Share

2. New School

Hal yang paling kusukai, ketika melangkahkan kaki di halaman rumah Seward. Indah, persis dengan apa yang kubayangkan selama ini. Rumahnya besar, dengan arsitektur yang luar biasa keren. Lantainya dari kramik dan dindingnya dari kayu.

Seward langsung menunjukan kamar yang akan menjadi milikku. Ternyata di lantai 2. Ruangannya besar, tertata rapi. Seperti sudah direncanakannya saja, semua fasilitas yang aku perlukan ada. Bajupun sudah dibelikannya. Entah bagaimana dia bisa mempersiapkan hal seperti ini.

“Istiratlah, besok aku akan mengantarmu ke sekolah barumu.”

“Baiklah. Good night kak. Terimakasih banyak,” Ucapku tulus. dan dia hanya tersenyum sebagai jawabannya.

***

Ketika membuka mata, matahari mulai menampakan sinarnya menerobos lubang-lubang kecil dari pohon agar bisa masuk melewati jendela kamar ini.

Aku mulai mengingat bagaimana aku bisa sampai disini. Perlahan aku membuka jendela, udara segar masuk kedalam kamarku, angin yang dipagi hari yang begitu sejuk membuat pikiranku tenang.

Aku menarik napasku dengan pelan merasakan bagaimana kesejukan masuk kedalam paru-paruku. Ketika mata ini memandang, aku baru tersadar ternyata tak banyak bangunan rumah disini. Hanya ada 4 rumah, itupun dengan jarak yang lumayan jauh. Kota ini memang masih natural. Persis seperti yang selalu kupikirkan.

Terdengar suara langkah kaki menuju kamarku. Dan aku begitu yakin dia pasti Seward. Mungkin dia mengira aku masih tidur. Seward membuka pintu kamar, dan melihatku berdiri memandangi pemandangan sekitar rumah.

"Yuri, kau suka dengan tempat ini?"

"Jika aku bilang tidak. Apakah kita akan pindah rumah?" Seward hanya tersenyum, dan menganggukan kepalanya.

"Tentu saja suka. Sejak kecil aku selalu ingin mempunyai rumah dikelilingi pohon. Seperti ini," Aku mengucapkannya dengan antusias.

"Kalau begitu aku tak perlu cari tempat tinggal baru," Aku hanya tertawa mendengar ucapannya." Bersiaplah, kita berangkat ke sekolahmu."

Ketika waktu menunjukan pukul 06.30 Am. Aku sudah siap dengan seragamku dan semua keperluan sekolahku. Seward sudah menungguku di meja makan.

"Cepatlah makan, kau sudah tak sabar kan ingin melihat bagaimana sekolah barumu?" Benar. Semalaman aku selalu penasaran dengan sekolah yang Seward maksud. Dia begitu excited menceritakan sekolah baruku itu.

"Kak, siapa yang masak semua makanan ini?" Perasaan heran ketika melihat makanan yang sudah siap. Tak mungkin jika Seward yang memasak semua ini.

"Tentu saja bukan aku. Aku menyewa orang untuk membereskan rumah ini, dan sekaligus tukang masak. Jadi tiap pagi mereka akan datang kerumah ini dan sorenya mereka pulang," Dia menjelaskan dengan santai.

"Oh. Jadi setiap hari mereka datang kesini?"

"Tidak juga," Apa maksudnya. Pikirku kebingungan. Mungkin mereka bekerja disini semaunya mereka.

Seward mengajakku ke garasi. Disana ada 4 mobil. Tentu saja semuanya merk yang cukup terkenal  Volvo, Mercedes dan Honda R. Aku pernah melihat mobil-mobil ini di majalah. Seward memang hebat, dia bisa melakukan apapun yang dia mau, dia juga bisa membeli apapun yang di inginkannya hanya dengan uangnya sendiri. Seward memang kompeten.

"Kau bisa menyetir mobil?"

"Tenu saja. Tapi aku harus mengetahui jalanan disini."

"Kalau begitu, aku akan mengantarmu ke sekolah dan besok-besok kamu pergi sendiri."

"Aku juga bisa bawa motor."

Wajahnya terlihat marah ketika aku mengatakan itu, dia langsung menyuruhku masuk ke dalam mobil Volvo yang berwarna merah gelap, bentuknya unik dan di dalamnya juga nyaman.

Perjalanan ke sekolah lumayan jauh, hampir satu jam. Tapi anehnya belum banyak orang. Dan ketika aku melewati gerbang sekolah disana terpampang nama sekolah itu. Student High School International Of Nusantara. Bener-bener hebat aku bisa sekolah disini. Teman-temanku selalu menceritakan tentang sekolah ini, ternyata mereka tak salah. Sekolah ini luar biasa. Aku langsung masuk kelas 3, disini.

"Yuri, dulu kau mengambil jurusan apa?" Seward memandangku.

"Sains. Kakak juga tahu kan aku sangat menyukainya, apalagi tentang DNA," Lalu aku terpikir sesuatu yang membuatku bingung. "Oh iya bagaimana aku bisa masuk sekolah dengan mudahnya? Bukankah harus ada Surat-surat atau persyaratan tertentu untuk murid pindahan?"

"Kamu tidak usah mengkhawatirkan itu. persyaratan bisa menyusul. Lagian Kakak kenal dengan komisaris disekolah itu," Jawabnya dengan santai dan terus memperhatikan jalan.

Setelah memarkir mobil, Seward langsung mengajaku ke ruang Administrasi. Kami melewati lorong yang berbelit-belit dan penuh dengan cabang. Aku seperti sedang berada di dalam labirin dan tak bisa keluar lagi. Tapi bagi Seward hanya karena aku belum terbiasa berada di tempat ini.

"Tunggulah disini, biar Kakak yang mengambil jadwal belajarmu," Aku langsung menganggukan kepalaku. Tak sampai sepuluh menit Seward sudah keluar dari ruang Administrasi.

"Mana jadwalnya?! Apakah hari ini aku sudah bisa belajar?" Dengan perasaan tidak sabar aku langsung mengambil kertas yang dipegang Seward.

"Ya, sepertinya begitu. Tapi bisakah kau pulang sendiri, aku banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Dan mungkin nanti aku pulang malam. Tak apa kan?"

"Ya, Tentu saja. Kakak Tersayang," Suaraku terdengar ragu. Tapi aku langsung menutupi keraguan itu dengan tersenyum. Mata Seward terus menyelidiki, karena senyumku mungkin terlihat aneh. Itu hal yang paling menyebalkan yang selalu dilakukannya.

"Sungguh? Hmm oke ... Aku akan percaya padamu. Kau tak perlu melihatku seperti itu. good luck," Ucapnya dengan yakin. Dan langsung pergi meninggalkanku.

Aku ini orang terkonyol yang pernah hidup di dunia, kenapa aku tidak meminta Seward mengantarkanku ke kelas. Oh my god, habislah aku. Aku belum hafal dengan lingkungan disini. Tapi aku terus melangkah mengikuti peta yang kupegang. Sia-sia saja aku tak bisa menemukan kelasku. Dan sekarang lebih banyak lagi orang yang berjalan di lorong ini.

"Hai. Kau terlihat bingung. Apakah kau anak baru?" Seorang perempuan bertanya kepadaku. Dia begitu cantik, tinggi, dan ramah. Dia bersama 4 orang temannya, 2 laki-laki dan 2 perempuan.

"Ya. Aku sedang mencari kelas 12-A matematika."

"Kami juga mau kesana. Kau bergabung saja bersama kami!?"

"Tentu. Lagi pula aku belum punya teman."

"Ok. Perkenalkan namaku Kay. ini Angel, Naira dan yang laki-laki Micky dan Darren. Dan kamu?"

"Perkenalkan namaku Maria Yuri. Panggil saja aku Yuri."

Aku langsung akrab dengan mereka. Ternyata mereka orang-orang yang mudah terbuka dengan hal-hal baru. Kebanyakan murid disini dari luar negeri, mungkin 40 % orang dalam. Aneh sekali.

"Yuri. Nama yang bagus. Kau dari mana?" Salah satu dari mereka memulai percakapan ketika aku terus saja diam.

"Aku dari Alaska. Kau sendiri dari mana?" Laki-laki itu memandangku tanpa ekspresi, tingginya hanya berbeda 5 cm denganku dan wajahnya terlihat begitu manis ketika dia tersenyum.

"Aku keturunan indo-australia. Aku dari sini."

"Hmm. Blasteran. Apakah kelasnya masih jauh?" Aku tak sabar ingin segera sampai di kelas itu.

"Sebentar lagi sampai. tinggal belok kanan dan sampai."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status