Share

Bab 5. Novel yang Aneh

"Aku pulang!" Yura memasuki rumahnya membawa bungkusan buku yang tadi dibelinya.

"Apakah kau sudah makan?" tanya ibunya dari dapur sambil membereskan sisa makanan di atas meja.

"Tadi aku sudah makan, Bu. Youngjo dan Sua mengajakku makan di kedai dekat minimarket," jawab Yura sambil melepas sepatunya.

"Ya sudah kalau begitu. Cepat ganti bajumu dan mandi!" perintah ibunya.

Ia pun naik ke lantai atas menuju kamarnya. Diletakkannya kantong plastik berisi buku-buku yang dibelinya tadi di atas meja, lalu berganti pakaian dan segera mandi sebelum hari semakin malam.

Selesai mandi, ia langsung merebahkan dirinya di atas kasur. Badannya terasa letih sekali. Hari itu terasa sangatlah panjang. Kemudian ia mengambil telepon selulernya dan membuka foto-foto dalam albumnya. Dilihatnya foto-foto yang menunjukkan dirinya sedang berpose bertiga bersama Youngjo dan Sua. Di dalam foto-foto itu, ia tampak sangat bahagia.

"Hei Yura, sampai kapan kau akan membohongi dirimu sendiri seperti ini?" tanyanya merasa kesal pada dirinya sendiri.

Kemudian diletakkannya telepon selulernya di atas kasur dan pandangan matanya mulai menerawang. Ia teringat akan perasaannya tadi saat Youngjo memegang tangannya. Saat itu ia merasakan getaran yang tak biasa di sekujur tubuhnya. Apakah mungkin itu terjadi karena ia mulai merindukan sentuhan laki-laki?

Apa yang kau pikirkan? Yura membatin sambil menepuk-nepuk pipinya.

Yura bukannya tidak ingin berpacaran. Ia hanya tidak memiliki waktu bersosialisasi dengan dunia luar selain dengan teman-teman dekatnya. Lagipula ia tidak percaya diri untuk berkenalan dengan laki-laki karena keadaannya yang sekarang. Ia takut lelaki yang ditemuinya mungkin tidak akan mau menerima keadaannya dan keluarganya.

"Kakao!" Notifikasi di telepon selulernya berbunyi. Ia mengambil telepon selulernya lalu melihat notifikasi yang masuk. Rupanya Sua. Dibukanya aplikasi pengirim pesannya itu dan mulai membaca pesan dari Sua.

"Yura, apakah kau sudah sampai di rumah?" tanya Sua dalam pesannya.

"Sudah," jawab Yura, ditambah emoji tersenyum.

Sua membalas, "Syukurlah kalau begitu. Aku sangat mengkhawatirkanmu," dengan emoji menangis.

"Aku tidak apa-apa Sua. Jangan khawatir," jawab Yura.

"Tadi aku memberitahu Youngjo, seharusnya aku membelikan plester penghilang rasa sakit lagi untuk kau bawa pulang. Tapi Youngjo bilang kau sudah membelinya dalam jumlah yang cukup, dan kau memasangnya sendiri di pergelangan tanganmu. Aku memarahinya kenapa ia tidak membantumu membelikan dan memasangkannya, ia bilang kau tidak mau merepotkannya." Sua mengetik pesannya sangat panjang.

Deg! Mengapa hati Yura merasakan sakit setelah membaca pesan itu? Bukankah tadi Youngjo yang membantu mengobati tangannya? Mereka bahkan duduk hanya berdua di sana. Mengapa Youngjo...

Ia pun segera tersadar. Youngjo pasti hanya ingin menjaga perasaan Sua. Tapi mengapa hatinya terasa sakit seperti ini? Tidak seharusnya ia merasakan kecemburuan yang begitu besar seperti ini kepada sahabatnya sendiri.

"Yura?" Sua mengirim pesan lagi karena Yura tak kunjung membalasnya.

Yura pun segera membalas pesan Sua. "Iya, aku tidak mau merepotkan Youngjo. Lagipula aku kan sudah besar, aku bisa melakukannya sendiri," ditambahkan dengan emoji tersenyum. Yura berbohong.

"Baiklah. Lain kali jangan lupa menghubungi kami jika kau membutuhkan sesuatu. Aku menyayangimu, " tulis Sua mengakhiri percakapan itu, ditambahkannya emoji hati berwarna merah.

"Aku juga," balas Yura juga dengan emoji hati merahnya.

Yura bangkit dari tempat tidurnya kemudian duduk di pinggir kasur, bingung tentang apa yang akan ia lakukan selanjutnya. Kemudian ia melihat bungkusan kantong plastik putih yang dibawanya pulang dari toko buku tadi.

Ia mengeluarkan buku "Putri Tidur" yang tadi dibelinya. Sejenak ia lupa bahwa ia juga membeli buku novel berjudul "Seperti yang Kau Inginkan". Namun saat melihat warna ungu muda mencuat di antara lipatan kantong plastik, ia jadi tiba-tiba teringat dan langsung mengeluarkan buku itu dari kantong.

Dipegangnya buku berukuran sekitar 20x20 cm itu, lalu dibukanya plastik yang melapisinya. Ukuran buku tersebut tergolong sangat besar untuk sebuah novel, lebih tepatnya berukuran seperti ensiklopedia tetapi lebih tipis.

Dibacanya lagi judul dan sub judulnya.

"Kisah yang akan membawamu menuju dunia yang lain, menjadi seperti yang kau inginkan..." Yura menunjukkan ekspresi wajah berpikir keras, mencoba memahami makna kata-kata tersebut. Kata-kata itu mengganggu pikirannya.

Ia pun membalik buku itu dan menaruh perhatian pada kata "fiksi" dalam penggalan kalimat "Perpaduan yang indah antara sebuah kisah fiksi dan sebuah kisah kerajaan Korea" yang tadi juga sudah sempat dibacanya di toko.

Apakah ini adalah buku dongeng? Yura membatin.

Ia melihat lagi gambar mahkota di sampul bukunya. Mahkota itu berwarna emas dihiasi batu permata berwarna merah muda. Tangannya pun langsung meraba gambar mahkota itu saking indahnya, dan ia merasakan halusnya sampul buku tersebut.

Kemudian mulai dibukanyalah buku novel tersebut. Halaman pertama yang dibacanya berjudul "Tokoh dan Karakter". Di halaman tersebut tampak gambar tokoh-tokoh dalam novel. Gambar tokoh-tokoh itu berada di dalam bingkai dan di bawahnya tertulis nama masing-masing tokoh itu.

Saat sedang melihat tokoh-tokoh tersebut satu persatu, tiba-tiba Yura mengernyitkan alisnya. Beberapa bingkai berisi gambar tokoh beserta namanya, namun ada beberapa bingkai yang kosong dan tidak bernama!

Kenapa ada beberapa bingkai yang kosong? Ia bertanya dalam hati.

Ia melihat kembali bingkai tokoh-tokoh lain yang memiliki gambar dan nama. Gambar-gambar tokoh dalam bingkai tersebut dilukis dengan sangat bagus sampai terlihat seperti nyata. Namun ia tidak menaruh perhatian pada nama-nama tokoh di situ, ia tidak bisa berkonsentrasi memikirkan mengapa ada beberapa bingkai tokoh yang masih kosong dan tak bernama.

Apakah buku dengan sampul sebagus ini bisa salah cetak? Yura bertanya dalam hati dengan heran.

Karena penasaran, ia pun segera membuka halaman selanjutnya. Dan... kosong! Ia terus membuka halaman-halaman selanjutnya. Semuanya kosong!

"Apa-apaan ini? Apakah aku membeli buku tulis? Di mana ceritanya? Kenapa semua halamannya kosong?" Yura mulai mengeluh dan merasa kesal sambil terus mebalik halaman-halamannya yang kosong. 

Ia pun menutup buku itu dengan perasaan kesal. Selain kesal karena ia tidak bisa membaca cerita sama sekali, ia juga teringat akan harga buku itu yang tidak murah.

"Buang-buang uang saja!" omelnya sambil menatap kecewa pada buku novel itu.

Dilihatnya jam yang ada di dindingnya. Pukul 10.00 malam. Ia pun akhirnya memutuskan untuk tidur saja menghilangkan penat pikiran, meskipun perasaannya masih kesal. Lagipula besok pagi ia harus bekerja lagi. Agar bisa tertidur, diambilnya buku "Putri Tidur" yang ia beli kemudian dibacanya. Buku itu perlahan berhasil menyembuhkan rasa kesal hatinya. Beberapa menit kemudian, ia pun sudah tertidur dengan posisi buku dongeng sudah tertutup dan berada di atas bantal di sebelahnya.

Jam dinding terus mengeluarkan suara detakannya. Tik tik tik. Jarum jam menunjukkan waktu mendekati pukul 12.00 malam. Suasana saat itu sangat hening, dan Yura sudah tertidur pulas.

Teng! Akhirnya jarum panjang dan jarum pendek bertemu di angka 12. Buku bergambar mahkota dengan judul "Seperti yang Kau Inginkan" yang diletakkannya di atas meja, tiba-tiba memancarkan cahaya dan terbuka dengan sendirinya seperti ada seseorang yang membukanya!

Masih memancarkan cahaya, terbukalah halaman pertamanya yang masih kosong. Tiba-tiba entah ada kekuatan dari mana, perlahan dengan sendirinya tertulis "Bab 1" dengan tinta hitam di bagian atas halaman tersebut!

Tia Kim

Hai hai hai! Ada kabar baik nih buat kamu! Sekarang kamu bisa lanjut baca cerita yang kamu suka ini dengan koin yang bisa kamu dapatkan dengan check-in setiap hari di aplikasi dan melakukan tugas harian yang diberikan. Bisa juga beli koin, ada diskon khusus lho! Ikuti terus kelanjutan kisahnya ya. Nggak akan kalah seru sama cerita drama Korea kok. 😍 Thank you dan sampai jumpa lagi ❤️

| Sukai

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status