Share

5. Cuti Kulliah

“Zeva? Hey, kamu gak papa kan?” tanya Ana karena pertanyaannya tak dijawab karena Zevanya hanya melamun.

“Eh, enggak, gak papa kok,” kilahnya.

“Zeva, pertanyaanku belum dijawab, loh.”

Ana membuat gelagapan dengan pertannyaannya. Haruskah gadis manis ini jujur?

 “Ana, sebenarnya semalam aku hampir diperkosa oleh teman dari tamu yang kulayani,” Zevanya jujur.

“APA! Terus kamu?” tanyanya prihatin.

“Enggak kok, aku gak papa karena aku berhasil kabu dari sana. Tapi ….”

Ekspresi Ana makin penasaran, ada rasa kesal dan marah terpampang diwajahnya. Zevanya ragu untuk melanjutkan cerita. Namun untung saja dia terselamatkan karena kedatangan salah satu dosen, Jorge menghampiri kami.

“Zeva, Ana, sedang apa?”

“Saya sedang mengajukan cuti, pak,” ucapnya sambil membungkukkan kepala tanda salam.

“Cuti? Kenapa cuti? Tiba-tiba sekali,” Jorge tampak bingung.

“Ada hal yang mengharuskan saya cuti, pak,” jelasnya.

“Sayang sekali,” celetuk Jorge dengan suara pelan.

Kedua gadis itu pamit pergi karena ada yang harus secepatnya diurus masa cuti kuliahnya. Siang nanti Zevanya bergantian dengan Lidya-ibunya untuk menjaga Hudson-ayahnya di rumah sakit.

Ana menyikut lengannya, “Pak Jorge ketara banget deh kalau suka banget sama kamu dari dulu. Lihat aja ekspresi terakhir tau kamu mau cuti kecewa banget. Kalau dia ….”

“Apaan, sih,” elakku.

Sebenarnya Zevanya tahu kalau Pak Jorge suka padanya. Bahkan Jorge sempat mengantarnya pulang, mengajak makan malam, kadang memberikannya hadiah. Tapi lagi-lagi gadis lugu itu mengelaknya karena harus fokus pada kuliah agar beasiswa tak dicabut jika ia berulah saat di kampus.

Bukan hanya Jorge, banyak mahasiswa yang berusaha mendekatik Zevanya lewat Ana tapi tak dihiraukan. Tak jarang banyak pasang mata yang melihat Zevanya dengan tatapan sinis. Seakan menjudge bahwa dia perempuan murahan yang menghalalkan segala cara agar mendapat nilai bagus.

Setelah mengurus cuti kuliah Zevanya berpamitan pada Ana. Belum sempat meneruskan cerita tadi yang terpotong karena kedatangan Jorge, dia langsug menuju rumah sakit. Bukan belum sempat, lebih tepatnya masih belum siap untuk menceritakan semua masalah dan aibnya pada Ana.

Bayangkan saja jika Ana tahu bahwa sahabatnya cuti untuk menjadi ibu pengganti untuk pasangan suami istri yang membutuhkan keturunan. Meski Zevanya tak tahu jelas apa alasan mereka sampai membutuhkan ibu pengganti sebagai jalan terakhir. Karena dia tak pernah terpikirkan hal buruk tentang orang lain.

Saat Zevanya jalan menyusuri trotoar, terdengar bunyi klakson yang sangat kencang sampai membuatnya hampir terjungkal oleh kaki sendiri. Dilihat siapa siempunya mobil itu. Ternyata Jorge. Dosen dengan penuh karisma yang membuat semua mahasiswi jatuh cinta bahkan sampai iri dengannya.

“Ada yang mau saya bicarakan, bisakah kamu masuk?”

Zevanya hanya menuruti saja karena jika terlalu lama akan banyak mahasiswa yang makin curiga. Dia tak ingin mendapat masalah lebih banyak lagi. Sebisa mungkin ia meminimalisir kalau bisa menghindari agar tidak menambah banyak masalah. Karena gadis itu sudah cukup muak dengan keadaannya.

“Ada apa, pak?” Zevanya buru-buru dan merasa tak nyaman.

Mobil melaju meninggalkan are kampus.

“Kamu mau ke mana?”

“Ke rumah sakit dekat sini, karena Ayah saya sedang dirawat di sana. Bapak ada perlu apa?”

“Kenapa cuti?” ujar Jorge sambil menatap gadis idamannya penasaran.

“Ada hal yang mengharuskan saya cuti. Saya harus merawat Ayah saya dan membantu Ibu saya mencari uang untuk kebutuhan kami.” kilahnya agar Jorge tak curiga dan menanyakan hal lain yang lebih dalam.

Sampai di parkiran rumah sakit. Zevanya buru-buru mengucapkan rasa terima kasihku atas tumpangan dari Jorge.

“Saya tunggu kedatangan dan keaktifanmu lagi di kampus,” ujarnya dengan nada prihatin.

Zevanya melihat ketulusan pada raut wajahnya, “Baik, pak. Terima kasih banyak.”

Saat hendak menutup pintu mobil tiba-tiba Jorge mehannya dengan pertanyaan, “Bolehkah jika saya mengunjungi rumahmu suatu saat?”

Bingung dan tak enak jika menolak, Zevanya hanya mampu mengangguk ragu dengan menutup pintu mobil.

Dalam perjalanan menuju ruangan Ayahnya di rawat, Zevanya sempat berpikiran kalau saja keluarganya baik-baik saja pasti sudah merima perasaan Jorge dengan senang hati. Sayangnya takdir berkata lain.

***

Alejandro berjalan menyusuri lorong menuju ruangannya. Handphone sengaja dimatikan karena hari ini dia hanya ingin istirahat di kantor. Lian sudah mengurus semua pekerjaan kantor yang entah dia sanggup atau tidak mengerjakannya. Alejandro tak mau tau karena penat.

Sampai di ruang kerja, Alejandro langsung menghampiri bilik yang terdapat di sudut ruangan. Di dalamnya terdapat tempat tidur, kamar mandi dan ruang ganti. Di sini tempat ternyaman jika Tessa sedang keluar negeri untuk beberapa perkerjaannya.

Kehidupan pria ini hanya seputar pekerjaan dan Tessa saja. Banyak teman dan rekan kerja yang mengejeknya karena dia terlalu setia untuk seorang boss besar yang punya banyak bisnis sukses pada seorang wanita. Bagi Alejandro setia dan percaya adalah kunci utama dalam sebuah hubungan pernikahan. Ia mampu setia menunggu Tessa hingga kontraknya berakhir dan menunda keinginann untuk memiliki anak hanya demi Tessa. Sekarang pun Tessa menginginkan ibu pengganti untuk anak mereka, dia pun mengiyakannya. Entah ini cinta atau bodoh.

Tanpa terasa sudah berapa lama sejak Alejandro tertidur di sini. Sayup dia mendengar suara ketukan pintu. Sudah bisa ditebak jika itu Lian. Dibuka pintu dan tanpa basa-basi Lian langsung menyampaikan informasi terkait Zevanya saat ia berjalan menuju sofa.

“Tadi nona Zeva mengurus cuti kuliahnya di kampus, pak. Kemudian saat hendak pulang Marlo melihat nona Zeva diantar oleh seorang dosen laki-laki ke rumah sakit,” Papar Lian.

Mendengar hal itu Alejandro mengernyitkan dahi. Ternyata gadis itu punya kekasih dosen pikirnya. Bagaimana saat dosen itu tau kalau dia cuti untuk melahirkan anaknya? Sekelebat pertanyaan kecil merasuk dibenaknya. Namun cepat ia tepis karena itu bukan urusannya. Biarkan saja gadis itu menghadapi kekasih dosennya itu. Bukan urusannya. Yang penting mereka sudah sepakat dengan perjanjiannya. Jadi Alejandro tidak perlu memusingkan hal yang tidak penting.

“Biarkan saja, bukan urusanku. Namun, yang jadi urusanmu adalah kamu harus mengurus berkas untuk statusku dan Anya dan besok sudah harus jadi,” tukas Alejandro.

“Anya? Status?” tanya Lian melongo.

“Zevanya. Status pernikahan sah. Aku tidak butuh prosesi, aku butuh statusnya saja.”

Karena sudah paham dengan maksud tuannya Lian pamit undur diri dari ruangan. melihat jam yang bertengger ditangan sudah menunjukkan pukul sembilan. Alejandro segera mengambil handphone dan bergegas pulang. Karena merasa ada yang lupa dia kembali dan mengambil kunci kamar khusus apartemen di laci meja kerja.

Di jalan Alejandro menikmati lampu yang menerangi jalan. Musik yang mengiringi malam ini pun mampu membuat rasa nyaman. Mobil yang dikendarai memasuki parkiran. Pria itu menekan tombol telpon pada nama yang tertera dilayar handphone. “Temui aku di bawah!” titahnya.

Tak menunggu waktu lama terlihat seorang gadis menghampiri mobilnya dengan tergesa-gesa.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Menulis Aksara
kasih paham si Ale kak
goodnovel comment avatar
Tarra
nanti bucin lama2 SM zevanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status