Share

3. Mysterious

"Oh Darren kau tumben sekali bisa bicara dan mengobrol. Biasanya kau hanya diam dan menutup mulutmu," Angel mulai memperhatikan kami yang sejak tadi terus mengobrol. Dan Darren terlihat marah.

Tapi dengan gayanya yang cool, dia tetap terlihat santai. Darren hanya tersenyum dan kembali diam.

"Maaf. Aku lebih suka melihat kau terus bicara ... ayolah Darren, aku minta maaf. Aku tak akan mengulanginya lagi," Angel terlihat menyesal. Wajahnya terlihat lucu saat dia bingung.

"Angel kau selalu membuat Darren kesal. Lihat saja sampai besokpun dia tak akan mau bicara lagi denganmu. hahaha," Salah seorang temannya, yang bernama Naira semakin membuat Angel resah.

Mereka memang terlihat sangat dekat. Untunglah aku bisa bertemu dengan mereka. Sedangkan Kay dan Micky hanya tertawa melihat tingkah mereka.

"Kita sampai. Yuri kau duduk dengan kami," Ternyata dari caranya bicara, dia terdengar tenang. Tidak marah sama sekali. Tapi ekspresi Angel membuatku takut, ketika Darren mengajaku duduk bersama mereka.

"Entahlah. Aku juga inginnya begitu. Tapi aku terserah pada gurunya saja." ucapku karena tidak enak terus di pelototi oleh Angel.

Ketika masuk ke ruangan kelas itu. Mr. Randi langsung menyuruhku memperkenalkan diri. Inilah hal yang tidak aku inginkan. Aku tipe orang yang gugup di hadapan orang banyak. Tapi untunglah kebanyakan dari mereka tidak mendengarkanku.

Hanya ada beberapa dari mereka yang mendengarkan, mereka semua sibuk dengan tugasnya masing-masing. Sepertinya mereka sudah biasa dengan murid baru sepertiku.

Murid di kelas ini hanya ada sekitar 29 orang di tambah denganku satu. Aku di persilahkan duduk oleh Mr. Rendi di meja pojok depan dengan seorang laki-laki. Dia melihatku dengan insten, tatapannya menunjukan dia tidak ingin berbagi tempat denganku.

Namun Aku begitu kagum melihat laki-laki itu, wajahnya tampan, sangat putih terlalu pucat untukku dan matanya begitu indah. Dia tersenyum sinis melihatku, duduk di sebelahnya.

"Hai," Sapanya dengan wajah dingin.

"Hai! Aku Yuri, senang bisa duduk di sebelah ... ups ..." Aku langsung menutup mulutku, apa-apaan ini. Biasanya aku tidak pernah seperti ini. Dan dia hanya tersenyum kecil mendengar kata-kataku.

"Aku Hary. Kenapa kamu begitu senang?" Hary menatapku dengan mata indahnya, dan saat kita akan bersalaman dia malah menarik kembali tangannya.

"Mungkin karena kita akan menjadi partner sekelas," Jawabku dengan kikuk.

"Kau tau, jarang sekali orang yang duduk di sebelahku. Dan kau berani sekali duduk di sini!" Katanya dengan suara yang mengalun seperti nada lagu yang indah.

Aku hanya terdiam mendengar ucapannya, kenapa tidak ada orang yang ingin duduk di sebelahnya. Padahal setelah dia bicara, seperti orang pada umumnya.

Hary tak bicara lagi setelah Mr. Rendi memulai pelajarannya. Hary begitu tenang mendengarkan penjelasan dan rumus-rumus yang tidak mudah untuk di mengerti. Kemudian aku melirik ke arah sudut di mana Darren dan teman-temannya duduk. Wajahnya terlihat begitu kesal melihatku duduk bersama Hary. Jelas saja ketika mataku dan matanya bertemu ia seperti ingin mengatakan sesuatu.

"Dengan siapa kamu tinggal?" Hary memulai pembicaraan lagi, walaupun Mr. Rendi sempat melirik ke arah kami. Tapi Mr. Rendi tak marah, dia hanya tersenyum dan kembali mengajar tak mempedulikan Hary. Mungkinkah Hary murid ke sayangannya?

"Kakak-ku," dengan pelan aku menjawab. Aku takut hari pertamaku sekolah mendapat kesan buruk di mata guru.

Aku tak yakin kalau aku bisa cepat mengerti dengan rumus dan cara yang berbelit-belit yang di terangkan oleh Mr. Rendi. Baru satu pelajaran sudah membuatku pusing seperti ini.

Ketika keluar dari kelas aku kembali berjalan dengan Darren juga teman-teman yang lain. Dan untuk pelajaran selanjutnya tidak ada guru yang masuk jadi kami menghabiskan waktu di Greentree. Tempat makan siang, bisa di bilang kantin. Tapi bukan di dalam ruangan. Melainkan di bawah pohon dan di temani oleh sinar matahari yang terhalangi oleh pohon besar ini.

"Dia bertanya apa?" Pertanyaannya terdengar aneh bagiku. Kenapa Darren terdengar ingin tahu.

"Hary? Dia hanya berkenalan dan mengobrol biasa," Aku bicara jujur padanya. Tapi sepertinya dia tak mempercayaiku.

"Hanya itu?!" selidiknya dengan mata memicing.

"Iya. Apakah ada masalah?"

"Tentu saja. Dia selalu di jauhi oleh banyak orang. Tapi kamu malah mendekatinya."

"Mungkin karena aku baru di sini, jadi aku belum tahu apa-apa."

"Lihatlah langitnya mendung, mungkin akan turun hujan lebat." Angel datang menghampiri kami. Dia duduk diantara aku dan Darren. Kalau di lihat-lihat Angel menyukai Darren. Terlihat bagaimana sikapnya terhadap Darren.

"Ini hari pertama musim hujan. Paling hanya gerimis yang akan turun," Neira yang ada di depan kami menjawab pernyataan Angel.

Jika benar begitu aku benar-benar senang. Inilah hal yang paling ku tunggu-tunggu. Hujan. Mataku terus memandang langit yang mendung dan ketika melihat ke depan, Hary sedang memandangku. Dan dia melambaikan tangannya menyuruhku datang kepadanya.

Aku tidak tahu harus berkata apa pada teman-temanku tapi sepertinya mereka mengerti tanpa aku harus berpamitan pada mereka semua.

Kekecewaan di wajah Darren sangat terlihat jelas. Tapi besokpun pasti sudah tak lagi kecewa seperti itu. kalau bertemu lagi dengannya.

Aku berjalan ragu menghampirinya, apa yang sebenarnya terjadi kepadaku? Aku baru saja mengenalnya, tapi perasaanku mengatakan lain.

"Kuharap kita bisa menjadi teman," Ucapnya dengan suara lembut.

"Tentu saja. Bukankah sejak tadi di kelas kita sudah berteman?"

"Sebenarnya aku ingin meminta maaf, atas sikapku yang kurang menyenangkan," Wajahnya datar-datar saja, tidak seperti orang ingin minta maaf.

"Sudahlah. Itu bukan masalah bagiku," Aku tersenyum meyakinkan.

"Sukurlah. Kalau begitu aku pulang duluan. Sampai jumpa Yuri."

"Sampai jumpa Hary!" Aku melambaikan tanganku ke arahnya.

Bel pulang berbunyi, Darren dan teman-temannya mengajakku pulang bersama. Tadinya aku berniat untuk pulang sendiri, namun Micky yang sudah ada di dalam mobil terus memaksaku untuk bergabung bersama mereka.

"Aku turun disini saja."

Ketika melihat ada sebuah toko buah-buahan, aku ingin segera turun dari mobil.

Mereka hanya tertawa ketika aku menceritakan kalau aku sangat menyukai buah-buahan. Jadi mereka langsung mengerti dan membiarkanku turun disini.

Aku melihat Darren dan Angel semobil.

Ketika aku melihat sorot mata Angel, dia kelihatan sangat bahagia.

"Kau yakin mau turun di sini? Kita bisa mengantarmu sampai ke rumah," Micky kembali bertanya padaku. Wajahnya terlihat cemas. Dia tahu kalau aku belum mengenal kota ini.

"Sudahlah. Lagi pula ini masih jam setengah lima. Jadi aku tidak akan kemalaman di jalan. Rumahku lumayan dekat dari sini," Aku langsung turun dari mobil. Dan masuk ke toko itu dengan semangat.

Aku mengambil beberapa buah-buahan yang kusukai untuk kumasukkan ke dalam lemari pendingin.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status