Share

3. Perjanjian

Bak ditimpa musibah berkali-kali, Zevanya benar-benar muak dengan kehidupannya. Ingin sekali mengakhiri hidup dengan cara tragis sekali pun. Tapi tak ingin melihat Ibunya sendiri menanggung semua yang sudah diperbuat Hudson-Ayah selama ini.

“Lepaskan tangan saya, Tuan, sakit,” pekik Zevanya.

Alejandro membuka pintu mobil dan mendorongnya masuk. Dengan segera menutup pintu mobil. Lalu mobil melaju menjauh meninggalkan club malam. Entah akan dibawa ke mana oleh pria asing yang tak dikenalnya sebelumnya.

“Tuan mau bawa saya ke mana. Tolong turunkan saya. Saya harus pulang.”

“Katanya kau butuh uang, jadi lebih baik diam dan turuti semua perintahku. Atau aku bawa kamu ke tempat laki-laki yang berusaha menidurimu tadi,” gertaknya.

Seketika tak terdengar ocehan yang keluar dari mulut Zevanya. Meski dia kerja di club malam, bukan sebagai jalang yang dimaksud. Zevanya rela bekerja dengan mengerahkan seluruh tenaga dan kemampuannya tetapi tidak dengan melepas keperawanan. Ia benar-benar takut saat Victor  menyentuh dan sekarang dia di mobil bersama teman dari pria brengsek tadi. Akan sesial apalagi hidupnya dibeberapa waktu ke depan Tuhan.

Mobil yang mereka tunggangi berhenti di depan lobby yang tak asing. Ya, Zevanya mengetahui kalau aku sedang di bawa ke hotel. Alejandro memesan kamar dan Zevanya hanya mengikuti dari belakang. Mereka memasuki lift. Gadis itu merasa diperhatikan dari pantulan pintu lift. Tatapannya mengitimidasi. Firasatnya mengatakan akan ada hal buruk yang menimpa untuk kesekian kalinya.

Pintu terbuka dan mereka keluar menuju kamar yang berada diujung lorong. “Masuk,” titahnya.

Alejandro berjalan santai sambil memegang tengkuk lehernya seakan dia merasakan penat. Lalu  menuju kursi yang berada tepat di samping tempat tidur. Zevanya mengikutinya duduk tepat di depannya.

“Nama?”

“Zevanya Eldora.”

“Panggilan?”

“Tuan bisa panggil saya Zeva.”

“Anya, aku panggil kamu Anya. Aku membutuhkan kamu untuk menjadi Ibu pengganti. Tentunya saja aku akan menikahi kamu secara kontrak. Akan kutanggung semua yang kamu butuhkan selama manjadi Ibu pengganti untukku dan istriku.”

“Maksud, Tuan?”

“Aku dan istriku membutuhkan ibu pengganti untuk melahirkan anak kami.”

Benar dugaannya. Batu besar menimpa dadanya lagi. Seharian ini jiwa dan raganya remuk, pecah tak bersisa. Zevanya akan menjadi alat untuk orang lain. Lebih tepatnya rahimnya yang menjadi alat untuk melahirkan anak orang lain. Impiannya menikah dengan orang yang dicintai hingga memiliki anak dan membesarkannya bersama pupus sudah. Pernikahan yang indah dan suci harus pupus dari benak dan pikirannya. Karena jika menolak pun ia tidak akan bisa mendapatkan uang 200 juta dengan secepat kilat.

Bingung, marah, kecewa semua jadi satu. Lidah kelu, tercekat tak bisa mengucap sepatah kata pun. Orang gila macam apa yang ada dihadapan Zevanya saat ini.

“Akan kunikahi kamu untuk mendapat status sah. Tapi setelah anak itu lahir, kontrak kita pun berakhir. Ah, dan hal yang terpenting adalah jangan sampai kamu jatuh cinta karena aku tidak akan meninggalkan istriku. Jangan mengusik dan ikut campur kehidupan pribadi masing-masing karena kita hanya dua orang”

Tak ada pilihan lain selain aku mengiyakan kontrak yang dia tawarkan. “Baik, saya menyetujui hal yang Tuan tawarkan. Tapi, tolong transfer uang sejumlah 200 juta karena saya membutuhkan uang itu secepatnya.”

Oke, semua akan diurus Lian besok.”

“Kenapa, Tuan memilih saya?” selidikku.

“Alejandro, panggil saja Ale. Entah, firasat mungkin?” jawabnya asal.

“Kalau gitu saya pamit pulang. Saya tunggu janji tuan besok. Terima kasih,”ucap Zevanya yang mulai beranjak pergi.

Tangan kekar terasa memegang pergelangan Zevanya. Ya, itu tangan Alejandro yang berusaha menahan. Gadis itu memicingkan mata mendapati tangan yang dimasih dipegangnya.

“Kamu bisa tidur di sini, besok kuantar pulang. Kamu bisa jamin tidak akan terjadi apa-apa.”

Alejandro pergi, hanya aku sendiri di kamar mewah dan megah ini. Entah harus merasa senang atau marah dengan perlakuannya. Tetapi untuk sementara waktu inilah yang terbaik. Zevanya mendapat uang, Alejandro mendapatkan anak.

***

“Lian, tolong beri informasi mengenai Zevanya Eldora dan juga siapkan kontrak, isinya kan kukirim lewat email. Ah, iya, besok juga siapkan baju untuk wanita.”

“Baik, pak,” balas suara dibalik telepon.

Segera dimatikan telpon dan memijat pelipis, kepala Alejandro sangat pening. Dia memutuskan untuk masuk kembali ke kamar.

Melihat sosok gadis lugu yang sedari tadi hanya bisa menangis karena ketakutan. Tanpa sadar Alejandro sudah duduk di samping tempat tidur. Melihat lekat wajah cantik tanpa polesan make up. Rambutnya bergelombang, kulit putih, bulu mata lentik, alis rapi tertata, bibir tanpa lipstick pun sudah terlihat ranum. “Pipinya halus dan …” sadar dari lamunan. Alejandro kembali menyadari bahwa dia telah beristri.

TING!

Suara notifikasi yang familiar kudengar. Lian sudah mengirim informasi mengenai Zevanya. Dibaca dengan teliti hingga dapat disimpulkan bahwa dia gadis yang malang. Dengan usia yang masih muda sudah menghadapi masalah yang berat. Tak lupa Alejandro membalas dengan persyaratan kontrak yang harus Lian cantumkan agar bisa ditandatangani besok dengan Zevanya.

Sofa tempat terbaik untuk beristirahat kali ini. Alejandro menyempatkan untuk melirik gadis yang sedang tertidur, memastikan dia nyaman.

Beberapa saat kemudian, ketika membalik badan Zevanya tersadar bahwa sudah ada cahaya matahari yang masuk lewat sedikit celah dimata. Karena silau, dia mencoba mengusap kedua mata. Benar saja sudah pagi. Melihat sekeliling tidak ada orang tetapi terdengar suara gemercik air. Begitu ingat jika semalam aku bersama dengan Alejandro langsung diperiksa badannya. Syukurlah kalau baju masih melekat dan sama seperti kemarin, hanya dandanan saja yang sudah mulai kacau karena menikmati Kasur yang sangat nyaman.

“Haah! Jangan-jangan pas aku tidur aku ngorok? Atau malah lebih parah dari itu!” pekikku.

Malu rasanya jika aib terlihat orang lain apalagi oleh lawan jenis. Tapi saat diingat kembali, untuk apa Zevanya mencemaskan hal itu. Pria itu juga bukan orang yang disukainya.

“Kalau sudah bangun cepat mandi, bajumu ada di sana,” suara baritone milik Alejandro mengagetkan. Dia menunjuk paper bag yang ada di atas meja. Zevanya beranjak dari tempat tidur dan langsung mengambil paper bag dan menuju kamar mandi.

Setelah selesai mandi Zevanya menghampiri Alejandro yang sudah duduk disofa dengan memegang berkas. Pria itu memandangi dari ujung kaki sampai ujung kepala. Entah apa yang dia perhatikan pada Zevanya yang berdiri dihadapannya.

“Apa terlihat aneh mengenakan dress ini?” tutur Zevanya malu.

“Ti-tidak. Silakan duduk. Ini kontrak kita selama setahun kedepan. Jangan melanggar satu pun dari apa yang tertullis di sini.” Alejandro mencoba mengontrol diri.

Membaca semua berkas yang diberikan Alejandro. Isinya membuat Zevanya terbelalak. Kontrak itu adalah selama setahun Zevanya akan menjadi istri kontrak dengan status sah. Semua kebutuhannya akan dipenuhi, termasuk biaya rumah sakit dan hutang-hutang Ayah akan dilunasi. Selama menjadi istri kontraknya keluarganya akan diberi rumah, dan Zevanya juga akan tinggal di apartemen lengkap dengan pelayan. Selama itu dia tidak boleh ikut campur urusan rumah tangganya dengan istri pertama. Begitu juga Alejandro tidak akan ikut campur dengan urusan pribadi Zevanya. Sementara juga gadis manis itu harus cuti kuliah karena harus fokus dengan kontrak yang mengharuskan dia hamil anak mereka.

“Kamu tahu dari mana semua informasi tentang aku?” kata Zevanya memicingkan mata.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Menulis Aksara
kasih Zevanya pukpuk kak kasian hiks
goodnovel comment avatar
Tarra
nasibmu malah sekali si anya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status