Share

4. Hutang Lunas

Membaca semua berkas yang diberikan Alejandro. Isinya membuat Zevanya terbelalak. Kontrak itu adalah selama setahun Zevanya akan menjadi istri kontrak dengan status sah. Semua kebutuhannya akan dipenuhi, termasuk biaya rumah sakit dan hutang-hutang Ayah akan dilunasi. Selama menjadi istri kontraknya keluarganya akan diberi rumah, dan Zevanya juga akan tinggal di apartemen lengkap dengan pelayan. Selama itu dia tidak boleh ikut campur urusan rumah tangganya dengan istri pertama. Begitu juga Alejandro tidak akan ikut campur dengan urusan pribadi Zevanya. Sementara juga gadis manis itu harus cuti kuliah karena harus fokus dengan kontrak yang mengharuskan dia hamil anak mereka.

“Kamu tahu dari mana semua informasi tentang aku?” kata Zevanya memicingkan mata.

 “Ah, kamu bisa menyuruh orang lain untuk menyelidiki,” imbuhnya.

Alejandro hanya tersenyum samar. Seakan memberi tahu bahwa semua bisa ia lakukan.

“Ini kartu untuk kebutuhan keluargamu dan tulis nomor handphonemu di sini,” ujar Alejandro dengan menyodorkan 2 kartu ATM, kertas kosong dan bolpoin.

Setelah Zevanya menulis nomor handphone, dia menanyakan kartu ATM yang Alejandro berikan, “Kenapa kartunya ada dua?”

“Satu untuk kebutuhan keluargamu dan satu lagi untuk kamu. Cepat siap-siap aku antar kamu ke rumah sakit. Ada hal yang harus aku bicarakan dengan orang tuamu.”

Gadis bermanik coklat tua itu hanya mengangguk dan langsung bersiap-siap.

***

Di dalam mobil menuju rumah sakit. Entah apa yang sedang dipikirkan Zevanya. Karena sejak tadi hanya terdiam dan melamun. Pandangannya kosong menerawang ke luar jendela mobil.

“Istrimu tahu kalau kita sudah tanda tangan kontrak?” selidik Zevanya yang dari tadi melamun.

Alejandro tersentak karena memang aku belum mengatakan apapun pada Tessa. Untung saja ia bisa mengalihkan pertanyaan itu karena mereka sudah sampai di rumah sakit tempat Ayahnya di rawat.

“Sudah sampai,” ujar Alejandro sambil membuka sabuk pengaman dan mulai turun dari mobil diikuti Zevanya.

Bak sudah tahu harus apa, Zevanya memimpin jalan menuju ruangan kedua orang tuanya berada. Melihat gadis yang memakai dress meski tak ada polesan, Alejandro yang berada di belakang tak mengalihkan pandangan terkesima. Selain cantik, dia memiliki badan yang bagus, proporsional. Tak munafik Alejandro suka dengan wajah dan bentuk tubuhnya. Dia anggun. Seketika Alejandro teringat dengan perntanyaannya semalam.

“Kenapa, Tuan memilih saya?”

Alejandro juga bertanya-tanya kenapa dia memilih Zevanya sebagai Ibu pengganti. Apa hanya karena parasnya? Atau karena hal lain? Karena sejak awal Alejandro sudah tertarik dengan gadis ini dari ujung rambut sampai ujung kaki. Polos dan lugunya pun Alejandro suka.

“Silakan masuk,” Zevanya mempersilakan.

Mereka berdua memasuki ruangan yang di dalam sudah ada suami istri. Sosok Ayahnya yang terbaring lemah di tempat tidur sedangkan Ibunya memiliki wajah yang mirip dengan Zevanya. Kesan pertama yang didapat dari Ibunya adalah rasa teduh.

***

“Ibu, Ayah, ini Alejandro,” Zevanya mengawali. Melihat Hudson dan Lidya dengan ekspresi bingung melihat anaknya datang dengan pria asing.

“Perkenalkan, saya Alejandro.” Sambil menyodorkan tangan.

Zevanya mempersilakan Alejandro untuk duduk kemudian disusul dengan Lidya. Ia dan Alejandro menjelaskan semua tentang kontrak tanpa ada satu pun yang ditutupi. Hudson menyimak di tempat tidur dan Lidya berada di sampingnya. Mendengar penjelasan dari Alejandro, Lidya hannya terdiam dan tak lama disusul air mata yang mulai membasahi kedua pipinya. Mereka semua menyadari tak ada jalan lain selain menempuh tawaran kontrak dari Alejandro.

Setelah menjelaskan semua, pria berahang tegas itu pamit pergi.

“Maaf ya nak, kami harus mengorbankan masa depanmu,” tangis Lidya pecah. Zevanya juga tak bisa membendung air mata yang sedari tadi kutahan. Lagi-lagi Hudson hanya terdiam menatap keluar jendela.

***

Sampai di mobil Alejandro hanya mampu menghela napas dalam-dalam. Dia memutuskan menelpon Tessa sembari melajukan mobil menuju kantor.

“Tessa, aku sudah melalukan apa yang kamu minta. Aku sudah menemukan orang yang bersedia menjadi Ibu pengganti untuk anak kita.” 

Honey, kamu nggak becanda kan? Aku minta maaf ya, karena belum bisa ngasih apa yang kamu mau. Tapi gimana sama Mama kamu?” ucapnya dengan manis.

“Kalau nanti sempat aku kabari Mama.”

Oke. Besok aku pulang sayang. Muah, love you!”

Love you too.”

Segila ini keputusan yang sudah Alejandro buat. Bagaimana cara menghadapi Bianca-mamanya juga dia tidak terpikirkan hal itu.

***

Panggilan telpon terputus

“Merepotkan,” seringai Tessa yang sedang menikmati pemandangan dari dalam kamar hotel. Ada yang membelai pundaknya dari belakang.

“James, kamu sudah bangun beib?” sapa Tessa dengan nada lembut dan manja.

“Siapa yang telpon?”

“Ale, dia sudah menemukan ibu pengganti yang bersedia untuk melahirkan keturunan untukku dan Ale. Aku tidak mau merusak karir yang sudah kubangun, apalagi sebentar lagi aku akan merambah kedunia film karena kamu sayang,” tuturnya sambil bergelayut pada pelukan James.

“Gadis pintar,” puji James.

Kedua insan itu melanjutkan pergulatan panasnya.

Tessa adalah wanita yang menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kepopuleran dan harta. Sudah berkali-kali dia menyelingkuhi suaminya untuk dapat menaikkan pamor. Dari mulai fotografer, manager majalah, CEO dari perusahaan baju terkenal dan kali ini produser film.

***

“Semua tagihan sudah lunas terbayar. Ini bukti pembayarannya, nona.” Petugas menyerahkan kertas pada Zevanya.

“Terima kasih” balasnya dengan senyum.

Satu persatu masalah sudah teratasi. Hutang Hudson-ayahnya juga sudah lunas. Langkah selanjutya adalah mengajukan cuti di kampus. Anastasia-sahabatnya juga sudah menunggu di lobby kampus sedari tadi. Untung saja jarak dari rumah sakit dan kampus tidaklah jauh.

Sesampainya di depan lobby kampus sudah ada gadis manis yang menunggu. Seakan tak sabar dia melambaikan tangan sangat antusias sekali ingin bertemu. Anastasia merupakan sahabat Zevanya sejak di sekolah dulu. Sampai kuliah pun mereka mengambil fakultas dan jurusan yang sama karena minat kami juga sama, yaitu di Ekonomi.

“Zevaaa, nggak bisa ditunda lagi. Kamu harus cerita sedetail-detailnya. Kenapa harus cuti? Kita udah mau lulus loh dikit lagi,” cecar Ana.

“Ayah masuk rumah sakit dan sempat operasi jantung, Ana. Sebelum Ayah  masuk rumah sakit pun rumah kami didatangi lintah darat gara-gara hutang Ayah yang udah kepalang numpuk. Kamu paham kan keluargaku bukan dari kalangan berada. Jadi ditengah-tengah ngobrol ditelpon semalem, aku lihat ada lowongan pekerjaan di club malam. Malam itu juga aku langsung kerja,” papar Zevanya pada Ana.

“Terus? Kamu nggak diapa-apain kan sama tamu-tamu di sana?”

Zevanya hanya bisa diam mendengar pertanyaan dari Ana. Ingin sekali cerita tapi aku malu. Karena malam itu pun dia mengalami hal yang tak menyenangkan dari teman Alejandro yang entah siapa namanya.

“Zeva? Hey, kamu gak papa kan?” tanya Ana karena pertanyaannya tak dijawab karena Zevanya hanya melamun.

“Eh, enggak, gak papa kok,” kilahnya.

“Zeva, pertanyaanku belum dijawab, loh.”

Ana membuat gelagapan dengan pertannyaannya. Haruskah gadis manis ini jujur?

 “Ana, sebenarnya semalam aku hampir diperkosa oleh teman dari tamu yang kulayani,” kataku jujur.

“APA! Terus kamu?” tanyanya prihatin.

“Enggak kok, aku gak papa karena aku berhasil kabu dari sana. Tapi ….”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status