Share

2. Pelayan Wanita

Kaki jenjang gadis cantik itu menyusuri jalan, nampak rambut yang tergerai berayun mengikuti arah angina berhembus. Tangannya memukuli kaki yang mulai terasa pegal. Namun tak menyurutkan tekad dan semangat untuk terus mencari kerja. Di tengah perjalanan ada benda yang bergetar dalam tas. Zevanya mengambil benda pipih tersebut dan menerima panggilan masuk.

“Halo, Ana?” sapanya.

“Zeva, kamu seharian ini nggak ikut satu mata kuliah ke mana aja?” tanya Anastasia.

“Hari ini Ayahku masuk rumah sakit dan harus operasi jantung. Sekarang aku di jalan cari pekerjaan karena harus membayar biaya rumah sak…” jelasnya terhenti karena pandangan tertuju pada bangunan ramai di sebrang jalan.

“Zeva?”

“Ana, maaf nanti aku kabari lagi.”

Berjalan sambil mematikan sambungan telpon. Zevanya berlari menuju gedung tersebut karena di sana tertera lowongan pekerjaan untuk pelayan. Gadis polos itu memasuki tempat ramai tersebut dan melihat sekeliling. Dia Nampak asing dengan tempat itu. Baru pertama kali menjejakkan kaki di tempat seperti ini. Matanya mengedar lalu menemukan barista di sana. Ya gadis itu memasuki sebuah club malam.

“Permisi, di sini butuh pelayan? Saya mau melamar!” sapanya dengan suara kencang. Karena takut tak terdengar oleh suara musik yang tak kalah kencangnya.

Barista tersebut menoleh ke arah seorang pria yang mengenakan pakaian sama dengannya yang berada tepat di belakangnya. Pria tersebut menyuruh gadis lugu ini untuk mengikuti pelayan tersebut. Pelayan itu membawa ke ruang Manager.

“Boss, ada yang mau melamar kerja.”

Sang Manager hanya mengangguk dan menyuruhnya dengan isyarat tangan untuk pergi meninggalkan kami berdua di ruangan itu.

“Nama?”

“Zevanya Eldora,” sahut Zevanya lirih.

Oke, kamu bisa langsung kerja hari ini. Tugasmu hanya melayani tamu VIP. Cepat ganti pakaianmu dan jangan buat masalah,” pria tersebut melempar baju karyawan yang harus dikenakan Zevanya malam ini. Mata sang Manager tak melepas pandangan yang ditujukan pada tubuh Zevanya. Karena memang tubuh gadis ini sangat ideal dengan tinggi 170 dengan tubuh padat terutama di daerah dada. Bulatan sintal juga Nampak di bagian belakang. Kulit putih tanpa noda benar-benar menggoda. Padahal saat ini dia mengenakan pakaian yang tidak terbuka.

Zevanya mengangguk dan keluar, rupanya pelayan pria yang mengantarnya masih menunggu. Seakan sudah tahu tugasnya, dia menunjukkan ruang ganti. Dia mengikuti arahannya. Setelah berganti pakaian dia kembali menghampiri pria itu.

“Tugasku apa saja kak?” tanya Zevanya polos.

Pria itu tersenyum aneh,“Barra, panggil aku Barra. Tugasmu mengantar minuman ke ruangan VIP yang ada di sebelah sana” menunjuk arah ruangan VIP.

“Tuangkan minum, dan layani apa pun permintaannya.”

Dahi dengan otomatis mengerut, berbagai pertanyaan dan rasa keberatan terpampang jelas seakan tahu apa yang dimaksud Barra.

“Kalau kamu nggak mau melayani hal ‘lebih’, kamu bisa panggil aku. Biar kucarikan pengganti,” jelasnya.

Mendengar itu Zevanya lega. Barra memberikan nampan berisi minuman dan menyuruhku membawanya ke ruangan yang bertuliskan kata Black di pintunya.

***

Pintu terketuk dan Lian segera membukanya.

Alejandro duduk di kursi dengan menyandarkan kepala dan lengan menutup mata dengan baju tergulung berantakan. Keadaan kacau dengan memikirkan masalah yang bersumber dari istri yang sangat dicintainya.

“Ibu pengganti? Rahim sewaan? Konyol, ide sialan!” umpatnya dalam hati.

Terdengar suara gadis yang menyodorkan minuman.

“Minumannya, Tuan.”

Alejandro membenarkan posisi duduk dan melihat gadis yang menata minuman di depannya.

“Mau sekalian dituangkan, Tuan?” katanya memperlihatkan manik coklat legam saat menatap Alejandro ragu.

Terlihat raut sedih, takut dan gelisah jadi satu. Saat menuangkan minuman terlihat lengan gemetar. Perlahan tapi pasti ia berhasil menuangkan cairan penenang yang biasa kuminum saat kalut melanda.

Setelah dia rasa telah berhasil melewati step awal, gadis yang baru pertama kali dilihatnya itu terdiam mencoba mengontrol diri. Alejandro menikmati pemandangan yang jarang sekali ia lihat. Biasanya wanita jalang yang melayani semua sangat lihai. Tak jarang para mereka itu sampai duduk dipangkuan pria tampan.

Mata lekat memandangi tiap inci tubuh gadis muda yang ada di depannya, “Pelayan baru rupanya,” batin Alejandro sambil senyum samar. Zevanya memang mampu menarik pandangan pria mana pun karena kecantikannya yang paripurna. Wajahnya hanya dengan riasan sederhana. Tetapi bak mengandung magnet, wajah, tubuh dan bagi orang yang sudah mengenal lama pun pasti sangat tertarik dan nyaman dengannya.

BRAK!

Sosok pria yang sangat familiar bagi Alejandro mendobrak pintu dengan cara tak sopan. Ya sudah jelas itu sahabatnya, Victor Fernandes.

Bro! what’s up?! Wah, galau lagi gara-gara Tessa?” tanpa basa-basi.

Tak dapat respon dari dia melanjutkan ocehannya untuk menghiburnya seperti biasa. Pria bengis dan kurang ajar ini hanya bertingkah konyol di depan Alejandro, keluarganya dan dan keluarga Alejandro. Tak lupa juga pada Lian dan Alvaro saja. Selebihnya dia selalu menjaga image pada siapapun.

“Percuma kau sering datang ke sini dan pesan wanita kalau tak pernah ada yang dicicip satu pun dari mereka. Terlalu bucin, sih. Tessa juga belum tentu setia,” tanpa rasa bersalah mulut Victor ingin sekali disumpal dengan pukulan keras.

“Tuangkan untukku juga,” titah Victor.

Kedua pria itu melihat ke arah yang sama, yaitu gadis lugu yang ada di depan. Mendapati pelayan yang tak biasa dan sangat amat cantik meski tanpa polesan menor yang biasanya digunakan wanita-wanita lain, termasuk Tessa, istrinya sendiri.

Semua gerakannya mampu menyita waktu untuk terus menatapnya. Sesaat Victor mengalihkan pandangan pada sahabat karibnya, Alejandro. Dia mendapati hal yang tak biasa saat menatap lekat wanita lain selain Tessa.

“Bawa gelas itu ke sini.”

Suara Victor berhasil mengalihkan pandangan Alejandro pada Zevanya. Zevanya berdiri sedikit ragu dan maju perlahan. Gelas yang dipegang pun tampak tak tenang, penuh goncangan. Ketakutan yang mendalam jelas menyelimuti raut wajah dan tubuhnya.

AHK! BRUK!

Basah, gelas yang berisikan minuman itu tumpah di badan Victor yang mengakibatkan bajunya kotor.

“Ma-maaf, Tuan. Saya tidak sengaja.”

“Wah!” Senyum bengis Victor mulai muncul. Dia berdiri dan menarik badan Zevanya dan menjambak rambut halus. Mulai mengungkung sampai dinding.

“Aw! Maaf, Tuan saya benar-benar tidak sengaja,” jelas Zevanya.

“Layani aku mala mini untuk menebus kesalahanmu!” tukas Victor.

Wanita itu mulai memberontak. Mendorong kuat tubuh kekar Victor yang sudah mencoba menjamah. Kakinya juga berusaha menendang sana-sini. Hingga berhasil menendang milik Victor sampai jatuh tersungkur.

“Sial!”

Berhasil lolos dari dekapan Victor, wanita itu lari keluar ruangan.

“Dia wanita pelayan yang aku pesan. Harusnya lo gak berhak nyentuh dia!” tegas Alejandro.

Alejanro memberi isyarat pada Lian untuk membawa Victor pulang. Tak ingin malam ini rugi dia beranjak mengejar Zevanya. Pandangan mengedar di tempat ramai yang hampir mustahil menemukan seorang pelayan baru. Tampak sosok pelayan pria yang seakan mengerti apa yang dicari. Dia menghampiri Alejandro.

“Ada yang Tuan Ale cari?”

“Di mana gadis itu, pelayan lugu yang baru saja keluar dari ruanganku?” tanyanya dengan nada dingin.

“Dia bukan gadis sembarangan, Tuan,” pelayan itu berusaha menutupi di mana Zevanya sekarang berada.

“Ambil ini, aku tidak akan menyentuhnya. Bawa aku padanya.” Alejandro memberi beberapa jumlah uang dan benar saja pelayan pria itu mengikuti perintahnya. Mereka berjalan menyusuri lorong yang biasa dilewati para pelayan yang bekerja di sini. Sampai ruang ganti dan pelayan itu menundukkan kepala lalu pergi.

Alejandro memasuki ruangan itu mendapati gadis yang dicarinya. Zevanya terperanjat kaget dan menggantung pakaian yang dikenakan tadi dan mengambil tas bawannnya.

“Izinkan saya pergi, Tuan. Saya benar-benar tidak sengaja. Ini hari pertama saya kerja dan saya sangat butuh uang. Tolong kasihanilah saya,” ujarnya memelas.

“Ikut aku, jangan membantah.”

Zevanya menggeleng keras dan menangis tak henti-hentinya sedari tadi. Alejandro mendekatinya dan menarik dagunya. Mata mereka beradu, dengan bulir mata Zevanya masih menetes. Bak dihipnotis Alejandro mendekatkan wajahnya hingga dapat menghirup aroma vanilla pada tubuhnya. Zevanya tersentak mendengar dering telpon yang berasal dari saku Alejandro. Pria itupun tergagap melihat nama yang tertera dilayar handphone.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Menulis Aksara
pengen Zevanya tampil badas ga kak?
goodnovel comment avatar
Tarra
zevanya polos sekali si
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status