Share

RED CROWN
RED CROWN
Penulis: Rafaiir

Kecelakaan tragis

***

Erland pulang dari rumah sakit dengan menaiki mobil mewah berwarna hitam. Operasi transplantasi lever begitu menyulitkan. Namun, Erland mampu mengatasinya dengan lancar.

Panggilan telepon masuk melalui radio mobil dan Erland langsung mengangkatnya, terdengar suara lembut dan ceria yang mengejutkan Erland. Dia adalah Alfan Fatih, anak pertama dari Erland.

“Halo, Alfan. Apa kamu sudah makan?” tanya Erland.

“Halo, Ayah. Ibu berkata kita akan makan malam di luar sekarang, Ayah kapan pulang?” tanya Alfan.

Ibu Alfan, Melisa sedang berjongkok tepat di belakang anaknya. Ia memandu Alfan yang masih bersikap polos untuk bersama mengerjai ayahnya, keduanya memang paling suka melakukan hal itu bersama.

“Makan malam? Bukannya Ibu sudah membuat makanan tadi pagi?” tanya Erland.

“Udah habis,” jawab Alfan singkat.

“Hmm yasudah nanti kita makan bareng di luar,” balas Erland, ia berpamitan dengan Alfan dan langsung melaju kencang di jalan pulang.

Alfan dan Melisa bersiap, keduanya mengenakan pakaian yang terbaik untuk momen bersama kali ini. Mereka menunggu sekitar dua puluh menit untuk Erland datang menjemput, hingga kedua mata Melisa mendapati mobil Erland datang dari ujung jalan.

“Ayah…!” sapa Alfan.

Alfan yang sedari tadi berdiri di depan pintu mulai berjalan menghampiri mobil ayahnya yang terparkir di depan rumah. Ia selalu senang ketika melihat ayahnya pulang dari rumah sakit, ia selalu suka melihat Erland datang dengan tetap mengenakan jas dokternya.

Erland membuka pintu dan memeluk tubuh Alfan yang datang menghampiri, disusul oleh Melisa yang terlihat anggun malam itu di mata Erland.

“Kemana kita akan pergi?” tanya Erland pada Melisa.

“Bagaimana kalau kita makan di restoran temanku? Kudengar dia membuat menu baru yang terdengar menarik.”

Melisa mendekatkan wajahnya pada Erland, Alfan hanya memandangi keduanya dengan sikap polosnya. Melisa tersenyum sambil mengelus pipi Alfan, anak pertamanya dengan Erland yang begitu manis dan pemberani.

“Boleh, ayo kita berangkat sekarang,” balas Erland sembari mengangguk pelan, Melisa dan Alfan langsung masuk dan duduk di kursi yang berbeda.

Segera setelah semua siap, Erland melaju pergi dengan mobilnya menerjang dinginnya malam menuju restoran milik teman Melisa yang berada di tengah Ibukota Jakarta.

“Kamu tahu, aku sudah konsultasi dengan dokter kandunganku, sepertinya kita bisa mengagendakan program kehamilan untuk anak kedua kita,” ucap Melisa.

Erland yang tengah menyetir terkejut pelan dan mulai melirik kearah istrinya. Wanita tersebut begitu menginginkan anak kedua untuk menemani tumbuh kembang Alfan.

“Baguslah kalau seperti itu, tapi apa kamu yakin tidak apa-apa? Aku takut kehilanganmu seperti waktu itu,” balas Erland.

Tangan kiri Erland memegang punggung tangan Melisa dan mencengkeramnya dengan erat. Memori ketika kelahiran Alfan beberapa hari lalu sungguh menakutkan, Erland hampir kehilangan istrinya karena pendarahan hebat yang terjadi.

“Tidak apa-apa, kamu tidak perlu khawatir. Aku sudah mempersiapkannya,” jawab Melisa, Erland senang mendengarnya.

Tibalah mereka di restoran tersebut. Ketiganya menikmati momen kebersamaan ini dengan penuh canda dan tawa, hingga tak terasa mereka sampai di penghujung malam dan terlihat Alfan tidur di sepanjang perjalanan pulang.

“Aku sangat mencintaimu, aku tidak sanggup memikirkan jika aku sampai kehilanganmu,” balas Erland, Melisa tersenyum haru sembari menitikan air matanya mendengar semua pernyataan dari pria tersebut.

“Bodoh, aku tidak akan meninggalkanmu sendirian. Setidaknya kita akan menua bersama sampai akhir hayat,” ungkap Melisa sembari menyeka air matanya dan menyandarkan kepalanya di pundak Erland.

Sepanjang perjalanan pulang, mereka terus menceritakan momen kebersamaan mereka tanpa menghiraukan Alfan yang bisa saja bangun karena suara mereka.

***

“Taruh gelas itu di atas meja,” titah Erland dari balik tenda kain yang telah ia dirikan, Melisa langsung menyimpan gelas yang ia genggam sesuai arahan suaminya.

Ketiganya sepakat untuk mengadakan kemah di bukit hijau di Bogor. Erland mendapat hari libur untuk hari ini dan esok saja, jadi ia berencana memanfaatkan waktu yang ia miliki untuk bersenang-senang dengan keluarga kecilnya

Erland keluar dari dalam tenda dan berjalan menghampiri Melisa, terlihat wanita itu cukup sibuk mempersiapkan daging yang terpanggang di atas panggangan besi.

“Kapan lagi kita makan daging barbeque seperti ini, kan?” Erland memeluk tubuh Melisa dan sesekali mengecup pelan leher istrinya yang mulus tersebut.

“Kita udah sering, terutama waktu pacaran dulu. Alfan yang baru pertama kali,” balas Melisa.

Tangan wanita itu sesekali mencubit pinggang suaminya dengan wajah menggoda, selepas itu mereka kembali tertawa sambil Erland memakan daging yang baru saja matang.

“Ayah makan apa?” tanya Alfan, penasaran.

“Oh ini? Daging sapi, kamu mau?” tanya balik Erland, ia menusuk daging yang baru saja dibolak-balik oleh Melisa dan memberikan ke Alfan setelah Erland meniupnya perlahan.

“Gimana? Enak?” tanya Erland.

Alfan tampak mengernyitkan dahi sembari memejamkan mata, pandangan kedua pasutri itu mulai memerhatikan raut wajah Alfan dengan perasaan khawatir.

“Pedas…,” ucap Alfan, lirih.

Erland justru tertawa melihat tingkah Alfan yang kepedasan, seolah-olah pria itu merasa tidak bersalah atas apa yang terjadi pada anaknya.

Berbeda dengan Erland, Melisa langsung sigap menyediakan susu putih untuk diminum oleh Alfan.

Tak lama, anak laki-laki itu mulai tersenyum dan secara mengejutkan mulai memberanikan diri untuk memakan daging pedas itu sekali lagi.

“Jangan banyak-banyak, nanti perutmu sakit,” saran Erland, Alfan mengangguk patuh.

Melisa mengangkat wajahnya dan menatap Erland, “Aku ingin makan mie seduh, apa kamu tidak keberatan membelinya di toko kecil di bawah situ?”

Erland langsung mengangguk dan segera berjalan mengunjungi toko kecil tersebut.

Tempat toko itu berada di atas tebing yang cukup curam, Erland tidak menduga toko itu akan berdiri di atas tempat menyeramkan seperti itu.

Dua buah mie seduh berada di tangan Erland, ia berjalan ke jalan setapak yang sebelumnya. Namun, tiba-tiba sesuatu terjadi pada tanah yang ia pijak, jalanan yang ia lalui begitu licin karena berpasir sehingga Erland tak mampu mengontrol keseimbangannya.

“AWAS, PAK!” teriak salah satu pria yang melihat kejadian Erland yang terjatuh.

“Akh!”

Erland kini berada di ujung tanduk, tangannya masih memegang sebuah akar pohon yang menjalar dari dalam tanah.

“Ambil tali!”

“Tenang, Pak. Jangan panik.”

Para pengunjung toko mulai berhamburan membantu Erland. Namun, tangan Erland tak mampu menahan bobot tubuhnya dengan hanya bertopang pada akar pohon tersebut.

Lama kelamaan, tangannya mulai melemah dan ia terjatuh ke jurang yang cukup dalam.

Teriakan orang-orang mengagetkan Melisa, hatinya begitu was-was karena teriakan itu berasal dari arah toko. Segera Melisa berlari meninggalkan Alfan sendirian di dalam tenda.

Melisa melihat kerumunan orang tersebut dan mencoba merangsek masuk ke dalamnya, ia tidak mendapati suaminya berada di kerumunan tersebut.

“S-Siapa yang jatuh?” tanya Melisa, cemas.

“Seorang pria, sepertinya sepatu yang ia kenakan licin sehingga jatuh terguling ketika menanjak tadi,” jelas pria penjual di toko tersebut, Melisa membelalakkan matanya sambil memeriksa ke jurang tersebut.

“Apa dia … sedang memegang dua buah mie seduh?” tanya Melisa, ucapannya terbata-bata, takut sewaktu-waktu orang yang jatuh ternyata adalah suaminya sendiri.

“Iya, tadi dia beli dua buah mie di warungku.”

Wajah Melisa berubah pucat pasi, matanya melotot tajam dan seketika air mata mulai membasahi kedua matanya.

Ia terjatuh di atas tanah dengan lemas, syok, dan tidak percaya atas apa yang terjadi pada suaminya.

“ERLAND!”

Sedangkan Erland tak sadarkan diri di atas semak belukar yang lebat. Tubuhnya penuh dengan luka akibat sayatan dan tusukan dari dahan pohon.

“Aku ingin kamu membantuku.”

Sebuah suara yang tak Erland ketahui membisikan sesuatu di telingannya, sesuatu seperti seorang yang membutuhkannya. Ia sadar, dirinya sudah diambang batas kehidupan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status