Share

2 ; Kabar Setelah Malam itu

"Ketua kelas?"

"Jevan, Bu!" teriak Haikal dari bangku paling belakang yang merupakan teman sebangku Jevan. Diliriknya Haikal dengan tatapan sinis karena cowok itu lagi makan cireng yang tadi ia beli di kantin dengan alasan ke toilet.

Haikal hanya menaikkan kedua alisnya sambil tersenyum bangga seolah mengatakan, "Keren kan gue."

Buru-buru Jevan menelan cirengnya sebelum ketahuan oleh Bu Dara, guru sejarah wajib yang super galak. "Kenapa, Bu?"

"Kamu tau Shera kemana? Ibu lihat di absensi sudah 3 hari alpa."

'Loh, udah tiga hari?' Jevan menolehkan kepalanya ke bangku Anissa, teman sebangkunya Shera sambil meminta bantuan mengenai info kemana perginya cewek itu melalui mimik wajahnya. Sayangnya Anissa tengah mengobrol dengan Raisha.

Jevan menghela nafas, "Kurang tau, Bu."

"Tidak ada info dari wali kelas?"

"Ti—"

"Sakit, Bu!" jawab Anissa tiba-tiba membuat seisi kelas memandangnya takut. Takut Bu Dara akan marah karena beliau tidak suka bermain-main mengenai absensi.

“Cha sumpah, lo udah gila apa?!” pekik Raisha pelan dengan suara tertahan takut Bu Dara mendengar.

"Diem!" balas Anissa dengan nada yang bergetar. Sebenarnya ia juga takut, tapi karena Shera sudah sering tidak hadir tanpa keterangan, mau tidak mau kali ini harus berbohong agar temannya itu tidak diproses di BK.

"Tadi Jevan bilang kurang tau."

"Ah itu... Emm.. Tadi wali kelas dateng sebentar sebelum Ibu masuk. Ngabarin kalau Shera sakit."

"Kenapa di absensi bisa alpa?" tanya Bu Dara penuh curiga. Baik Jevan maupun Anissa sama-sama saling tatap dengan keringat dingin dan perut yang tiba-tiba mulas.

"Sekretaris lupa ganti kali Bu," jawab Felix anteng dari bangku di sebelah Annisa. Tapi antengnya Felix justru membuat Julia melototkan matanya kaget dan takut yang bercampur menjadi satu.

"Benar sekretaris?"

"Bener Bu," segera Julia menundukkan wajahnya setelah menjawab Bu Dara. Dilihatnya Felix sedang tersenyum jail sambil menaikkan kedua bahunya. 'Sinting!'

Bu Dara melepaskan kacamatanya, menatap seisi kelas dengan tajam seolah ada pisau yang tertanam di wajahnya. "Ibu harap kalian tidak berbohong tentang absensinya Shera, terutama kamu Anissa."

Anissa membeku seketika. Sudah bisa ia bayangkan bagaimana amukan beliau jika aksinya ini ketahuan. 'Shera, lo harus berterimakasih sama gue karena udah nyelametin lo!'

"Baiklah, sekian untuk pertemuan hari ini. Tolong baca materi yang tadi Ibu berikan, minggu depan kita ulangan," Bu Dara membereskan mejanya, memasukkan buku-buku yang ia bawa kedalam tasnya. "Selamat siang."

"Siang Bu!"

"Haahh......" Raisha menghembuskan nafas merasa lega. Sungguh tadi adalah momen yang sangat menegangkan, lebih menegangkan dari dirinya tinggal di rumah sendirian saat malam hari namun tiba-tiba listrik padam. "Shit! Gue takut banget. Kalau ketahuan gimana?"

"Kena amuk lah. Lagian keajaiban apa yang mau lo harepin dari kemarahan Bu Dara," Regar menyentil dahi Rhaisa, teman sebangkunya dari kelas 10 dengan kesal. Gara-gara belain Shera, satu kelas hampir tidak dapat istirahat jika ketahuan.

"Cha, plis ini terakhir kalinya lo ngelibatin gue. Yang kena imbasnya ntar gue walaupun lo yang belain," keluh Julia yang entah bagaimana sudah berada di depan bangku Anissa.

"Say it louder sist! Jevan juga noh kena ntar," entah ingin membela atau mengompori, Hayden dari pojok bangku Jevan dan Haikal tersenyum mengejek dan hanya dibalas Anissa dengan jari tengah.

"Yang temenan deket sama Shera, gak tau dia kemana?" tanya Jevan penasaran. Pasalnya ia bosan terus menerus ditanyai mengapa Shera tidak datang selama 3 hari berturut-turut padahal ada Julia. Wali kelas juga tidak menyampaikan info apa-apa, makin ribet jadinya.

"Kalau tau mah gak perlu bohong kaya tadi," Raisha dengan malas menjawab Jevan.

Balik lagi ke gerombolan Anissa, Raisha, Regar, dan Julia serta Mahesa yang baru datang dari kantin membawa beberapa snack. Ritual seperti biasa untuk asupan sebelum memulai sebuah obrolan penting.

"Lo semua pada tau rumahnya Shera, kan?" tanya Raisha memulai yang diangguki oleh keempatnya.

"Tapi, tau gitu doang sih. Gue pernah nganterin dia tapi gak pernah masuk ke rumahnya," Regear berusaha mengingat bentuk rumah Shera yang pernah ia datangi.

"Kita semua juga kalau gitu," celetuk Julia mewakili mereka yang pernah ke rumah Shera cuma untuk mengantar atau menjemput.

Mahesa berpikir sejenak sambil memakan snacknya, "Gimana kalau kita datengin rumahnya?"

Tentu saja, ditolak mentah-mentah. "Yang punya rumah aja nggak pernah ngajak kesana. Masa kita dateng tiba-tiba, sih."

"Terus gimana dong?"

"Gak punya kontak orangtuanya atau sodaranya?" Jevan tiba-tiba ikut nimbrung sambil menyomot snack yang ada di tangan Regar.

Baik Julia, Raisha, maupun Anissa sama-sama menunduk. Ternyata walaupun sudah berteman dari SMP, Shera sama sekali tidak pernah menceritakan orangtuanya bahkan setau mereka cewek itu anak tunggal.

"Gak punya."

"Saudaranya?"

"Gue tau Shera punya kakak," sahut Felix yang juga ikut nimbrung.

"Shera punya kakak?" tanya Raisha, Anissa, dan Julia kaget. Kemudian diikuti dengan yang lainnya, "Siapa?" Mereka memasang mata lekat-lekat pada Felix meminta sebuah jawaban.

"Pacarnya Juna."

Hening lagi, semuanya tampak mencari tau siapa pacarnya Juna, alumni sekolah mereka yang lulus dua tahun lalu.

"Siapa?" tanya mereka lagi secara serentak.

Felix sampai harus menoyor kepala mereka satu persatu. Masa tidak tahu pacar Juna, kapten futsal kebanggan Dirgantara sih?

"Itu loh si Rosie."

"Kak Rosie? Sekarang pacaran sama Juna? Bukannya sama Jeffrey?!" ucap Julia heboh. Dulu saat ia kelas 10, pernah dengar rumor kalau Jefrrey sama Rosie pacaran.

"Hah masa? Bukannya emang sama Juna? Kalau gak salah Jeffrey tuh ditolak," Raisha menjawab sambil berusaha mengingat informasi yang ia dapat saat kelas 10 di perpustakaan.

"Bukan ditolak, tapi si Rosie emang dari awal udah suka sama si Juna. Si Jeffrey nyerah dah tuh," kali ini Haikal yang menjelaskan. Soalnya ia juga pernah dengar ada yang gibahin mereka di kantin.

"Gila, dapet info dari mana lo?” tanya Anissa tidak percaya dengan apa yang Haikal sampaikan.

Hayden ikut curiga dan tidak percaya dengan info selengkap itu. Yah, itu wajar selama yang nyari info Haikal karena temannya hampir satu sekolahan. “Nyebar hoax dosa lu, gila.”

“Demi Allah gue denger sendiri di kantin,” bela Haikal dengan kesal. Regar dan Mahesa yang sudah risih topiknya jadi lari, menatap satu sama lain lalu menaikkan kedua bahu.

"Jadi, ada yang punya kontaknya si Ka Rosie?" tanya Mahesa menyadarkan mereka kembali tentang topik awal yang dibahas.

Yang berada di kerumunan saling menatap satu sama lain, memberi sinyal apakah ada yang tahu dengan gerakan mata dan kepala. Kemudian saling menggeleng.

Jevan entah kenapa merasa ada yang tidak beres dari Shera. Masa sih, cewek seriang Shera yang sering ngajak cabut ke kantin, ngajak hangout bareng, satupun teman-temannya bahkan yang dekat pun tidak memiliki kontak orangtua atau saudaranya? Aneh.

Di tengah obrolan teman-temannya yang masih membicarakan kemana perginya Shera, Jevan menawarkan sesuatu yang membuat mereka tidak ingin menolak.

"Gue kerumahnya aja kalau gitu."

"Emang lo tau rumahnya Shera?" tanya Felix.

"Di kelas ini ada yang nggak tau rumahnya Shera?" Yah tidak salah sih. Shera cukup sering menumpang teman-temannya jika pulang sekolah dengan berbagai macam sogokan. Entah itu makanan, minuman, atau duit untuk isi bensin. Lumayan lah, rumahnya juga tidak jauh dan rata-rata pada searah.

"Gue juga ikut kalau gitu," Julia ikut menawarkan diri. Selain khawatir, ia juga sekretaris kelas yang harus mengetahui kabar teman-temannya.

Hayden memiringkan kepalanya, “Iya deh ikut. Balik dari rumah Shera cowo lo berantem sama Jevan, ” Julia memukul lengan Hayden dengan buku absensi yang sedang ia pegang dari tadi. 

Jevan menggeleng tegas. “Gue sendiri aja."

Setelah itu ia merangkul bahu Haikal dan menarik Regar keluar dari kerumunan. Mereka pergi ke kelas sebelah, kelas Jendra dan teman-temannya yang lain, disusul dengan Mahesa, Hayden, dan Felix.

Mahesa menghentikan langkahnya, Jevan dan yang lainnya juga terpaksa berhenti. Mereka memandangi Mahesa secara saksama, penasaran kenapa tiba-tiba berhenti. 

"Lo suka Shera ya, Van?"

Pertanya tiba-tiba Mahesa membuat yang lainnya membulatkan mata tidak percaya. Padahal mereka tidak ada pikiran terhadap hal itu sama sekali, tapi kenapa Mahesa tiba-tiba? Aneh sekali.

Jevan mengernyitkan dahinya, tidak mengerti namun, tidak ingin menjawab. Bungkam lebih baik, agar Mahesa yang menyimpulkan sendiri.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status