Share

Tiga

Happy Reading and Enjoy~

Arthur mengubah gaya tidurnya, berbalik ke kanan lima menit lalu kembali telungkup. Tidak sampai tiga menit ia mengubahnya lagi menghadap ke kiri. Begitu terus sampai menjelang pagi. 

Sejak kejadian beberapa bulan lalu tidurnya selalu gelisah. Ia teringat kejadian mengerikan yang bahkan tidak bisa diingatnya. Meskipun masalah selesai karena kembarannya itu memilih menikah dengan sahabatnya, tetapi tetap saja rasa bersalah menghantuinya.

Karena perbuatannya Ara memilih menikah yang membuat kembarannya itu tidak bahagia. Arthur mengerang frustrasi. Mungkin hanya dirinya yang seperti ini, mungkin sekarang Ara sedang tidur nyenyak. Kembarannya itu tidak terlalu mempermasalahkan apa yang terjadi. 

Mereka berdua punya perasaan yang sama. Yang berbeda hanya cara dalam memelihara rasa yang mereka miliki. Jika Ara menganggap kejadian itu sebuah dosa yang menyangkup keberuntungan, maka Arthur sendiri menganggap kejadian itu sebagai malapetaka seutuhnya. 

Sebab ''tidur'' dengan kembaran sendiri yang disukai malah memperburuk keadaan dan rasa suka yang entah sejak lama bersarang di dalam hatinya. Arthur malah memiliki keinginan kuat untuk menikahi kembarannya alih-alih menggunakan ''tidur'' sebagai alasan. 

Sejak beberapa bulan yang lalu jugalah ia memutuskan untuk lebih sering terjun dalam dunia bawah. Mencoba menghilangkan rasa frustrasi dengan melihat pelelangan budak di dunia bawah. Tentunya ia juga meminta bantuan pada paman Sebastian-tangan kanan ayahnya--untuk memberitahu klub mana yang sedang melakukan pelelangan. 

Meskipun tinggal di negara yang berbeda, wawasan Sebastian tentang klub-klub yang bergerak di dunia bawah tidak perlu diragukan lagi. Itulah mengapa sebelum memilih klub yang akan di datangi, Arthur sering bertanya pada Sebastian. Hanya untuk memastikan harinya aman saat melihat pelelangan. Ia tidak mau ada gertakan dari segerombolan polisi yang mengacaukan tempat pelelangan.

Arthur menatap jam di ponselnya dengan malas, lalu mencari nomor Sebastian sebelum meneleponnya. Tampaknya malam ini ia akan menghabiskan waktunya di klub. 

''Kuharap aku tidak mengganggu waktumu, paman.''

Hening, hanya deru napas yang terdengar. Arthur tersenyum simpul, dia telah mengganggu waktu Sebastian dengan istrinya.

''Malam ini klub biasa.''

Tanpa basa basi, seolah tahu apa yang akan ditanyakannya, Sebastian langsung menjawab.

Arthur tertawa ringan. ''Maaf mengganggu malam indahmu, paman. Kau bisa melanjutkannya lagi.''

Arthur menghubungi Sebastian jika hal itu penting, satu-satunya hal tidak penting adalah menanyakan soal klub. Sayangnya itu yang sering dilakukannya. Sebastian tidak perlu menebak mengapa Arthur meneleponnya di malam hari seperti ini.

Arthur meraih kunci mobilnya. Bersenandung kecil dan langsung menuju klub yang sering di datanginya. 

Klub David's salah satu klub yang sering dikunjunginya. Selain menyediakan berbagai macam minuman langka dan mahal, tempatnya juga tertutup. Menjunjung tinggi privasi, itulah sebabnya klub ini banyak dikunjungi para petinggi dan orang-orang penting di negaranya. 

Pemilik klub sendiri mengetahui banyak rahasia para petinggi dan orang-orang penting yang berada di negara ini, sayangnya tidak satupun para petinggi dan orang-orang penting itu tahu wajah David. Dia selalu mengenakan topeng, dan kehidupan pribadinya tertutup. 

Tidak ada yang bisa menjelaskan bagaimana wajah aslinya, tapi yang pasti David pembisnis muda yang sukses. 

Arthur memiliki kartu VIP, membuatnya dengan mudah memasuki dunia bawah tempat pelelangan budak dilaksanakan. Memilih tempat duduk di bagian akhir, ia senang mengamati gerakan tubuh pembisnis dan orang-orang penting yang berada di sana.

Meski wajah mereka ditutupi dengan topeng, Arthur dengan mudah mengingat setiap kebiasaan dan gerakan. Salah satu rahasia sukses yang dimilikinya. Arthur tidak mungkin bekerja sama dengan pembisnis yang tergila-gila pada tubuh wanita dan dominan pada budak-budak yang dibelinya. 

Seperti biasa, acaranya cukup membosankan. Budak-budak itu berdiri dengan tatapan kosong, tubuh tanpa pikiran. 

''Malam ini kami akan menjual budak yang paling spesial. Dia satu-satunya budak yang masih perawan. Bukan hanya itu, dia juga punya pikiran dan seperti perempuan lain pada umumnya. Tapi tenang saja, dia tetap akan mematuhi perintah. Jika dia berontak dan tidak bisa diatur, Anda bisa membawanya pada kami dalam beberapa minggu untuk diisolasi.''

Arthur berniat pergi, tapi mengurungkan niatnya ketika mendengar kalimat itu. Selama ia mengikuti pelelangan belum pernah ada yang hidup. Semua wanita yang menjadi budak seolah mati, mereka berdiri bagaikan boneka. 

''Nathalie!''

Seorang wanita diseret agar mengikuti langkah algojo berbadan besar, dipaksa duduk di bangku tinggi yang menjadi tempat para budak-budak sebelumnya. 

Kedua bola mata wanita itu menatap takut-takut ke arah semua orang yang berada di sana. Arthur tersenyum tipis, wanita itu memang memiliki reaksi. 

Tubuhnya kurus, ada puluhan lebam yang berada di sekitar pundak dan kakinya. Setidaknya itulah yang terlihat. Wajahnya pucat, dan kerutan di dahinya membuat Arthur memiliki dorongan kuat untuk menghilangkannya. 

Aneh, ia ingin membawa gadis itu pulang lalu memeluknya dan mengatakan bahwa semuanya baik-baik saja. Bahwa gadis itu aman bersamanya. Tidak tahu apa yang merasuki pikirannya, tetapi ketika mereka ingin melihat alat kelamin gadis itu . Ia menyebutkan angka yang mungkin bisa di catat dalam sejarah pelelangan. 

Yang dia tau, Nathalie harus dirawat dengan baik. Gadis itu memiliki reaksi, tidak seperti budak-budak lainnya. Arthur tidak tahu dari mana rasa ketertarikan ini berasal, tetapi mari anggap saja itu sebagai hadiah keberuntungan bagi gadis itu karena dirinyalah yang membeli. 

Pembeli yang lain belum tentu memperlakukannya dengan hormat. Mereka membeli budak untuk memuaskan nafsu, bukan untuk membebaskan. Yah, meskipun nanti ketika Nathalie berada di tangannya ia tidak akan membebaskannya juga. Setidaknya Arthur tidak akan menyakiti budaknya sendiri. 

Mungkin ia akan mengajari Nathalie beberapa hal agar gadis itu bisa seperti wanita-wanita lainnya. Agar ia bisa menghentikan pembantunya dan membuat gadis itu mengerjakan pekerjaan rumah. Tapi alih-alih berangan seperti itu, disinilah ia sekarang. 

Menatap tubuh polos Nathalie di dalam bathub. Ia berniat memandikan Nathalie. Gadis itu meringis saat luka-lukanya terkena air. Ada binar senang di wajahnya saat melihat seluruh tubuhnya tertutup busa. Ia mendongak menatap Arthur dengan sorot takut, ragu-ragu mengambil air lalu memasukkannya ke dalam mulut dengan cepat. 

Arthur tercengang, itu air sabun! 

''Muntahkan! Kenapa kau meminumnya?'' 

Tanpa sadar suaranya meninggi, membuat gadis itu beringsut mundur dengan memeluk kedua lututnya. Arthur mencengkram pundaknya, menekan kedua pipi Nathalie.

''Muntahkan, Nathalie! Kenapa kau meminumnya? Kau bisa sakit.'' 

Tidak ada jalan lain, Arthur memasukkan telunjuknya ke kerongkongan Nathalie. Membuat gadis itu memuntahkan isi perutnya. 

''Kalau kau haus dan ingin minum, aku akan memberikannya. Jangan pernah minum air dari kamar mandi lagi, kau mengerti?''

Nathalie mengangguk takut-takut, matanya berair karena dipaksa mengeluarkan isi perutnya.

Arthur mengerang, akan sejauh mana usahanya nanti agar bisa membuat Nathalie seperti gadis normal. Tampaknya ia harus menyewa seseorang untuk mengajari gadis itu. 

''Buka mulutmu.''

Arthur mengambil sikat gigi miliknya lalu menggosok gigi Nathalie. 

''Mulai hari ini dan seterusnya, kau harus menyikat gigimu ketika mandi. Kau juga harus mengenakan sabun dan shampo, ini untuk badan, sementara yang ini untuk rambut.''

Ia menunjuk satu persatu botol yang berjejer di sana.

''Basuh mulutmu dan jangan meminum airnya.'' 

Nathalie melakukannya dengan baik, membuat Arthur tersenyum puas. Tampaknya tidak terlalu buruk mengajarinya.

''Tutup matamu dan tenangkan tubuhmu, iya seperti itu. Aku akan mencuci rambutmu.'' 

Arthur menarik keinginannya. Ia sendiri yang akan mengajari Nathalie, tidak perlu orang lain. Karena melakukannya terasa ... menantang.

Bersambung...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status