Share

Bab 3. Dunia Khayalan

Yura, Youngjo, dan Sua berjalan bersama. Memang sudah menjadi kebiasaan, Youngjo menjemput Sua yang bekerja tidak jauh dari tempat Yura bekerja.

Youngjo adalah seorang polisi muda, biasanya ia pulang di sore hari setelah selesai bertugas. Sesekali Youngjo akan mampir ke minimarket sambil menunggu Sua pulang. Tak jarang pula Sua hanya pulang berdua dengan Yura jika Youngjo mendapat giliran bekerja malam. Tapi jika Youngjo dan Sua bertemu di minimarket, mau tidak mau Yura harus pulang bersama mereka.

"Yura, apa yang akan kau lakukan setelah ini?" tanya Sua.

"Mmm... Tidak ada. Mungkin hanya menonton televisi dan tidur. Bagaimana dengan kalian?"

"Kami akan makan di kedai sup yang baru buka di daerah Sinchon. Sepertinya ulasannya bagus. Apa kau mau ikut?" Sua menatap Yura dengan wajah berharap.

"Mmm... Tidak. Lain kali saja. Aku harus membantu ibuku menyiapkan makan malam." Yura beralasan. Ia merasa tidak enak hati tapi ia hanya tidak mau melanjutkan tugasnya sebagai duta roda ketiga lagi hari itu.

Yura mungkin sering merasa sakit dan cemburu saat melihat Youngjo dan Sua bersama. Tapi hubungan mereka baik-baik saja. Yura menyayangi Sua seperti saudaranya sendiri karena ia selalu ada saat Yura sedang terpuruk.

Sua terlihat sedikit kecewa dengan jawaban Yura. Akhirnya sambil memandang Yura ia pun berkata, "Baiklah, kalau begitu. Berarti kita harus berpisah di sini ya. Sampai jumpa lagi besok."

"Dah, Yura!" Youngjo juga berpamitan sambil melambaikan tangannya. Yura membalasnya sambil tersenyum.

Sua dan Youngjo berjalan bergandengan meninggalkan Yura sementara Yura sendiri hanya melihat mereka dari belakang. Hah... Bagaimana bisa hatinya menahan semua perasaan sakit itu selama bertahun-tahun?

***

Yura sampai di rumahnya dan langsung melepas sepatunya.

"Aku pulang!" Yura berseru. Tidak ada yang menjawab. Sepertinya ibunya belum pulang dan adiknya sedang berada di kamar. Yura pun naik ke kamarnya dan turun lagi untuk mandi.

Setelah mandi, ia memasak ramen instan di dapur. Masih belum terlihat adanya tanda-tanda kehidupan di ruang keluarga. Ia pun membawa ramen yang sudah dimasaknya ke ruang keluarga, lalu mengambil remote dan menyalakan televisi.

Ia terus memencet tombol remote sampai menemukan acara  yang pas. Akhirnya jarinya berhenti memencet tombol saat drama Sageuk muncul di televisi. Drama Sageuk adalah drama yang mengangkat tema sejarah dan berlatar di zaman kerajaan Korea.

Adegan di televisi memperlihatkan aktris Lee Yowon yang sedang memerankan Ratu Seondeok dari Kerajaan Silla. Yura sangat menyukai drama tentang kehidupan kerajaan karena latarnya terlihat sangat megah dan pemeran-pemerannya terlihat sangat bersahaja. Keadaan yang tentunya sangat berbeda dengan kehidupannya saat ini, bagaikan bumi dan langit.

"Kalau aku hidup di zaman itu, kira-kira akan jadi apa aku? Mungkin saja aku hanya akan menjadi gadis penjual sayur." Ia berbicara pada dirinya sendiri kemudian tertawa getir.

Ia menonton drama tersebut sambil menikmati ramen yang ia buat. Ia sangat terhanyut dalam ceritanya sampai-sampai terkadang ia lupa menyuapkan makanannya. Drama itu membuat imajinasinya melayang jauh dari waktunya.

Tiba-tiba pintu rumah terbuka, dan ibunya datang membawa bungkusan kantong plastik berwarna putih. Wajahnya tampak kelelahan karena hari itu pasti ia bekerja lembur.

"Ibu baru pulang?" tanya Yura kepada ibunya yang berjalan ke arah dapur.

"Ya, hari ini ramai sekali di kedai. Banyak pembeli datang di sore hari." Ibunya menjelaskan sambil mengeluarkan piring dari lemari gantung untuk menempatkan makanan yang dibawanya.

Namun tiba-tiba ia mulai mengomel, "Yura, kenapa kau tidak mencuci piring-piring kotor ini?"

"Nanti aku akan mencucinya, Bu. Tadi sepertinya Yeonsu juga habis makan dan belum mencucinya." Yura memang sengaja akan mencucinya nanti selepas ia makan. Lagipula ia sedang asyik menonton televisi.

"Aduh, kalian ini! Kenapa selalu menunggu nanti? Apakah kalian sengaja membiarkannya supaya Ibu yang mengerjakannya? Kau pikir hanya dirimu saja yang lelah setelah bekerja? Ibu juga lelah! Kau lihat saja hari ini Ibu pulang lebih malam." Ibunya mengomel sambil melanjutkan kegiatannya menata makanan di piring.

"Baik, baik. Aku akan mengerjakannya sekarang." Yura buru-buru menjawab. 

Yura merasa gerah dengan kata-kata ibunya. Telinganya seakan tidak sanggup lagi mendengar ocehan ibunya. Bukan sekali dua kali ibunya mengomel dalam seminggu, apalagi ketika ibunya itu lelah sepulang bekerja. Semua bisa menjadi sasaran empuknya. Maka dari itu, Yura pun segera meninggalkan makanannya dan menuju dapur lalu mulai mencuci piring-piring kotor satu per satu.

Selesai mencuci, ia kembali ke ruang keluarga untuk melanjutkan menonton drama dan memakan ramennya yang kini sudah dingin. Ia memandangi ramennya dengan kesal namun tetap menghabiskannya meskipun rasanya sudah tidak seenak tadi. Ia hanya tidak ingin membuang sepeserpun hasil keringatnya dan ibunya.

Terdengar pintu kamar Yeonsu yang terletak dibelakang posisi Yura duduk terbuka. Yeonsu keluar dari kamarnya hendak menuju ke kamar mandi.

"Lain kali sehabis makan, cuci piringmu sendiri!" Yura memperingatkan Yeonsu sambil matanya tetap mengarah ke televisi. Yeonsu hanya bisa menggaruk-garuk kepalanya merasa bersalah. Salah lagi, salah lagi. Mungkin itu yang dikatakannya dalam batin.

Setelah drama yang ditontonnya di televisi selesai, Yura memasuki kamarnya dan merebahkan diri di kasur sambil menghela nafas panjang. Tatapan matanya kosong untuk sesaat. Tak berselang lama, diambilnya buku dongeng Cinderella yang ia punya dan mulai membacanya.

Sama halnya dengan drama Sageuk, ia sangat menyukai membaca buku dongeng. Satu judul buku dongeng bisa dibacanya berpuluh kali. Ia merasakan sebuah kepuasan saat membaca akhir yang "bahagia selamanya" di buku-buku dongeng, seolah kisah-kisah itu dapat menyembuhkan segala gundah gulananya dalam menghadapi hari yang berat.

"Pangeran dan Cinderella pun hidup bahagia selamanya...." Yura mengakhiri dongeng yang dibacanya dan tersenyum kecil.

Ia mengembalikan buku itu ke tempatnya semula dan mulai bersiap untuk tidur. Sudah dengan posisi kepalanya di atas bantal, tiba-tiba ia teringat akan pemuda yang muncul dalam mimpinya kemarin malam. Ia berpikir mungkin saja mimpi itu datang karena ia suka menonton drama dan membaca dongeng saat malam hari.

Perlahan ia pun mulai menutup matanya. Ia ingin segera tidur, siapa tahu ia bisa bertemu dengan pemuda itu lagi dalam mimpinya...

***

"Ayo bangun! Bangun! Sudah pagi! Ayo bangun! Ba-"

Yura mematikan alarm Doraemonnya. Ia pun bangun dan melakukan aktivitas pagi harinya, mandi, menggosok gigi, dan berpakaian.

Seperti hari-hari biasanya, ia menaiki bus menuju tempat kerjanya, bertemu Jinguk yang baik hati, berganti seragam di loker, dan mulai bekerja. Rasanya ia sudah seperti robot yang melakukan hal-hal yang sama setiap harinya.

Hari itu adalah hari Sabtu. Biasanya minimarket akan lebih sepi daripada hari-hari kerja karena banyak pekerja dan anak sekolah yang libur di hari itu. 

Yura melakukan pekerjaannya seperti biasa hari itu. Ia bekerja dengan baik namun tidak ada prestasi yang bisa ia banggakan dari pekerjaannya. Mungkin ada satu, yaitu kasir paling cantik. Bukannya ia merasa percaya diri dengan penampilannya, namun ia adalah satu-satunya wanita yang bekerja di situ.

Waktu terus berjalan dan hari pun berubah menjadi sore. Terdengar suara pintu minimarket terbuka.

"Selamat datang," sambut Yura seperti biasanya.

Dua orang pria paruh baya memasuki minimarket. Yang satu berambut keriting dan berkumis, yang satunya lagi memakai topi berwarna hitam dan berkulit agak coklat. Mereka langsung berjalan menuju kasir.

"Nona, apakah kau punya korek api?" tanya pria yang berambut keriting.

Tampilan mereka berantakan dengan jaket yang terlihat agak pudar warnanya. Yura merasa sedikit was-was tapi ia tetap melakukan tugasnya. Ia sudah terbiasa menghadapi pembeli-pembeli yang seperti itu, bahkan banyak yang lebih aneh lagi. 

"Ada," jawab Yura. Ia mengambil korek api yang ada di rak belakangnya dan memberikannya kepada pria berambut keriting itu. Pria itu menerimanya namun ia memegang tangan Yura dan tak melepaskannya.

"Nona, kenapa gadis secantik dirimu bekerja di tempat seperti ini?" tanya pria itu sambil menyeringai. Teman di sampingnya pun ikut menyeringai.

Yura mencoba menarik tangannya namun tidak bisa! Ia merasakan perasaan takut dan jijik di saat yang bersamaan, sementara tidak ada orang lain di sana selain dirinya dan dua orang pria itu!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status