Hubunganku dan Hary semakin membaik, kami hanya berbeda jadwal pelajaran bahasa dan olahraga. Saat istirahat tiba kami selalu pergi ke Greentree bersama, namun hanya disaat gerimis atau matahari tertutup awan.
Waktu sinar matahari tidak tertutup awan kami selalu pergi ke perpustakaan sekolah.
Kadang Hary tak masuk sekolah jika cuaca sangat cerah. Hal yang menyedihkan untukku. Tapi menurut Darren dan teman-temannya itu adalah cuaca yang sangat indah.
Darren kadang menyebalkan, dia lebih menyebalkan dari Seward. Yang selalu menjahiliku, mengikuti kemanapun aku pergi walau aku ingin sendiri, bahkan selalu mencari perhatianku. Sedangkan dengan Torrance aku seperti mempunyai kakak satu lagi.
Sejak Hary ikut makan bersama kami dia terlihat marah tapi karena keseringan datang dan belajar bersamaku, kini sikapnya baik-baik saja.
Torrance selalu mengantarku ke sekolah saat Seward sedang ada keperluan mendadak. Tapi saat matahari cerah dia tidak berani untuk keluar rumah. Aku tentu saja memahaminya. Kalau terkena matahari, habislah hidupnya. Pikirku.
Exam tinggal beberapa minggu lagi. Tiap malam aku selalu mempersiapkan dan belajar dengan keras. Karena aku harus membuktikan kepada orang tuaku kalau aku bisa lebih baik jika aku tinggal bersama Seward.
Hal yang ku sesalkan ketika liburan semester, sebenarnya aku tidak ingin pergi ke Greenland menemui mereka. Aku ingin menghabiskan liburanku bersama Seward.
Hari ini hari terakhir exam. Aku hanya tinggal menunggu hasilnya dua minggu yang akan datang.
Aku merasa sudah cukup puas dengan usaha yang sudah kulakukan.
Di sekolah ini selalu di adakan pesta per semester, sebenarnya sama saja dengan sekolah-sekolah yang lainnya.
Sudah menjadi tradisi. Meskipun aku tidak terlalu suka dengan pesta karena membosankan, tapi untuk saat ini ada satu hal yang membuatku antusias dengan pesta ini.
Seperti hari biasanya hari ini juga terlihat mendung, sudah beberapa hari seperti ini. Dan memang cuaca yang sangat aku tunggu-tunggu.
Aku bisa bersama dengan Hary, duduk dibawah pohon di Greentree. Sudah menjadi kebiasaan, dia selalu menungguku ditempat itu.
Darren dan teman-temannya selalu menjauhiku jika aku sedang bersama Hary.
Memang tidak banyak orang yang dekat dengan Hary, entahlah aku tidak terlalu peduli dengan pandangan orang lain.
Hary sudah duduk ditempat biasa ketika aku datang. dia selalu menemaniku ketempat memesan makanan, walaupun Hary tidak pernah memesan makanan atau mengambil cemelan.
Dia hanya akan mengambil minuman kaleng dari lemari pendingin. Padahal cuaca sedang tidak bagus.
“Bagaimana exam terakhirmu?” Pertanyaan pembuka akhir-akhir ini.
“Tidak terlalu sulit. Bagaimana denganmu?”
“Mudah saja. Seperti biasanya,” Untuk dia semuanya mudah. Tapi untukku sebaliknya, aku harus berusaha dulu untuk menjadi yang terbaik.
Tapi bagi orang yang mempunyai otak berlian seperti dia, hal seperti exam sudah diluar kepala.
“Kenapa namamu Yuri?”
“Entahlah, aku hanya menerima nama itu. tapi di Alaska orang memanggil nama depanku Maria. Tapi aku lebih senang dipanggil Yuri setelah datang kesini.”
“Kenapa?” Raut wajahnya sedikit penasaran.
“Dari dulu aku sangat menyukai benua Asia, dan nama itu lebih familiar untuk orang-orang Asia.”
“Jadi kau lebih nyaman dengan nama dan lingkunganmu yang sekarang?”
Aku mengangguk dengan sangat yakin. Kulihat ke arah Darren dan teman-temanya. Mereka sedang asyik mengobrol, hanya Darren yang selalu diam.
Aku melihat Darren terus memperhatikan aku dan Hary, tapi Hary mengalihkan perhatianku untuk pergi dari tempat itu.
Sejak aku dan Hary berkenalan, aku tidak pernah berjabat tangan ataupun bersentuhan dengannya dan dia selalu menjaga jarak denganku.
“Apakah besok kau akan sekolah?”
“Hmm, sebenarnya aku malas, tidak ada kegiatan juga. Mungkin aku akan tetap dirumah. Kau sendiri?”
“Aku juga tidak akan masuk, besok aku ingin pergi kesuatu desa. Kau mau ikut?”
“Kalau Seward mengijinkanku pergi mmm ...” Kataku menggantung.
“Kalau begitu besok aku jemput tepat jam 08.00 pagi, ok."
Bagaimana kalau Seward melarangku pergi. Pertanyaan mulai muncul di otakku. Aku ingin sekali pergi bersama Hary, mungkin aku membuat alasan-alasan konyol atau jujur saja kepada Seward.
Torrance tidak menjemputku hari ini, padahal tidak ada sinar matahari. Ketika aku menghubunginya tidak ada jawaban sama sekali.
Kulihat tanggal yang ada di Handphoneku ternyata sudah tanggal pertengahan bulan. Saatnya Torrance mencari makan.
Mungkin saja besok baru pulang atau bisa jadi lusa. Aku merasa hidup seperti itu akan sangat menyedihkan.
Pikiranku buyar ketika Hary mengajakku untuk pulang. Biasanya aku akan merasa senang. Tapi entah kenapa aku merasakan rasa takut.
Diperjalan kami tak banyak bicara, hanya sesekali kami membahas tentang keluarga kami. Kebanyakan aku hanya menjawab pertanyaan Hary.
“Hary, kau mau mampir dulu?” Untuk sekedar basa-basi.
“Untuk sekarang mungkin tidak. Kakak ku sudah menungu dirumah. Ingat ... besok,” Hary mengingatkanku tentang rencananya pergi kesuatu desa.
“Tentu saja.”
Rumah ini terasa sangat sepi. Yah mungkin dugaanku benar Torrance sedang keluar rumah. Ketika melewati ruang tamu aku melihat selembar memo
To : Yuri
From : SewardYuri, hari ini kakak tidak bisa pulang. Karena ada meeting mendadak keluar kota. Jadi kakak tidak pulang sampai lusa. Jaga diri baik-baik. Oh iya satu lagi, Torrance sedang pergi, katanya hanya jalan-jalan nanti juga pulang. Jika kamu takut, tutup semua jendela. Ok !!
Aku membaca surat itu. ternyata aku ditinggal sendiri. Aku melihat kesegala arah dengan perasaan takut.
Walaupun sudah lama tinggal dirumah ini, namun tidak bisa kupungkiri aku selalu takut jika berada sendirian.
Tepat jam 6 sore, aku menutup semua jendela seperti yang Seward sarankan. Semua lampu yang ada dirumah aku nyalakan, tidak ada yang aku matikan satupun.
Setelah itu aku hanya diam dikamar, dan mencoba untuk menghubungi semua teman-temanku.
Sialnya tidak ada satupun dari mereka yang merespon pesanku. Tinggal satu orang yang belum kuhubungi, Hary. Aku sangat berharap dia bisa mengangkat telpon dariku.
“Hallo.”
“Hai, hmm apa besok kita jadi ke desa yang kau bicarakan?” Bingung mau bertanya apa dan senang mendengar suaranya.
“Tentu saja, kau diijinkan oleh Kakakmu?”
“Kakakku sedang tidak ada dirumah, dia sedang ada tugas keluar kota. Tapi aku sudah meminta ijin lewat pesan ... jadi besok aku akan ikut.”
Kami terus mengobrol entah sudah satu jam atau dua jam lebih. Aku tidak ingin cepat-cepat mematikan telponku.
Rasanya suasana semakin menakutkan. Walaupun semua lampu dan tv sudah aku nyalakan agar aku bisa sedikit lebih tenang.
Tapi sepertinya sia-sia saja. Aku tidak bisa menghilangkan ketakutanku.
Ketika aku melirik jendela kamarku. Seperti ada orang yang sedang mencoba membuka jendela itu. tapi itu mustahil, mana mungkin ada orang yang memanjat ke kekamarku. Lagipula kamarku ada di lantai dua.
“Yuri, kau kenapa?” Hary langsung bertanya saat aku tidak menjawab pertanyaannya. Aku terlalu sibuk dengan kemungkinan-kemungkinan yang aku punya. Suara itu semakin jelas terdengar di telingaku.
“Hary, tolong aku ...” Aku tidak hau harus bicara apalagi. Suaraku tercekat begitu saja.
Aku melihat sosok yang sangat menyeramkan sedang berdiri dihadapanku.
Dia dengan mudahnya masuk lewat jendela. Bukan masuk, lebih tepatnya mengancurkan jendela kamarku.
Namun sekilas wajah itu sangat familiar untukku, tapi raut wajahnya terlihat kosong dan fokusnya hanya tertuju kepadaku.
Aku cepat-cepat menghampirinya. Tapi aku merasa ada yang aneh dengan penampilannya. Dimulutnya ada sedikit sisa darah yang masih segar.
Dracula itu mulai mendekatiku. Tatapannya sangat tajam. Aku mundur perlahan ketika menyadari situasi yang sedang terjadi.
“Torrance, kau dari mana?” Aku bertanya kepada dia dengan rasa takut. “Aku lapar ... ingin darahmu,” Ucapan Torrance membuatku terkejut. “Torr ... kumohon! sadarlah. Aku Yuri. kau hanya becanda kan .” Sepertinya Torrance kehilangan kesadarannya. Dia terus mendekatiku perlahan. Aku tidak tahu apa yang akan dia lakukan. Apakah dia akan menjadikanku makanannya? Pikiran itu terus memenuhi pikiranku yang kalut. Aku tidak bisa menghindarinya lagi, untuk laripun aku tidak sanggup. Ketika dia ada didepanku dia langsung menarik tanganku dengan kasar. Dengan jelas aku melihat taringnya keluar dan mendekatkannya ke tanganku. Aku mencoba menarik tanganku yang dipeganggnya dengan sangat kuat, sampai aku merasakan sakit. Torrance mulai menghisap darahku. Rasanya tidak enak, sangat sakit dan membuatku lemas ingin tertidur. Penglihatanku mulai memudar, yang aku harapkan aku masih bisa terbangun esok pagi. Kudengar ada teriakan
Akhirnya saat yang di tunggu-tunggu datang juga. Hari ini nilai ujianku akan di bagikan. Setiap orang yang mempunyai nilai terbaik akan di berikan penghargaan. Tapi itu khusus untuk lima orang. Aku sangat berharap mendapatkan salah satu posisi di peringkat itu. Acaranya membuatku mengantuk. Jajaran para guru dan staff lainnya terus memberikan sambutan dan memberikan kata-kata yang tidak akan memberiku motivasi sama sekali. Membosankan. Ketika kepala sekolah menutup sambutannya. Aku benar-benar merasa lega. Seward juga datang ke sekolah untuk mengambil kartu hasil study ku semester ini. kulihat Torrance juga ikut datang. Namun dia menunngu di luar ruangan auditorium. Kini saatnya untuk mengumumkan siapa murid terbaik di semester ini untuk anak kelas tiga. Aku tidak sabar untuk mendengarnya. “......... untuk kelas tiga terbaik. peringkat ke lima diraih oleh Kay. Peringkat ke 4 diaraih oleh Micky. Peringkat ke tiga di raih oleh Ma
“Yuri, kau ingin tau satu rahasiaku?” Aku mengernyitkan dahiku tidak mengerti. Seolah bertanya apa? “Yuri, sebenarnya aku menyukaimu. Sangat menyukaimu,” Mataku berbinar dan hatiku menghangat mendengar ucapan Hary. Aku mengerjapkan mataku tidak percaya. Hary menunggu jawabanku. “Kau serius?” “Aku tidak pernah main-main dengan ucapan dan juga perasaan.” “Aku sangattt menyukaimu...” Aku tidak tahu harus bicara apalagi. Tapi aku tahu aku sangat menyukainya, aku tak pernah melihat dia berbeda denganku atau apapun itu. satu yang paling aku inginkan sejak dulu, perhatian dan perasaanku terbalas olehnya. “Jawaban itu sudah cukup untukku ... Aku berjanji akan selalu ada disisimu,” Ekspresi Hary menghangat ketika mengatakannya. Dia menggenggam tanganku dengan sangat hati-hati. Meskipun aku merasakan dingin dari kulitnya, namun kebahagiaan yang diberikan Hary sudah cukup membuatku menghangat. “Hary, sepertinya hujan semakin
“Torrance tenangkan dirimu ...” Ucapku sedikit meringis menatap kecepatan mobil yang kami tumpangi. Torrance seperti orang yang di kejar monster, dia mengendarai mobil di atas 150 km/jam. Sudah seperti pembalap saja. Hary yang melihatku ketakutan, langsung memegang tanganku dengan lembut. rasa dingin langsung terasa menembus kulit tanganku. “Kita memang harus cepat Yuri, kau tenang saja. Torrance lebih pandai mengemudikan mobil.” Hary menenangkanku. Aku langsung memeluknya sambil memejamkan mata beberapa saat. “Mereka masih mengejar kita di belakang,” Ucap Torrance dengan wajah serius. “Akan aku hubungi sudariku untuk menjaga Yuri. setelah itu kita harus menyelesaikan masalah ini sebelum tercium oleh pemimpin kita,” Hary ikut bicara. Wajahnya sama seperti Torrance. Rasa cemas, takut dan marah. Semuanya ada di wajah mereka. Aku langsung tertegun, siapa pemimpin yang di maksud oleh Hary. kelihatan sekali Hary menjadi serba salah setelah
Hujan turun semakin deras membuat semua pikiran dan perasaanku berkelana kemana-mana. Aku tidak pernah merasa seperti ini seumur hidupku. Merasa ketakukan dengan apa yang aku ketahui. John langsung memarkirkan mobilnya di halaman rumah Seward. Aku mencoba bersikap seperti biasanya dihadapan Seward. Ternyata Seward menungguku di teras depan. Dia seperti sedang memikirkan sesuatu, tatapan matanya tertuju kearah Kasloff dan John. “Hai kak, kau belum tidur? Oh ya, kenalkan ini Kasloff dan John pacarnya.” “Hallo,” sapa Seward dengan ramah. Namun ada raut wajah curiga darinya. “Dimana Torrance dan Harry?” “Torr ... Torrance bukannya dia sudah pulang? kalau Hary dia ada urusan. Kak, mereka ingin menginap disini,” Aku sangat gugup mengatakan kebohongan kepada Seward. “Dia belum pulang. Mungkinkah dia ada urusan? Yasudah ajak temanmu kedalam Yuri. John nanti kau tidur dikamarku.” “Oke. Tidur diruang tamu juga tidak masalah untukku,” Kat
Torrance membuat kami semua kebingungan. Tapi aku memperhatikan wajahnya yang berfikir serius seperti itu. lucu. Torrance, Hary dan aku melanjutkan berbincang. Sedangkan Kasloff kembali ke tempat tidur. Namun tidak seperti tadi saat dia hanya memainkan ponselnya. Matanya tertutup seperti orang yang sedang tidur. Aku sangat heran, apakah mahluk seperti mereka juga memerlukan istirahat? “Kalian istirahatlah! Ini sudah hampir pagi,” Mereka hanya saling pandang seolah perkataanku adalah hal yang salah. “Hmm. Oh tentu. Hary ikutlah kerumahku. Kau perlu istirahatkan?” Torrance tertawa dengan ucapannya sendiri. Sedangkan Hary hanya merasa aneh dengan ajakan Torrance. Hary hanya mengangguk. “Istirahatlah dengan tenang. Aku akan selalu menjagamu,” Hary mengelus lembut rambutku. Dia seolah tidak ingin pergi walaupun hanya selangkah dari hadapanku. “Aku percaya padamu. Tapi di sini sudah ada kakakmu yang menjagaku. Kau tidak perlu khawatir.”
Seward sepertinya sudah bangun. Suara dari bawah sudah terdengar samar-samar di telingaku. Sepertinya dia sedang memasak. Kasloff segera turun ke lantai bawah untuk membantu Seward. Mereka sudah langsung akrab, padahal baru saja saling mengenal. Ketika aku turun dari kamar. Semua orang sudah ada di meja makan. Ada Torrance, Hary dan John. “Sang koki sudah menyiapkan makanan. Mari kita makan!” Ucap Torrance dengan riangnya. Perasaanku senang melihat orang-orang yang aku sayangi tertawa senang. Kulihat Kasloff dan John beberapa saat hanya memandang makanan yang di buat oleh Seward. Dan Hary seperti biasa hanya memakan buah-buahan. Kasloff sedikit terkejut melihat apa yang Hary lakukan. “Mmm, bagaimana kalau nanti malam kita mengadakan camping? Di belakang rumah saja tidak perlu pergi ke gunung. Sekaligus merayakan Hary dan Yuri yang sudah belajar dengan keras di semester ini,” Ucap Torrance. Seward dan yang lainnya hanya saling memandang
“Yury, kau marah?” Tanya dia ketika aku terus memandang photoku yang sedang makan dengan mengerutkan kening. “Tidak. Aku aneh saja. Kenapa yang ini kau pajang?” Aku menunjuk photo itu. Dia tertawa. Tawa yang sangat lepas, tawa yang tidak pernah aku lihat jika kita sedang berada di luar rumah. “Lucu. Kau sangat menggemaskan.” Aku heran dengan penuturannya. Lalu aku berjalan melihat seluruh ruangan kamarnya. Ada banyak buku yang tertata dengan rapih. Bahkan sudah seperti perpustakaan kecil. Ada beberapaCDfilm yang berjajar di bawah tempat Televisi. Lalu sofa di dekat jendela denganviewmengarah ke perkebunan bunga milik warga di sana. Aku duduk di sofa dan Hary mengikuti duduk. Tanganku terus ada dalam genggamannya, sesekali dia mengecup tanganku. Aku menyandarkan kepalaku di pundak Hary. “Boleh aku bertanya?” Ujarku setelah hening beberapa saat. Dan jantungku berdetak dengan cepat. “Tentu saja.”