomunikasi, Lucas amat protektif sebagai orangtua. Diam-diam selalu mengawasinya meskipun mereka tinggal di negara yang berbeda.
''Kau aset yang akan meneruskan seluruh perusahaanku, aku harus menjagamu dengan baik.''
Cukup menyakitkan, tapi tentu saja bukan itu inti dari perkataannya. Tidak seperti dirinya yang terbuka pada perasaannya, ayahnya orang yang tertutup. Tidak terlalu bisa menyampaikan perasaan sayang melalui kalimat.
Mungkin dulu, sewaktu ia dan Ara masih kecil. Setelah mereka beranjak dewasa, Lucas mulai merubah sikap.
''Oh baiklah, aku mengaku. Aku yang melaporkan keadaanmu pada Lucas, tapi itu atas perintahnya dan karena aku khawatir padamu.''
Arthur meremas pelan kedua bahu Irene.
''Kekhawatiranmu cukup balas dengan tidak mengadukan apapun itu kegiatanku pada daddy,'' ucapnya pelan.
Ia mengedikkan dagu ke arah Nathalie yang masih meringkuk di kepala ranjang.
''Tugasmu di sini hanya mengobatinya tanpa banyak tanda tanya.''
Mungkin Arthur terlalu sering tersenyum dan ramah, lelaki itu seolah-olah tidak pernah letih berbuat baik. Kehadirannya di bumi adalah anugrah bagi yang mengenalnya, sayangnya hanya sedikit orang yang tau jika saat-saat tertentu Arthur bisa menjadi iblis.
Sedikit banyaknya sifat Lucas menurun padanya, bola matanya yang gelap akan terasa kelam jika menatap seseorang yang sudah melanggar batas privasinya.
Seperti saat ini, hanya sebuah tatapan, tapi mampu membuat Irene gemetar. Tidak butuh waktu lama sampai dokter tua itu mengangguk dan menyanggupi ucapan Arthur.
''Darimana datang gadis ini?''
''Kenapa bisa ada perempuan dengan cacat mental di apartemen Arthur?''
Dan masih banyak pertanyaan lain yang ingin dilontarkan, tetapi semua tertahan. Irene sadar bahwa saat ini sikapnya sudah terlalu jauh, Arthur tidak nyaman dengan itu.
Menghela napas pelan, Irene berjalan ke arah Nathalie yang langsung melangkah mundur sembari menggeleng ketakutan.
Irene tersenyum keibuan, mengulurkan tangannya untuk mengajak Nathalie menyambutnya. ''Aku tidak akan menyakitimu, ayo sayang, aku akan memeriksamu.''
Nathalie menoleh ke arah Arthur yang menganggukkan kepalanya sebagai bentuk persetujuan. Lelaki itu tersenyum lalu mengedikkan dagunya agar Nathalie menyambut Irene.
Dengan ragu-ragu dan sedikit ketakutan, Nathalie mendekat. Irene langsung memeriksa keadaannya.
''Aku akan menunggumu di ruang tamu seperti biasa.''
Baru saja ia mendaratkan bokongnya di sofa, suara klik dari pintu aprtemennya terdengar, dan sesosok wanita cantik dengan balutan dress mahal melangkah masuk.
''Kupikir kau sudah jadi mayat hidup. Belakangan hari ini kau tidak pernah menghubungiku lagi, aku merindukanmu, kau tau?''
Ara, kembarannya yang cantik itu turut mendaratkan punggungnya di samping Arthur. Memeluk singkat kembarannya itu dengan bibir mengerucut.
''Jangan bilang kau masih merasa bersalah atas pernikahanku? Sudah kukatakan bahwa aku mengambil keputusan ini demi kebaikan kita berdua. Kau tidak perlu merasa bersalah. Arthur, aku bicara padamu!''
Arthur terkekeh, memutar tubuhnya untuk menghadap Ara dengan pandangan lembut.
''Aku dengar, Ara. Aku memang tidak menyetujui hubunganmu dengan Alex, tapi demi Tuhan aku memberkati kalian berdua. Aku hanya sedikit sibuk akhir-akhir ini.''
''Benarkah?'' Ara menyipitkan matanya tajam, menilai keseluruhan wajah kembarannya.
''Tentu saja. Kemarilah, aku akan memelukmu.'' Arthur merentangkan kedua lengannya yang langsung disambut Ara dengan senyuman lebar.
''Apa kau bahagia, Ara?''
''...''
''Ara?''
''Eh, apa yang kau tanyakan? Maaf aku sedikit kurang fokus. Pelukanmu begitu nyaman, sudah lama kita tidak seperti ini sejak aku menikah.''
Arthur mengusap rambut Ara dengan sayang. ''Apa kau bahagia? Ia mengulangi pertanyaannya dengan nada lembut.
''Tentu saja aku bahagia, aku diam-diam menyukai Alex sejak pertama kali bertemu dengannya. Oh, aku tidak tau jika aku menyukainya pada pandangan pertama. Dan dua hari yang lalu dia mengaku juga menyukaiku.''
''Syukurlah kau bahagia, aku turut senang mendengarnya.'' Arthur tersenyum ketika mengatakannya, tapi hanya sedetik. Detik kemudian wajahnya berubah gelap, ia tau kembarannya sedang berbohong.
Alex, lelaki miskin itu hanya memanfaatkan kekayaan keluarga Dobson. Kedua tangan Arthur mengepal, bagaimana bisa lelaki itu berfoya-foya dan bermain dengan wanita-wanita lain dengan uang Ara?
''Jangan menjauhiku, Arthur. Aku tau sejak kejadian itu kita berdua menjaga jarak, tapi jangan menjadi orang asing. Kau tidak pernah menghubungiku lagi, bahkan kau juga tidak mendatangiku. Jika aku tidak berkunjung hari ini, apa kau akan mengunjungiku? Hanya kau satu-satunya yang kupunya, jangan menghindariku, ya?''
Lebih tepatnya mereka berdualah yang menjaga jarak. Ara sendiri langsung menghindarinya dan menikah tanpa sepengetahuannya. Sialnya ia baru tau dua hari sebelum resepsi pernikahan Ara dilaksanakan.
Setelah Ara menikah apa yang diharapkannya lagi?
Tapi harus diakui bahwa ialah yang terlalu keras dalam memberi batas pada hubungan mereka. Arthur menghela napas panjang.
''Maafkan aku, aku hanya tidak ingin mengganggu bulan madumu.''
''Hei, ada apa denganmu. Kita kembar dan kau kakakku, Arthur. Tidak biasanya kita menjaga jarak seperti ini.''
Arthur terkekeh. Ia mengusap puncak kepala Ara dengan sayang.
''Aku hanya tidak fokus. Banyak masalah yang harus ku urus akhir-akhir ini.''
''Apa kau masih membantu Allard?''
''Yeah, dia baru menemukan satu pengkhianat di perusahaannya. Kau ingin minum?''
Arthur melepaskan pelukannya dan langsung berdiri. Ketika itulah Irene datang dengan raut wajah gusar.
''Ini masalah serius, Arthur. Kurasa kau butuh perawatan intensif untuk gadismu itu. Aku sendiri tidak tau cairan apa yang ditanamkan di dalam pikirannya.''
''Gadis?'' Ara mengerutkan dahinya.
''Ara, kapan kau datang?''
Wajah Irene langsung berbinar, wanita tua itu menghampiri Ara laku memeluknya dengan sayang.
''Tadi, bibi. Aku tidak menyadari bahwa kau juga ada di sini.''
Kali ini pandangannya beralih pada Arthur. ''Gadis siapa, Arthur?'' tanyanya lagi ketika melihat kembarannya itu masih terdiam.
''Gadis yang kutemukan di tengah jalan. Aku hampir menabraknya, dan yeah, dia pingsan. Lalu aku membawanya ke sini untuk dirawat.''
Ara menyipitkan matanya, tau bahwa Arthur berbohong. Oranglain bahkan ayah dan ibunya bisa dibohongi, tapi Ara tidak bisa. Karena mereka memiliki kebiasaan yang sama jika berbohong.
Mungkin nanti ia akan bertanya lagi.
Ara melangkah ringan menuju kamar Arthur, matanya seketika membesar melihat wanita yang meringkuk di atas ranjang.
Bukankah gadis ini ...
Bersambung...
Happy Reading and Enjoy~Arthur mengangkat alisnya sebelah, sedikit gugup melihat Ara yang menajamkan pandangannya.''Gadis yang di dapat di tengah jalan? Jangan pikir aku tidak tahu siapa dia, kau lupa Alex punya kegemaran yang sama denganmu?''''Baiklah, baiklah.'' Arthur menggenggam kedua bahu Ara, mendorongnya masuk ke kamar.''Aku memang tidak pernah bisa membohongimu. Dia budak yang kubeli dari klub, kuyakin Alex juga tahu.''''Kau tidak biasanya beli budak apalagi memeliharanya. Jangan bilang karena masalah itu.''Arthur menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.''Tentu saja bukan. Aku hanya butuh barang untuk bermain-main. Akhir-akhir ini aku sedikit bekerja keras karena masalah Allard dan aku butuh sesuatu yang bisa membuat pikiranku segar.''Ara mengibaskan tangannya ke udara. ''Terserah padamu, tapi bukankah dia terlihat seperti
Happy Reading and Enjoy~Nathalie semakin beringsut di balik bahu Arthur. Menatap takut ke arah lelaki bermanik abu di hadapannya. Kedua tangannya meremas jas Arthur hingga kusut.Arthur menghela napas. ''Bisakah kau tidak memperhatikannya. Lihat, dia bahkan seperti kelinci yang ketakutan.''''Kau yakin dia bukan mata-mata yang dikirim musuh padamu? Biasanya musuh mengirim wanita yang terlihat lugu dan polos untuk membuat orang-orang seperti kita merasa kasihan.'' Allard berdecih, menatap tidak suka ke arah Nathalie.''Aku membelinya langsung saat pelelangan, bagaimana bisa dia mata-mata. Lagipula klub David's terkenal dengan pelayanan dan transaksinya.''Allard mengangkat kedua bahunya dengan gaya acuh tak acuh.''Mungkin aku yang terlalu khawatir. Aku akan menyuruh pelayan mengantar makan padanya di depan pintu. Aku bahkan belum pernah men
Happy Reading and Enjoy~Nathalie meringkuk di sudut kamar, punggungnya menyentuh ranjang. Ia sudah melakukan semuanya, sudah belajar lebih baik lagi.Bahkan dirinya sudah bisa makan tanpa berserakan, ia juga sering mandi. Semua sudah dilakukannya, tapi kenapa Arthur masih belum menjemputnya?Nathalie menyentuh lantai marmer ruangannya dengan jari telunjuk, membentuk lingkaran secara berulang-ulang. Ia mengerutkan dahi mendengar langkah kaki yang mendekat.Gelap dan sendiri membuatnya peka terhadap bunyi. Ini bukan jadwal makan, tapi mengapa ada orang yang datang? Apa mungkin itu Arthur?Ketika memikirkannya ia tersenyum lalu berdiri, berlari ke arah pintu dan mengintip dengan antusias. Lalu seketika senyumnya padam, Nathalie tidak mengenal orang itu. Bahkan pakaiannya tidak seperti pakaian yang biasa mengantarkan makanan padanya.Lalu siapa
Happy Reading and Enjoy~ ''Selamat ulang tahun, Nathalie.'' Nathalie tersenyum lembut, gadis itu menoleh ke arah kekasihnya. ''Kau menyiapkan semua hadiah ini untukku?'' tanyanya dengan suara pelan. Tom mengangguk lalu mengecup dahi Nathalie dengan sayang. ''Aku akan melakukan apapun untuk membuatmu senang.'' Waktu itu ulang tahunnya yang ke-25. Tepat saat Tom ingin melamarnya. Suasanya cukup meriah hingga tidak ada yang sadar semabuk apa Nathalie pada malam itu. Para tamu juga mabuk dan tidak terlalu menyadari apa yang terjadi. Nathalie sendiri sudah berdiri dengan kepala berdenyut, langkahnya menjadi tidak stabil. Gadis itu datang ke kamar yang sudah dipesan Tom untuk merayakan ulang tahun kedewasaannya. Seperti janjinya pada lelaki itu, ia akan tidur dengan Tom tepat pa
Happy Reading and Enjoy~Kedua mata gadis itu berbinar saat mereka memasuki toko boneka. Arthur sudah memesannya, toko itu harus kosong sebelum mereka sampai. Nathalie pasti tidak bisa berada di tempat ramai.Tanpa mempedulikan Arthur, gadis itu berlari menuju boneka beruang yang besar. Boneka yang bahkan lebih besar dari tubuhnya sendiri. Nathalie menoleh ke arah Arthur dengan senyum lebar.''A-aku m-mau ini,'' katanya semangat.Arthur tersenyum. ''Hanya itu? Kau bisa membeli boneka lain jika kau mau.''Nathalie buru-buru menggeleng. ''A-aku hanya m-mau yang ini.''Gadis itu terdiam, men
Happy Reading and Enjoy~Arthur terdiam menatap wanita cantik yang berdiri di dalam apartemennya, di gendongannya ada Nathalie yang terlelap.''Mom,'' sapanya pelan. Tidak percaya bahwa ibunya akan mengunjunginya tanpa memberitahu terlebih dahulu.Sementara Clara menatap anaknya dengan senyuman, tetapi dahi wanita itu berkerut. Menatap bingung ke arah wanita yang berada dalam gendongan Arthur—atau lebih tepatnya mencoba mengenali siapakah wanita itu.Kepalanya bergerak untuk memerintahkan Arthur membawa Nathalie ke dalam kamar terlebih dahulu.Arthur menelusuri ruangan apartemen dengan matanya, memeriksa apakah ayahnya ikut atau tidak. Rasanya mustahil jika ayahnya membiarkan ibunya pergi mengunjunginya tanpa dikawal. Dengan sikap posessif yang mengerikan itu, Lucas pasti datang juga ke kediamannya.Setelah membaringkan Nat
Happy Reading and Enjoy~''Clara, apa kau tidak lihat wajah Arthur? Anak kita itu tidak senang jika kita menginap di sini. Kita akan mengganggu kegiatannya dengan budak itu.''''Nathalie, Lucas. Wanita itu punya nama, jangan memanggilnya dengan sebutan budak.''Clara menatap Lucas tajam, memperingati. ''Aku masih ingin berada di sini. Arthur katakan, apa kau tidak mau mommy tinggal denganmu?''Tatapan Clara tertuju pada Arthur sepenuhnya. Ini memang selalu menjadi yang terumit. Sementara ayahnya sendiri memberi kode agar Arthur mengangguk. Ia tahu Ayahnya ingin berduaan dengan ibunya, tapi jika dirinya menuruti perkataan ayahnya, ibunya akan berkecil hati. Mau tidak mau sasaran yang paling empuk menimpakannya pada Nathalie. Arthur menoleh pada Nathalie yang bersembunyi di belakang tubuhnya. Gadis itu mencengkram erat kemeja yang dikenakannya, tangannya sendiri bergetar. Nathalie tidak terlalu takut dengan Clara, gadis itu bahkan mudah akrab dengan ibunya. Lain halnya dengan Lucas
Happy Reading and Enjoy~''Annie, pergilah sejauh mungkin. Aku yang akan mengatasi semuanya.'' Wajah lelaki itu tidak terlihat jelas, tapi Nathalie masih bisa mengenalinya. Dia adalah Tom, kekasihnya. ''Aku tidak bisa meninggalkanmu! Aku juga tidak mau membunuhmu, kita akan mati bersama.''Tom mengacak rambut frustrasi. ''Ayolah, Annie, jangan keras kepala. Aku bisa menangani mereka, pergilah sejauh yang kau bisa.''''Aku tidak mau!'' Nathalie berteriak, air matanya mengalir. Hari ulang tahunnya yang ke-17 adalah mimpi buruk. Setidaknya, bagi Nathalie yang memiliki hati selembut kapas. Di hari ulang tahun ke-17 keluarganya akan mengadakan adat yang sudah turun temurun. Membunuh minimal satu orang sebagai percobaan bahwa dirinya beranjak dewasa. Mirisnya, orang yang pertama dibunuh harus kekasihnya. Karena mereka dididik untuk berhati dingin. Mereka mendekat. Tom dan juga dirinya terlahir dalam keluarga yang memiliki adat gelap, mau tidak mau dibesarkan dengan cara yang keras. Te