Mata Alejandro tertuju pada gadis cantik dan anggun yang baru saja datang bersamaan dengannya namun dengan mobil yang berbeda. Gaun yang dikenakan sangat pas, membentuk lekuk tubuh yang selama ini disembunyikan. Gaya elegan nampak berkelas, siapa yang menyangka itik akan menjadi angsa yang anggun. “Honey, kenapa nggak jawab, sih?” rengek wanita disampingku, Tessa. Alejandro menanggapi dengan gelagapan karena yang ditatap sedari tadi bukanlah istrinya melainkan wanita lain, Zevanya. Gadis itu sungguh menawan. Saat menyadari teguran Tessa, dia segera menyingkirkan perasaan kagum pada Zevanyanya. Ingat bahwa hubungan mereka hanya kontrak, tak lebih dari itu. “Lian, bawa dia ke sini!” pintanya. Lian mempersilakan Zevanya untuk mendekat pada Alejandro dan wanita disampingnya yang sedang memeluk tangan Alejandro dengan mesra. “Ini dia wanita yang akan menjadi ibu pengganti sesuai dengan idemu,” katanya memperkenalkan Zevanya datar. “Hai, aku Tessa. Istri satu-satunya Alejandro. Terim
Mobil mewah tiba di mansion gaya klasik modern dengan nuansa monokrom. Pintu hitam yang menjulang tinggi, lantai marmer berwarna putih, lampu cristal gantung menghiasi ruangan serta berbagai pernak-pernik yang mendukung ornamen mansion. Nuansa monokrom ini sangat menggambarkan karakterku yang maskulin. Saat menaiki anak tangga belaian demi belaian dari Tessa memabukkan. Dia seakan rindu dan tak sabar dengan malam panjang seperti yang sering mereka lalui bersama. Tessa berjalan mendahului Alejandro menaiki anak tangga. Membelai wajah, dari mulai mata, hidung hingga bibir Alejandro ia sentuh dengan sangat sensual. Tangannya melingkar dipundaknya, hembusan napasnya mulai terasa. Kecupan bibirnya mendarat dibibir. Kecupan yang singkat itu hanya untuk memancing Alejandro. Setelahnya Tessa lari dengan menuju kamar. Alejandro yang mengamati semua gerak-gerik Tessa makin tertantang. Sampai di pintu kamar yang dibuka perlahan oleh Tessa dengan menatapnya, wanita itu berulah kembali dengan men
Kini sekeliling sudah bersih dan rapi. Zevanya dan Rosa yang bermandi peluh karena membersihkan apartemen yang sudah lama tak ditinggali oleh sang tuan. Alejandro dan Tessa pasti tinggal di mansion yang lebih mewah.“Nyonya, silakan Anda mandi. Saya sudah menyiapkan air hangat untuk menghilangkan penat.” Tutur Rosa yang mendekatiku di sofa.Zevanya mengatur napas karena kegiatan bersih-bersih tadi menguras tenaganya, “Terima kasih banyak, Rosa. Oh ya, aku boleh minta tolong?”“Silakan saja, Nyonya.”“Siapkan bahan makanan karena aku ingin makan lasagna,” sambil berjalan menuju kamar.“Ingat, hanya menyiapkan bahan saja. Kita masak bareng. Oke?” sambung Zevanya.Rosa hanya bisa geleng-geleng kepala sambil senyum melihat tingkat dan sifat Zevanya yang tak suka dilayani berlebihan.***Hari ini Bianca akan menemui seseorang. Gadis yang menyita pikiranku karena dari semalam. Dia hanya teringat akan wajahnya. Wajah gadis itu mengingatkan pada seseorang yang sudah lama dicari.“Nyonya, sila
Lagi-lagi Bianca hanya merenungi wajah yang baru saja ditemui. Gadis itu benar-benar sangat mirip dengan seseorang yang dikenal. Sebenanya Bianca bisa saja menampar wajah anak itu sebagai pelampiasan. Ya, pelampiasan kekesalannya terhadap anak dan menantunya. Tetapi, ia tak bisa. Hatiku bergejolak lain saat menatap wajahnya. Bianca hanya bisa menumpahkan kekesalan dengan menyebutnya jalang. Menyebut dengan sebutan kasar, sebenarnya hatinya tak tega. Karena dia mirip dengan orang yang berarti. “Di mana kamu sekarang Lidya. Apa Hudson memperlakukanmu dengan baik?” lirihnya. Bianca sudah sampai di kediamannya yang ditinggali bersama Ronald. Melihat dari kejauhan pelayan setianya menyambut. Namun suara Marco mengalihkan perhatian. “Nyonya, gadis itu menitipkan ini pada saya,” Marco menyerahkan paper bag. Bianca melihat sekilas “Untukmu saja,” katanya. “Nyonya belum makan. Tak ada salahnya jika mencicipi masakan buatannya. Dari raut wajahnya, tidak ada kejahatan yang saya lihat. Malah
“P-Pak Jorge. Terima kasih.” Lirih Zevanya dan langsung mebenarkan posisi. Rosa yang tercengang melihat Jorge. Memang siapapun wanita akan terkesima dengan kharisma Jorge. “Rosa ini Pak Jorge, dosenku di kampus,” jelasnya memperkenalkan. Mereka saling berjabat tangan. “Mari, Pak. Silakan dilanjut, saya harus pulang. Terima kasih atas bantuannya,” pamit dengan sopan. Namun Jorge menahan tangan gadis yang dirindukannya, “Aku antar kamu pulang. Aku juga sudah selesai berbelanja.” “P-pak tidak perlu. Kami bisa naik taksi,” kilah Zevanya. Tatapan Jorge sangat dalam padanya lalu berkata, “Aku akan mengumumkan kencan kita pada mahasiswa di kampus jika kau menolakku.” ancamnya. Secara otomatis Zevanya dan Rosa saling pandang karena panik. Ancaman itu sama sekali tidak akan menguntungkan. Bahkan sebaliknya. Alejandro bisa-bisa mengamuk karena kontrak mereka belum selesai. Sama halnya dengan Rosa. Rosa seakan tahu apa yang akan terjadi bila Jorge benar-benar mengumumkan hal tersebut. Mer
Sore ini Alejandro memutuskan untuk pulang lebih cepat. Pekerjaan sudah diselesaikan lebih cepat. Selagi Tessa-istrinya ada di rumah dia ingin menghabiskan waktu dengannya. Ia tak mau dicap sebagai suami yang lepas tanggung jawab dan mementingkan pekerjaan.Mereka sudah sering kali dipisahkan oleh pekerjaan masing-masing. Jika Tessa ada pekerjaan, wanita itu pasti harus meninggalkan suaminya dan butuh waktu seminggu paling cepat dan 1 bulan paling lama. Entah jika Tessa sudah menjalankan shooting film akan menghabiskan berapa banyak waktu di luar sana.Rekan kerja, teman, sahabat bahkan kedua orang tua Alejandro sendiri menyematkan julukan khusus padanya. Duda pasif. Julukan itu yang mereka sematkan jika ia dan Tessa sudah mulai LDR. Namun kedua orang tuanya dan Victor yang selalu menyuruh cerai dan mencari wanita lain. Mereka pikir banyak yang lebih baik dari Tessa.Jika sedang LDR Alejandro menyibukkan diri dan itu sudah menjadi kebiasaannya. Jadi, ia tak terlalu memusingkan hal itu
“Zevanya…” gumam Victor.Namun kembali Victor memerhatikan wanita yang sedang berbicara dengan pelayan tadi. Dia wanita licik yang sangat dikenal, Tessa. Untung saja sudah direkam momen penting. Karena Victor yakin pasti akan berguna. Tak lupa dengan niatnya, dia memutuskan untuk pergi ke toilet karena sudah tak bisa dibendung lagi.Lega sekali, terlalu banyak minum membuatnya harus bolak-balik kamar mandi karena kantung kemihnya yang full. Victor menyusuri jalanan tadi. Tak lupa menyempatkan diri untuk melihat sejauh mana Tessa melakukan rencana busuknya untuk Zevanya.Manik matanya langsung menemukan gadis cantik dengan balutan dress hitam itu. Yang sangat menarik adalah lekukan tubuhnya. Mengapa bukan dia yang lebih dulu mendapatkan Zevanya. Victor sangat iri dengan sahabatnya. Alejandro yang selalu menolak saat ditawari wanita, kini dia mendapatkan gadis muda dan cantik. Bonusnya gadis itu memiliki tubuh yang indah. Meski ia tahu mereka hanya terikat kontrak.Jika Victor tak meman
“Lebarkan kakimu,” imbuhnya.Tak sabar Alejandro menyerbu bibir lembut dan manis milik Zevanya. menyesap, menikmati sajian di depan mata. Tangan kanan meraba benda bulat seraya memijat. Sedangkan tangan kiri sudah sampai pangkal bawah perut milik Zevanya. Sudah lembab dan basah. Jemari Alejandro mengusap pelan sambil memainkan dengan ritme dari pelan ke cepat.Leher jenjang dan mulus kini sudah memiliki banyak jejak merah hasil cetakan bibir pria ganas. Napas Zevanya tersengal-sengal, akibat dari aktifitas intens yang dilakukan Alejandro di bawah sana.“Ahhk!! Ale!” pekik Zevanya sambil meremas rambut Alejandro. Dia sudah mencapai puncaknya. Cairan membasahi tangan kekar.Entah mengapa Alejandro menyeringai puas. Ada rasa bangga. Sudah lama dia tak merasakan hal seperti ini. Ia sudah melucuti pakaiannya. Tongkat pusaka sudah tinggi tegak menjulang. Alejandro menyiumi kening gadis yang sekarang tepat berada dikungkungannya. “Apa kau sudah siap?” tanya Alejandro dengan nada lembut. Mend