Share

Chapter 2 : Perjalanan Dimensi

Masa depan?

Bukan.

Masa lalu?

Bukan juga.

Lantas apa?

Igris bertanya kepada dirinya sendiri. Dia terjebak dalam kehampaan yang membuatnya terjatuh tiada henti. Menghadap ke kiri atau kanan, kedua mata hanya dapat memandang sebuah kilasan cermin yang memperlihatkan sebuah perjalan hidup.

Ini … ingatanku?

Tidak, bukan.

Aku tidak pernah melihat sesuatu yang seperti ini.

Dia bahkan tidak mengenali satupun hal di sana. Apa yang sedang terjadi di depan matanya seperti sebuah film dokumentasi dengan sudut pandang orang pertama. 

Semakin lama Igris di dalam kehampaan tersebut, perlahan-lahan lintasan cermin yang menunjukan ingatan tersebut menjadi semakin cepat. Dari segala arah, lintasan cermin itu menjadi semakin sempit seolah mendekati Igris sebagai pusatnya.

Trang!

 [ Transfer memori telah selesai ]

Lagi-lagi suara ini. Apa sebenarnya ini? Tulisan melayang dengan suara aneh.

[ Sistem mendeteksi sebuah gangguan ]

Gangguan?

[ Efek ‘shock’ dari kematian membuat pemain dalam fase ‘pemulihan’ ]

[ Untuk menangani efek dan fase tersebut, sistem akan memasuki mode ‘ringkas’ untuk memadatkan informasi yang di butuhkan pemain ]

[ Loading Data - … ]

[ Enkripsi data telah selesai. Sistem telah diperbaharui ]

[ Memulai pemindahan ]

Tunggu dulu. Kau punya informasi? Sebentar, ada yang ingin aku tanyakan. Jangan-!

*

*

*

*

Mentari pagi datang menembus tirai jendela. Sinar yang menyilaukan mata itu datang di kedua matanya yang sedang tertidur pulas di atas kasur.

“Uuhh ...”

Erangan yang keluar dari mulutnya diikuti dengan tubuh yang merenggang. Kedua tangan serta kaki di rentangkan seolah melemaskan otot yang ada. Mulut terbuka sembari menguap kantuk yang belum pudar. 

Kedua mata perlahan terbuka. Melihat bagaimana ada langit-langit kamar berbentuk plafon itu diikuti dengan tangan yang menggaruk kepala.

“Aku … tertidur? Barusan itu … mimpi?”

Igris mengingat kembali apa yang terjadi padanya. Kedua matanya sontak melebar kuat dengan raut wajah yang memucat.

“Tunggu dulu, kenapa aku masih bangun? Seharusnya aku -!”

Ingatan yang melintas di kepalanya terasa seperti mimpi buruk. Ledakan dahsyat dari seorang lelaki di tengah medan perang membunuh habis rekan pasukan kerajaan Perland yang dia pimpin.

“Aakhh!”

Rasa sakit itu menyambar ke seluruh tubuh dan kepalanya. Setiap kali Igris berusaha mengingatnya, dia tidak bisa menghindari sengatan listrik yang menyambar tubuhnya.

Tak terlepas di sana, Igris di buat kebingungan dengan ruangan di mana dia terbangun. Kasur yang di lapisi seprai dan selimut yang lembut, bersamaan dengan aroma harum dari ruangan. Berbeda dengan apa yang dia ketahui, Igris tidak melihat adanya senjata yang terpajang ataupun ranjang terbuat dari kayu dan bambu. 

Ketika dia terbangun, biasanya dia bisa meraih pedang yang dia letakkan di samping ranjang. Namun, sekarang dia melihat sebuah dua benda kotak dengan ukuran yang berbeda. Kecil namun terlihat menyala dengan menunjukan jam di tampilannya adalah sebuah handphone. Sedangkan satunya terlihat besar dengan posisi terbuka dan memiliki banyak huruf dan tombol di bawahnya itu adalah laptop.

“(Apa … semua ini?! Aku ada di mana?!)”

Sejenak, kedua matanya beralih. Igris memegang jidatnya keheranan dengan situasi tersebut. Tetapi …

“Beda. Rasanya … beda!”

Struktur wajah yang dia rasakan dengan telapak tangannya sendiri terasa sangat berbeda. Keringat dingin bercucuran, mulai dari kedua telapak tangan.

Igris langsung melompat keluar dari atas kasur dan berlari ke salah satu pintu di sana.

Brak!

Nafas terengah-engah tak beraturan. Keringat dingin yang tiada henti membuatnya semakin panik ketika menyadari setiap keanehan itu. Dia tak tahu harus berbuat apa. Dan langkah kakinya pun membuatnya berakhir tertuntun ke dalam kamar mandi. Kaca besar terpajang tepat di depan mata. Memberikannya gambaran jelas akan wajah dan tubuhnya sekarang.

Igris terlihat pucat seketika melihat dirinya sendiri.

“Ini … aku?”

Wajah tampan dengan paras yang menggoda, terlebih lagi rambut hitam sekelam langit malam yang berpadu selaras dengan kulit coklat terangnya. Kedua mata terlihat tajam dan ganas, namun memiliki warna kuning lembut yang menyelimutinya.

“Aku tidak pernah ingat kalau aku terlihat seperti ini.”

Dia menghela nafas panjang. Igris menunduk terdiam sembari berusaha mengatur nafas.

“(Jelas-jelas aku sudah mati. Kehancuran di medan perang, dan sisa mana di tubuhku yang hisap tidak memungkinkan aku untuk kembali hidup-hidup!)”

Tidak ada satupun jawaban yang muncul. Seberapa keras Igris mencari, dia hanya akan dihadapi oleh jalan buntu.

Igris berbalik dan tergesa-gesa keluar dari kamar mandi. Hal yang dia lakukan seketika melihat keanehan itu adalah membuka tirai jendela.

Sraak!

Sinar matahari menembus masuk ke kaca jendela yang terpapar oleh dunia luar. 

Tin tin!

Kring kring!

Klakson kendaraan roda empat dan dua bertebaran di sepanjang jalan kota. Orang-orang berjalan di tengah keramaian menggunakan transportasi yang tidak pernah Igris lihat sebelumnya.

Mobil listrik adalah kendaraan masa depan. Wujudkan mimpimu bersama Desla.

Sangsung Semesta S32+ Quad camera dengan wide angle terbaik di antara handphone lain.

Papan iklan berupa televisi yang menunjukan video singkat dan film-film di dalamnya. Kemajuan teknologi dari dunia tersebut membuat Igris terdiam semakin kebingungan.

“Ini … bukan duniaku. Ini … di mana?”

Di kala Igris di landa kebingungan, dia menemukan panel hologram sistem yang kembali muncul.

Ting!

[ Selamat datang, tuan ]

[ Anda telah memenuhi syarat untuk mengaktifkan ‘Reversal Reborn System’ ]

“Reversal … Reborn System?”

Igris mengira kalau panel sistem itu hanya sebuah halusinasi baginya. Tetapi, ini bukanlah pertama atau kedua kalinya dia melihat sistem itu.

[ Anda telah dipilih untuk menjadi pemain. Dengan syarat ‘kematian pertama’ telah terpenuhi, anda telah terlahir kembali di dunia lain ]

“Terlahir … kembali?”

Sulit bagi Igris untuk percaya. Dia yang telah melihat kematian, kini menginjakkan kakinya di dunia lain yang terlihat sangat berbeda dengan miliknya dahulu. Tak terhenti di sana, dia juga melihat bagaimana adanya sebuah panel hologram yang memberikan informasi tertentu kepadanya.

[ Sistem mendeteksi pembaharuan. Mulai konfigurasi sistem dan transfer data ]

Deg!

“Ugghh!”

“AGHHHH!!”

Rasa sakit tiada tara itu memenuhi otaknya. Bahkan seluruh tubuh Igris terasa bergetar, mulai dari organ dan setiap tulang yang ada. Sebuah lintasan memori datang begitu cepat memasuki kepala. Memori yang melintas di dalam pikirannya itu adalah pemilik tubuh yang dia naungi sekarang.

Dunia yang berbeda dari miliknya itu bernama Bumi. Di huni oleh manusia yang tidak memiliki kemampuan dasar mana dan hanya mengandalkan otak serta fisik untuk mengalami kemajuan dalam peradaban.

[ Nama : Nathanael Michaelis ]

[ Level : 1 ]

[ HP : 1000/1000 ]

[ MP : 100/100 ]

[ Class : - ]

[ Kekuatan : 10 ]

[ Kecerdasan : 10 ]

[ Kelincahan : 10 ] 

[ Indera : 10 ] 

[ Skill : - ]

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status