Share

Bab 2. Bertepuk Sebelah Tangan

Yura mengenakan rompi hijau dengan logo GS27 di dada kirinya. Rompinya tidak jelek, hanya saja ia merasa muak tiap kali melihat rompi itu. Ia teringat akan kehidupannya yang hanya begitu-begitu saja.

Ia berjalan menuju ke konter kasir. Di sana ada teman kerjanya yang lebih muda dan bertubuh agak gemuk, Jinguk, baru saja menyelesaikan gilira kerja malamnya dan masih mengenakan rompi.

"Kak Yura, tadi malam ada orang yang memberiku tip. Uangnya aku belikan roti dan aku membelikanmu juga. Aku letakkan di laci untuk makan siangmu nanti ya." Jinguk tersenyum sambil meletakkan roti di laci meja kasir.

Wajah bulatnya yang selalu tersenyum dan dihiasi dengan poni mangkok seakan menjadi vitamin bagi Yura untuk memulai hari kerjanya. Di tengah pekerjaan yang tidak disenanginya, ia masih bersyukur memiliki teman kerja yang sangat baik seperti Jinguk.

"Wah...  terima kasih Jinguk. Kau selalu mengingatku." Yura tersenyum untuk pertama kalinya hari itu.

"Itu bukan apa-apa. Aku juga mendapatkannya dari orang lain." Jinguk tersenyum lalu berjalan menuju ke loker untuk berganti baju. Sementara itu, Yura menuju ke konter kasir dan mulai mengecek data di komputer.

Beberapa menit kemudian, Jinguk keluar dari loker, sudah mengenakan jaket dan membawa tas. Ia berjalan sambil tersenyum menuju ke depan kasir.

"Kak Yura, semangat!" Jinguk berseru sambil mengepalkan kedua tangannya ke atas. Yura pun tersenyum kembali dibuatnya. Ia memperhatikan Jinguk yang keluar dari pintu minimarket. Andai saja ia memiliki seorang adik seperti Jinguk, pikirnya dalam hati.

***

Jam menunjukkan pukul 4.30 sore. Yura masih sibuk dengan pekerjaannya di kasir. Ia sedang melayani seorang pembeli wanita, memindai barcode barang-barang yang dibeli wanita itu.

"Totalnya 18.400 Won." Yura selesai menghitungnya. Wanita itu memberikan kartu kreditnya dan Yura menggeseknya. Transaksi pun selesai dan ia mengembalikan kartu kredit tersebut.

"Terimakasih," kata wanita itu.

Yura mengangguk sambil tersenyum. "Hati-hati di jalan," kataya sambil tersenyum sampai wanita itu keluar dari minimarket. Kemudian senyumnya itu hilang dan wajahnya berubah menjadi datar lagi.

Seorang pembeli lain memasuki minimarket, seorang lelaki berusia sekitaran usia Yura, badannya tinggi, tegap dan gagah. Rambutnya cepak berwarna hitam dan ia mengenakan jaket kulit senada dengan warna rambutnya.

"Selamat datang," sambut Yura. Namun saat melihat lelaki itu, Yura malah menunjukkan ekspresi wajah terkejut.

"Youngjo?" sapa Yura. Ia mengenalnya. Ia pun tersenyum kepada lelaki bernama Youngjo itu.

"Hai," sahut Youngjo sambil tersenyum. "Yura, aku lapar. Kira-kira apa makanan enak hari ini yang bisa kau rekomendasikan padaku?" tanyanya sambil memegang perutnya sambil memasang ekspresi wajah pura-pura memelas.

"Mmmm.. Hari ini ada menu baru nasi donkatsu keju. Mungkin kau mau mencobanya?" tanya Yura menawarkan.

"Ide yang bagus." Youngjo menyetujui saran tersebut dan tersenyum lebar. Yura pun mengambil nasi siap saji sesuai yang dipesan dan memberikannya pada Youngjo sembari menerima pembayaran kartu kredit darinya.

"Aku akan memanaskannya dulu dan makan di situ," kata Youngjo menunjuk meja yang ada di sudut toko, yang memang dikhususkan untuk para pembeli yang ingin makan di tempat.

"Iya," sahut Yura sambil tersenyum.

Youngjo berjalan menuju microwave sementara Yura memperhatikannya dari belakang sambil tersenyum kecil. Dari gerak-geriknya itu kalian bisa menyimpulkan, Yura menyukai Youngjo. Youngjo adalah temannya semasa SMA sekaligus cinta pertamanya.  Mereka pernah memiliki kisah kasih bersama yang tak bisa Yura lupakan. Ingatan Yura pun tiba-tiba melayang ke masa itu.

Masa sekolah saat mereka masih SMA...

Sepulang sekolah, Yura muda berjalan menyusuri jalanan menuju ke halte bus, tempat ia biasa menunggu bus yang mengantarnya sampai ke dekat rumahnya.

"Yura!" Sebuah suara memanggilnya dari belakang. Yura pun menoleh dan dilihatnya Youngjo muda menghampirinya sambil berlari dengan wajah sumringah.

"Aku mencarimu dari tadi di sekolah, ternyata kau sudah sampai disini," pungkas Youngjo.

"Kenapa kau mencariku?" tanya Yura. Ia heran karena tidak merasa membuat janji apa-apa hari itu dengan Youngjo.

"Aku ingin berjalan pulang bersamamu," jawab Youngjo dengan menunjukkan senyuman yang penuh kelembutan. 

Yura merasakan jantungnya berdegub kencang dan seperti ada kupu-kupu beterbangan di dalam perutnya. Ia tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Orang yang disukainya mulai menunjukkan perhatian padanya, bahkan ingin berjalan pulang bersama?

"Ayo, sebentar lagi akan hujan," ajak Youngjo. Ia pun segera menggandeng tangan Yura dan mengajaknya berjalan bersama. Jantung Yura kali ini seakan mau copot. Panas dingin dirasakan tubuhnya, sepertinya tangannya pun berkeringat. Ia terus memikirkan apakah Youngjo tidak apa-apa jika tangannya berkeringat seperti itu.

Tak berselang berpa lama, hujan pun akhirnya turun dan halte bus masih berjarak sekitar 200 meter dari tempat mereka berdiri. Youngjo dan Yura berlari bersama-sama sambil terus bergandengan tangan menuju halte itu.

Setibanya di halte, mereka membersihkan badan mereka yang basah kuyup lalu saling memandang satu sama lain dan mulai tertawa. Meskipun terguyur hujan, Yura merasa sangat bahagia saat itu karena ada Youngjo di sisinya. Kisah cinta masa remaja yang indah tentu didambakan setiap orang, bukan?

Namun sayangnya... kebahagiaan itu tidak dapat berlangsung lama karena Youngjo harus pindah ke Busan mengikuti ayahnya yang dipindah-tugaskan ke sana. Kisah mereka pun harus berakhir sampai di situ sebelum salah satu dari mereka berhasil menyatakan perasaannya.

Setelah 7 tahun berselang... Youngjo kembali ke Seoul. Dan tanpa mereka duga, ternyata mereka bertetangga dan hanya terpisah jarak beberapa rumah saja! Youngjo sempat datang ke rumah Yura untuk memberikan kue beras di hari pertamanya pindah sebagai tetangga baru. Dan semenjak itulah hubungan mereka berubah menjadi hanya sebatas tetangga dekat. 

Kini sepuluh tahun berlalu semenjak cintanya pada Youngjo dimulai. Sekarang disinilah mereka, berpura-pura lupa tentang kisah masa lalu mereka. Ataukah mungkin... mereka benar-benar telah melupakannya? Setidaknya tidak dengan Yura yang selalu menyimpannya dengan baik di dalam hati dan ingatannya. 

Yura segera memecah lamunannya itu dan mulai kembali bersiap membereskan kasir karena sebentar lagi ia harus berganti giliran kerja. Sedangkan di ujung sana, Youngjo sedang asyik menikmati nasinya sambil memainkan telepon seluler di genggamannya.

Tiba-tiba seorang wanita berperawakan mungil dengan tinggi badan sekitar 158 cm, berambut coklat dihiasi dengan ikal buatan masuk ke dalam minimarket. Terdengar suara Youngjo menyeruak dari tempat duduknya seiring dengan masuknya wanita itu.

"Sayang!" Youngjo memanggilnya sambil melambai-lambai ke arah wanita itu, menyuruhnya menghampirinya.

"Hai, sayang," balas wanita itu. Ia balik melambai pada Youngjo, lalu melihat ke arah Yura.

"Yura, kalau kau sudah selesai bekerja, aku tunggu di sana ya," katanya sambil menuju ke tempat Youngjo duduk.

"Ah, iya Sua. Sebentar lagi aku sudah selesai," jawab Yura.

Wanita itu  bernama Sua, dan ia adalah kekasih Youngjo. Ironis bukan? Tapi yang membuatnya lebih miris lagi adalah Sua merupakan sahabat terdekat Yura semenjak mereka bekerja bersama sebagai pelayan di sebuah restoran.

Sua pun berjalan menghampiri Youngjo sementara Yura hanya bisa melihat mereka sambil pura-pura tersenyum. Tak ada yang lebih sakit daripada melihat sahabat terbaikmu dan orang yang kau sukai selama bertahun-tahun lamanya menjalin cinta, bahkan tepat di depan matamu sendiri. Sungguh Yura yang malang...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status